Yusufano: Semangat Developer Difabel, Jadi Instruktur untuk Para Penyandang Disabilitas Lainnya
Senyum mengembang di wajah Yusufano (21 tahun). Semula pengangguran dan nyaris kerja di sektor bawah seperti tukang parkir, developer tuli ini kini punya motivasi baru dalam hidupnya. Ia ingin jadi Android developer.
Tak heran, Yusuf -begitu sapaannya-Â tengah belajar di kelas Android Expert di Dicoding dengan bantuan beasiswa IDCamp Indosat Ooredoo.
đź’» Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangIstimewanya, Yusuf bukan murid biasa. Karena ketekunannya, ia juga dipercaya sebagai instruktur di Wonder Koding, sebuah programmer bootcamp untuk orang tuli yang berpusat di kota Bogor. Sebagai instruktur, berpuluh jam ia dampingi kedelapan rekannya sesama orang tuli belajar Android. Dan..berhasil! Semuanya kini sama seperti Yusuf: pasca lulus kelas Android Pemula, kini belajar di kelas Android Expert.Â
Semula suram, kini penuh harapan. Dengan ilmu dan sertifikasi Android dari Dicoding, generasi muda penyandang disabilitas ini menatap masa depan sebagai developer!Â
Penasaran seperti apa perjalanan hidup Yusuf? Bagaimana aspirasinya di kelas Android Expertnya kini? Mari kita simak.
Yatim Sejak Kecil, Merantau dari Bukittinggi
Yusufano kecil tinggal bersama Ibu dan delapan (8) saudaranya di Bukittinggi, Sumatera Barat. Sang Ayah telah wafat saat Yusuf belum sekolah. Di usia 6 tahun, samar-samar ia ingat hari ketika ia sekeluarga berangkat merantau ke Bogor, Jawa Barat, untuk mengadu nasib.
Di Bogor ternyata hidup tak bertambah mudah. Tanpa pekerjaan tetap, sang Ibu berjuang menghidupi sembilan anak. Buat Yusuf, dengan kondisinya yang tak dapat mendengar sejak lahir, sulit baginya menemukan sekolah yang tepat.
“Lima kali pindah sekolah.”
(Yusuf)
ujar gerak bibirnya saat interview. Kesulitan berkomunikasi jadi dinding penghalang. Sulit bagi lingkungan sekitar untuk memahami dunia Yusuf dan seorang adiknya yang juga terlahir tuli, padahal ia cerdas. Binar matanya penuh rasa ingin tahu. Ia pun cepat memahami apa yang berusaha kita sampaikan.
Beruntung, Yusuf tak putus sekolah. Dua kakaknya yang bekerja di Jakarta rutin mengirim uang untuk biaya sekolahnya dan adik-adiknya. Yusuf pun berhasil menamatkan jenjang pendidikan SMA-nya di SLB-B Dharmawanita, Bogor, dengan baik.
“Lulusan SLB Biasanya jadi Pengangguran atau Kerja Bawah Standar”
Sesuai lulus sekolah, Yusuf sempat hilang arah. Tak ada pekerjaan atau kegiatan bermakna lagi yang dapat ia lakukan untuk mengisi waktu. Tak heran, stigma yang melekat itu:
“Lulusan SLB biasanya jadi pengangguran atau pekerjaannya di bawah standar seperti tukang parkir dan buruh konveksi.”
(Tanti Giarty, CEO dan Co-Founder Wonder Koding)
Yusuf tidak sendiri. Menurut data Wonderkoding, lebih dari 1 juta orang tuli di Indonesia tidak mendapatkan pekerjaan yang layak. Di tahun 2030 angkanya diperkirakan meningkat jadi 11 juta orang. Hal tersebut diperparah dengan lebarnya ketimpangan digital antara orang tuli versus akses teknologi dan penguasaan skill digital.Â
Nyatanya, tanpa pekerjaan, dulu Yusuf dan teman-teman sesama lulusan SLB kerap main ke sekolah tanpa tujuan yang jelas. Bagi mereka SLB adalah rumah kedua, tempat menemukan sahabat dan orang-orang yang memahami dunia mereka. Untuk mengisi waktu, kadang mereka bantu bersih-bersih sekolah. Ada pula yang jadi juru parkir sekolah.
Lulusan SLB lainnya pun rata-rata jadi buruh konveksi di pabrik, profesi yang dianggap “paling memungkinkan” untuk para penyandang disabilitas.
Tapi apakah benar demikian? Apakah penyandang tuli tak mungkin memiliki keahlian mumpuni selain kerja di pabrik atau area parkir?
Mengamati kenyataan tersebut, Tanti yang juga orang tua murid seorang siswi aktif SLB-B Dharmawanita pun mencetuskan ide: “Gimana kalau anak-anak ini belajar ngoding?”
Orang Tuli Juga Bisa
Inisiatif di atas disambut baik para lulusan SLB dan orang tua mereka. Pada tahun 2018 lahirlah Wonder Koding, sebuah bootcamp yang bertujuan mencetak programmer tuli yang kompeten. Dalam 48 kali pertemuan di tahun 2019 Yusuf dan kedelapan temannya belajar dari SCRATCH hingga berhasil membuat aplikasi mobile menggunakan IONIC, sebuah teknologi web berbasis HTML5, CSS, dan AngularJS. Dua di antara mereka masih berstatus siswa SMP.
Naik level dari IONIC, Yusuf ingin belajar ngoding Android. Beasiswa IDCamp Indosat Ooredoo mewujudkannya via beasiswa kelas Belajar Membuat Aplikasi Android untuk Pemula. Yusuf dan teman-temannya termasuk dalam 26 ribu talenta digital muda Indonesia yang mendapatkan beasiswa IDCamp untuk kelas programming pemula di Dicoding Academy.
Belajar kelas Android di DicodingÂ
Sejak dua bulan lalu Yusuf dan rekan-rekannya ngoding di ruangan serba guna ukuran 2 x 3 m milik SLB-B Dharmawanita Bogor. Waktunya dari siang hingga sore, bahkan hingga malam hari kalau keasyikan. Saking semangatnya, saat sekolah tutup, mereka pindah ngoding ke mall sebelah untuk dapat koneksi internet gratis.
Instruktur pertama yang mengajarkan mereka IONIC adalah Vito Rizki Imanda, co-founder Wonderkoding yang juga member Dicoding. Sebagai penerjemah bahasa isyarat, ada Heri Hamdani (co-founder Wonderkoding) yang turut membantu mereka belajar. Pihak SLB – B hingga level Kepala Sekolah pun sangat suportif pada inisiatif pemberdayaan ini. Belum pernah ada sebelumnya! Â
Yusuf sangat antusias. Pria yang sejak usia 10 tahun sudah belajar SCRACTCH ini merasa dunia komputer, film, dan game sangat menyenangkan. Meski tak pernah terbayang bisa jadi seorang developer, tapi kenyataan berkata lain. Tak hanya belajar dan lulus dari kelas Android pemula, Yusuf juga dipercaya menjadi instruktur pendamping. Sehari-hari ia tak hanya sibuk di depan laptopnya sendiri, melainkan berkeliling dari laptop ke laptop untuk membantu semua temannya. Di luar Bogor, Yusuf juga menjadi instruktur Wonderkoding di batch terbaru di Bandung.
Yusuf bahagia bisa menyalurkan minat dan bakatnya. Dari kegiatan ini sedikit-sedikit Yusuf mendapat penghasilan untuk mandiri. Tak sepenuhnya tergantung pada kakak-kakaknya lagi. Â
Tak heran developer difabel ini dipercaya sebagai instruktur, sebabnya
“Yusuf anaknya pandai dan suka berbagi”
(Heri Hamdani, guru dan penerjemah bahasa isyarat)
Bagaimana pendapat Yusuf tentang belajar Android?Â
“Awalnya sangat kacau,sulit. Pusing kalau ketemu garis merah (eror-red). Lama-lama jadi mudah. Harus praktik.
(Yusuf)Â
Menatap Masa Depan Sebagai Programmer Difabel. Tidak Malu. Tidak SedihÂ
Berteman dengan Yusuf, kalian akan paham. Tidak ada sedikitpun rona sedih di wajahnya. Hanya senyum dan sorot mata antusias. Tidak bisa mendengar tidak jadi soal. Buat Yusuf, prinsip semangatnya jadi programmer hanya satu
“Kalau sehat, tiap hari harus ngetik (kode). Tidak malu. Tidak sedih.”
(Yusuf)
Saat ini Yusuf sedang belajar di kelas Menjadi Android Developer Expert. Tanggal 9-13 Desember nanti IDCamp akan mengadakan bootcamp untuk Yusuf dan teman-temannya dengan bantuan dua orang pelatih dari tim Academy di Dicoding.Â
Menatap masa depan, dalam waktu dekat Yusuf ingin membuat aplikasi jual beli barang online atau games. Serta tetap jadi instruktur Wonderkoding untuk calon developer difabel lainnya. WOW! Kita doakan agar berhasil ya teman-teman
Yusufano: Semangat Developer Difabel, Jadi Instruktur untuk Para Penyandang Disabilitas Lainnya-end
============================
Kalau kamu niat belajar, apapun kesulitanmu tak jadi soal. Mulai belajarmu sekarang!
Klik di sini untuk melihat deskripsi kelas Menjadi Android Developer Expert.Â
Simak juga beberapa cerita lainnya berikut ini: