Cerita Tiyas Aria Pratiwi, Pengajar Muda IDN Boarding School Lulusan Program DTS PROA Android
Sajian data mengenai rendahnya persentase keterlibatan perempuan di dunia teknologi mungkin sudah banyak kita ketahui. Salah satunya adalah studi LIPI yang menyebutkan angka partisipasi perempuan pembelajar IPTEK di Perguruan Tinggi adalah sebesar 30% Gender dalam IPTEK: Perkembangan, Kebijakan, dan Tantangannya di Indonesia, 2018). Bias gender yang menomorduakan pendidikan untuk perempuan, termasuk di bidang sains, adalah salah satu penyebabnya.
Hal serupa juga dirasakan oleh Tiyas Aria Pratiwi (19), seorang pengajar IT di IDN Boarding School. Tiyas -begitu ia dipanggil- berasal dari Desa Suwatu, Sragen, Jawa Tengah. Mengingat kembali saat tumbuh dewasa dulu, ia hidup di tengah lingkungan asal yang tidak mengutamakan pendidikan untuk perempuan.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar Sekarang“Menurut kebanyakan orang di kampung halamanku, perempuan nggak perlu sekolah tinggi-tinggi. Perempuan itu yang penting nikah aja, selesai.”
Namun, Tiyas memutuskan untuk melawan bias satu ini. Ia ingin berpendidikan tinggi dan membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi sosok perempuan yang berprestasi. Terbukti, sejak SD sampai sekarang, Tiyas selalu jadi kebanggan orang tua dengan terus-menerus memperoleh beasiswa penuh untuk belajar.
Prestasi yang Dicetak sang Putri Petani
Tiyas adalah anak pertama dari empat bersaudara yang tumbuh di keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang buruh dan petani, sedangkan ibunya adalah seorang pedagang di sekolah dasar. Sejak SD Tiyas sudah memperoleh beasiswa hingga sekarang ia berkuliah. Semangat belajar Tiyas yang terus menyala dilatarbelakangi oleh keinginan kuatnya untuk mengangkat derajat orang tua.
Jauh sebelum Tiyas bersentuhan dengan dunia teknologi, mulanya, mahasiswi teknik informatika ini tidak menaruh ketertarikan terhadap IT. Tiyas adalah seorang penyuka mata pelajaran hitungan dan logika serta punya mimpi untuk menjadi seorang ahli Matematika. Namun, saat Tiyas melanjutkan studi ke SMK Islam Terpadu Smart Informatika, Surakarta, bakatnya di bidang teknologi ternyata “ditemukan” oleh salah satu gurunya.
Kemampuan unggul Tiyas di sektor IT terlihat saat ia mendapatkan tugas untuk menyelesaikan berbagai studi kasus. Sang guru melihat Tiyas selalu menjadi orang pertama yang memenuhi tugasnya. Potensi yang Tiyas miliki membuatnya dipercaya oleh sekolah untuk ikut berbagai kompetisi pemrograman. Keikutsertaan Tiyas di lomba-lomba inilah yang mulai menumbuhkan kecintaan Tiyas terhadap IT.
Perlahan, Tiyas mulai mencetak berbagai prestasi. Ia berkesempatan untuk mengikuti kompetisi teknologi yang digelar oleh Universitas Sebelas Maret bernama IT-Venture. Merupakan bagian dari acara P!NGFEST yang digelar di UNS, IT-Venture merupakan lomba yang mempertemukan para siswa SMA dan SMK se-Jawa-Bali. Dua kali mengikuti kompetisi ini, Tiyas selalu berhasil menduduki posisi 10 besar.
Tidak hanya sampai di situ, Tiyas yang haus akan pencapaian pun ikut serta dalam Lomba Kompetensi Siswa (LKS) yang mempertemukan sekolah Islam terpadu se-Jawa Tengah. Pada kompetisi ini, Tiyas sebagai satu-satunya peserta perempuan berhasil meraih medali perunggu.
Sebagai seorang siswa SMK yang terus menerus mencetak prestasi, Tiyas juga memiliki seorang sosok idola. Ia mengagumi salah satu seniornya yang unggul di bidang pemrograman dan berkesempatan untuk ikut Digital Talent Scholarship (DTS). Melihat bahwa bergabung di DTS membuat prestasi sang kakak kelas semakin gemilang, Tiyas jadi berkeinginan agar suatu hari, ia bisa diterima di program yang sama.
Bertumbuh secara Mandiri di Program DTS PROA Android
Keinginan Tiyas untuk bisa mendaftarkan diri di program DTS terwujud saat ia melanjutkan studi Teknik Informatika ke Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika (STIKOM CKI). Saat itu, Tiyas sudah merantau ke daerah Jakarta Timur untuk berkuliah dan mengajarkan IT di IDN Boarding School. Lantas dengan mendaftar ke program Digital Talent Scholarship Professional Academy Android (DTS PROA Android), Tiyas berharap bisa menambah pengalaman belajarnya, mendapatkan ilmu baru, serta mendalami ilmu di bidang Android.
Doa Tiyas untuk menjadi peserta DTS PROA Android pun terkabul. Ia berhasil diterima di program ini, tetapi mau tidak mau, ia harus menghadapi tantangan baru, yakni soal membagi waktu. Tiyas perlu mengatur jadwal belajarnya di DTS, berkegiatan di kampus, serta mengajar di IDN Boarding School. Agar ketiga aktivitas utamanya ini berjalan selaras, Tiyas memutuskan untuk mengorbankan waktu istirahatnya di malam hari. Pada saat itulah Tiyas akan menyelesaikan berbagai tugas dari DTS.
Saat menghadapi kesulitan dalam belajar di DTS PROA Android, Tiyas tidak merasa sendiri. Ia dibimbing langsung oleh mentornya yang bernama Derry Sudrajat, seorang Android Developer di LinkAja. Tiyas merasa mentornya ini amat sangat membantu. Kapapun Tiyas merasakan kesulitan, sang mentor akan segera menggelar sesi 1 on 1 melalui Google Meet dengannya. Selebihnya, Tiyas melakukan proses belajar secara mandiri dengan membaca dan mengulas materi yang ada.
Tiyas memang sempat kesulitan menyesuaikan jadwal kegiatannya dengan DTS. Namun, ia sebisa mungkin memberikan usaha terbaiknya untuk menyelesaikan submission yang ada.
“Meski aku nggak sempat tidur selama beberapa hari untuk menyelesaikan submission dan submission-ku ditolak berkali-kali, aku berhasil menjadi 50 orang pertama yang submit tugas itu. Senangnya, aku dapat merchandise tumbler buat jadi kenang-kenangan dari DTS.”
Walaupun tak seberapa, cinderamata yang Tiyas peroleh membuatnya paham bahwa penolakan tidak berbanding lurus dengan kegagalan. Jika ia gigih untuk terus memperbaiki kesalahan, usahanya kelak akan berbuah manis.
“Eror yang Membuat Kita Jadi Berkembang”
Selepas belajar di DTS PROA Android, Tiyas tidak hanya memperoleh ilmu. Ia merasa memperoleh jejaring sosial yang sangat baik, yang menjembataninya dengan para ahli di bidang teknologi seperti mentornya, Derry. Selain itu, Tiyas pun mendapatkan tawaran kerja dari para rekruter melalui LinkedIn.
Meluasnya pandangan Tiyas di dunia profesional teknologi, membuat ia bercita-cita jadi seorang Product Manager di sebuah unicorn startup suatu hari nanti. Memahami bahwa untuk sampai ke sana Tiyas harus melewati beberapa tahapan terlebih dahulu, Tiyas berencana untuk memulai karier sebagai seorang Software Engineer selepas lulus kuliah sebagai persiapan. Tiyas pun mengakui pembelajaran berstandar internasional yang ia peroleh dari DTS dapat mengantarkannya selangkah lebih dekat dengan mimpinya.
“Agar aku bisa mencapai cita-citaku ini, aku selalu menanamkan pada diriku untuk jangan pernah menyerah dan jangan pernah mengeluh, sebanyak apapun eror yang aku lakukan. Justru aku menganggap eror inilah yang akan membuatku semakin berkembang dan tahu caranya menyelesaikan masalah.”
Selain melihat erornya sebagai pembelajaran, Tiyas juga memegang nilai untuk dirinya sendiri bahwa belajar harus dilakukan tiada henti. Ini dikarenakan teknologi berkembang setiap hari. Jadi, sebagai seorang talenta teknologi, terus membekali diri dengan ilmu-ilmu baru adalah sesuatu yang perlu.
Menutup wawancara hari itu, Tyas berpesan,
“Untuk kamu yang ingin memperdalam kemampuan di bidang teknologi, menimba ilmu di DTS itu, sangat recommended. Kurikulum yang disajikan oleh Dicoding, selalu terdepan. Selain itu, fasilitas live session, grup diskusi, serta keberadaan para mentor juga amat memudahkan proses belajar.”
Terima kasih, Tyas! Semoga berhasil meraih menciptakan aplikasi aktivitas harian bagi para umat Muslim, yang kamu cita-citakan.
Buatmu yang ingin mendaftar, kesempatan masih ada! DTS PROA Android dan Cloud masih membuka registrasi peserta baru sampai dengan Minggu, 8 Mei 2022. Untuk info dan pendaftaran, segera klik tautan ini.
Ayo join dan jadilah developer berprestasi berikutnya!