Ujian Demi Ujian Tempa Dian Menjadi Talenta Digital yang Tangguh

Cerita Dian Prasetyo, Lulusan Program IDCamp

Siapa bilang seorang lulusan Manajemen Dakwah tak bisa berkarier sebagai talenta digital? Kisah Dian Prasetyo (30) membuktikan bahwa latar belakang pendidikannya tersebut tak halangi dirinya untuk akhirnya menjadi seorang front-end developer.

Sebelum berkarier di perusahaannya yang sekarang, Dian sempat bekerja di berbagai tempat. Mulai dari menjadi fundraiser dari sebuah yayasan, hingga berprofesi sebagai kurir di masa pandemi. Terlebih, dalam perjalanannya, Dian sempat mengalami kecelakaan tragis yang membuat kakinya diamputasi.

đź’» Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Ujian demi ujian yang Dian lewati justru menempanya menjadi pribadi yang gigih dan adaptif. Semangat itulah yang ia bawa kala bertransisi ke dunia teknologi dan mulai belajar dari nol. Bagaimana akhirnya Dian bisa sukses jadi seorang talenta digital? Mari kita baca cerita lengkapnya!

Lulusan Manajemen Dakwah dengan Minat pada Pendidikan dan Kegiatan Sosial

Di Boyolali, Dian lahir dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai petani. Ia adalah bungsu dari dua bersaudara. Sejak kecil, Dian dibesarkan dalam keluarga sederhana yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan kebermanfaatan bagi sesama. Hingga kini, kedua hal tersebut menjadi kompas dalam setiap langkahnya.

Meski kini dikenal sebagai seorang front-end developer di sebuah studio teknologi, siapa sangka, latar belakang Dian justru jauh dari bidang ini. Ia menamatkan studi Manajemen Dakwah di STID Al-Hadid Surabaya pada 2017. Pilihan tersebut mencerminkan minat awalnya pada pendidikan dan kegiatan sosial.

Usai lulus, ia bekerja sebagai staf manajemen di Yayasan Al Kahfi Jakarta Selatan dan bertanggung jawab untuk menangani pelatihan karakter bagi siswa, manajemen program, hingga fundraising. “Saya senang berorganisasi dan ikut kegiatan sosial,” kenangnya.

Namun, kehidupan tak selamanya berjalan lurus. Pada Februari 2020, Dian berhenti dari pekerjaannya, bersamaan dengan pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia dan mengubah hidup banyak orang. Dian pun ikut terdampak. Untuk menyambung hidup, ia menjadi kurir di bisnis temannya sembari terus mencari arah baru.

Sempat Diuji dengan Kecelakaan yang Membuat Dian Harus Diamputasi

Selama masa pandemi inilah Dian mulai penasaran dengan dunia teknologi. Ia kerap menjumpai lowongan kerja sebagai front-end maupun back-end engineer saat menjelajahi LinkedIn. “Awalnya cuma ingin tahu, tapi makin lama makin penasaran,” tuturnya.

Ketertarikannya mulai membuahkan hasil ketika ia mendapat pekerjaan sebagai technical writer di sebuah perusahaan pengembang software, PT Generasi Teknologi Buana, pada Juni 2020. Meski bukan programmer, berada di lingkungan teknologi membuat Dian semakin terpapar dunia pemrograman.

Namun, takdir kembali menguji Dian dengan cara yang tidak terduga. Pada 25 Desember 2020, ia mengalami kecelakaan lalu lintas hebat yang membuatnya koma selama seminggu. Tangan dan kaki kanannya mengalami kerusakan parah. 

Dokter bahkan sempat meminta persetujuan keluarga untuk amputasi jika keadaan memburuk. Berbulan-bulan lamanya, dari akhir 2020 hingga akhir 2022, Dian hanya bisa beraktivitas di tempat tidur.

Meski dunia seolah runtuh, semangat Dian tidak padam. Perlahan, ia kembali mencoba mengisi hari dengan belajar. Mulai dari digital marketing hingga data science, berbagai bidang ia eksplorasi. Namun, programming selalu menjadi bidang yang paling membuatnya “hidup”.

“Saya merasa programming paling menyenangkan dan cocok untuk saya,” ujarnya.

IDCamp adalah Jembatan Harapan bagi Dian

Desember 2022 merupakan titik balik bagi Dian. Ia mulai serius mempelajari HTML, CSS, dan JavaScript, lalu mendalami ReactJS. Ketekunannya membuahkan hasil saat ia menemukan informasi tentang program pelatihan IDCamp melalui Instagram Dicoding. 

Tanpa ragu, ia mendaftar dan memilih learning path Front-End Web Development karena ingin menguatkan fondasi serta pemahaman dasarnya secara menyeluruh.

“IDCamp memberi saya kesempatan belajar tanpa batas latar belakang, usia, atau pengalaman. Saya merasa dilibatkan dan diberdayakan,” ungkapnya.

Bagi Dian, program ini lebih dari sekadar pelatihan—IDCamp adalah jembatan harapan baginya. Meskipun sebagian materi sudah pernah ia pelajari, program ini memberikannya struktur dan kedalaman yang ia butuhkan untuk benar-benar menguasai bidang front-end.

Meski materi dalam program IDCamp cukup banyak, Dian punya strategi untuk bisa menghadapinya, yaitu belajar rutin, sedikit demi sedikit. “Minimal 30 menit sehari. Kalau lagi malas pun, tetap dipaksa belajar setengah jam. Yang penting konsisten,” katanya.

Di tengah perjuangannya belajar, kabar baik datang. Pada 2023, ia akhirnya mendapatkan kaki palsu dan bisa berjalan kembali. Kini, meski sebagian besar aktivitas masih dilakukan dari rumah, Dian merasa lebih kuat dan produktif dibanding sebelumnya.

Sukses Berkarier sebagai Front-End Developer

Semua kerja keras Dian berbuah manis. Berbekal ilmu dan kepercayaan diri dari IDCamp, Dian berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai front-end developer di Tjal Teknologi Studio. Di sana, ia membangun UI aplikasi berbasis ReactJS, mengintegrasikan API back-end, hingga mengoptimalkan performa aplikasi agar interaktif dan responsif.

“Saya jadi tahu pentingnya testing, PWA, responsive design, dan semua itu saya pelajari di IDCamp,” ujarnya.

Salah satu momen paling berarti adalah ketika ia harus melakukan kustomisasi style menggunakan SCSS dalam proyek nyata—hal yang sebelumnya dipelajari secara teori di IDCamp.

“Waktu itu langsung kepakai. Saya senang karena bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik berkat pembelajaran yang dulu saya anggap kecil,” ujarnya sambil tertawa.

Dari seluruh kelas di IDCamp, dua yang paling membantunya adalah Belajar Fundamental Front-End Web Development dan Belajar Pengembangan Web Intermediate. Keduanya menjadi landasan kuat untuk Dian memahami konsep-konsep teknis yang lebih rumit dan aplikatif.

Kini, sebagai penyandang disabilitas yang sukses berkarier dalam bidang teknologi, Dian dapat menginspirasi banyak orang. Tidak hanya mereka yang tengah belajar programming, tetapi juga siapa pun yang tengah terpuruk dan ingin bangkit. Melalui pesannya, Dian menegaskan pentingnya ketekunan dan kesabaran dalam proses belajar.

“Untuk teman-teman yang baru belajar dari nol atau yang sedang switch career ke IT, kuasai dulu fundamental dari ilmu teknologi yang ingin kalian pelajari. Fundamental yang kuat akan membantu kita saat mulai mendalami ilmu teknologi tersebut. Memperkuat dasar sebelum memperluas wawasan adalah hal yang penting,” tutup Dian.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.