Cerita Mochamad Iklil, Lulusan Program DTS PROA 2023 – Project Management, yang Sukses Berkarier sebagai Project Manager
Berdasarkan data dari PMI (Project Management Institute), sekitar 73% organisasi yang menggunakan project manager atau manajer proyek seringkali mencapai tujuannya. Tak heran, project manager menjadi salah satu posisi yang diincar oleh perusahaan. Mochamad Iklil (30) adalah seseorang yang memahami peluang karier di bidang ini.
Mas Iklil, begitu sapaan akrabnya, sudah lama bergelut di bidang project management. Sehari-hari, ia memimpin dan mengelola proyek agar berjalan tepat waktu, sesuai anggaran, dan memiliki kualitas yang diharapkan. Namun, tentu saja, semua ini tak datang dalam waktu semalam. Ada kisah kerja keras di baliknya.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangPerjalanannya diawali dengan keinginan Mas Iklil untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terlepas dari latar belakangnya.
“Meski dulu saya lulusan SMK, saya memutuskan untuk berkuliah dengan mengambil kelas karyawan. Tak mudah memang, tapi demi masa depan yang lebih baik, mengapa tidak?” ungkap Mas Iklil.
Setelah mengantongi ijazah diploma tiga (D3), Mas Iklil yang awalnya seorang on-site engineer naik tingkat menjadi seorang manajer proyek. Meski begitu, ia tak berpuas diri. Mendengar info tentang DTS PROA 2023, ia memutuskan untuk ikut dan mengambil jalur project management.
Lalu, bagaimana DTS membantu Mas Iklil dalam mengembangkan kariernya di bidang tersebut? Mari kita ikuti kisah inspiratifnya!
Sempat Ragu untuk Melanjutkan Pendidikan Tinggi
Mas Iklil adalah pria sederhana yang lahir di Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura. Bungsu dari lima bersaudara ini tumbuh di Jakarta setelah keluarganya merantau ke ibu kota saat ia duduk di bangku SD. Keempat kakaknya adalah lulusan pesantren, dan Mas Iklil menjadi satu-satunya yang menempuh pendidikan formal.
“Saat SD, saya hampir dimasukkan pesantren seperti kakak-kakak saya, tapi saya mohon kepada ibu untuk memasukkan saya ke sekolah umum. Akhirnya ibu mengabulkan permintaan saya, mungkin karena anak bungsu,” kenangnya.
Keluarga Mas Iklil memang jauh dari kata mapan, di mana ayahnya dulu bekerja sebagai pekerja lepas di pabrik limbah. Dengan penuh perjuangan, ia membesarkan kelima anaknya. Sementara itu, ibunya hanyalah ibu rumah tangga, dan kini telah tiada.
Sebagian saudaranya adalah wirausahawan dan Mas Iklil diharapkan untuk mengikuti jejak yang sama. Hal itu sempat membuatnya bimbang untuk melanjutkan pendidikan.
“Orang tua saya bukanlah orang yang berada. Saat itu, saya juga tidak pede masuk SMA karena harus kuliah. Akhirnya, saya memilih SMK agar bisa langsung kerja setelah lulus.”
Namun, semasa di SMK Telkom Jakarta, teman-temannya sering berbincang perihal kuliah. Bagi mereka, menempuh pendidikan yang lebih tinggi akan berpengaruh pada perkembangan karier. Dari situ, Mas Iklil pun bersemangat untuk melanjutkan pendidikan.
Setelah lulus dari SMK di tahun 2012, Mas Iklil langsung bekerja. Sampai tiga tahun berikutnya, ia memutuskan untuk mengambil kelas karyawan di Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta jurusan Teknik Telekomunikasi. Selama tiga tahun, ia menyisihkan gajinya sampai lulus sebagai seorang diploma tiga.
Menemukan Program DTS dari Grup Kampus
Lingkungan pertemanan Mas Iklil selama di SMK Telkom telah membuka matanya terhadap pentingnya pendidikan tinggi. Setelah menamatkan D3, ia pun sadar peranan krusial pendidikan dalam kariernya.
“Di kantor, saya diapresiasi dan dipercaya untuk memimpin tim. Dari awalnya teknisi biasa, saya naik jabatan menjadi engineer on-site, kemudian dipercaya menjadi supervisor engineer, sampai akhirnya jadi junior project manager,” ungkap Mas Iklil.
Pengalamannya ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi meningkatkan peluang karier yang lebih baik. Dari situ, Mas Iklil melanjutkan pendidikannya ke jenjang sarjana di Universitas Nasional (UNAS), jurusan Teknik Elektro. Setelah lulus, ia mengambil pascasarjana di Universitas Indonesia (UI), Manajemen Keamanan Jaringan Informasi.
Sembari berkuliah, Mas Iklil seringkali nimbrung bersama kolega-koleganya. Dari situ, ia tahu kalau ada beasiswa gratis untuk profesional. Tak lama berselang, ada notifikasi pesan di grup kampusnya tentang program Digital Talent Scholarship (DTS) dari Kominfo dan Google.
“Awal saya tahu DTS itu dari grup kuliah, dan saat itu, saya mengambil scrum master basic.”
Butuh waktu hampir satu tahun, tepatnya 2023, sampai Mas Iklil “kembali” menemukan DTS. Kali ini, ada sertifikasi yang benar-benar dicarinya, yaitu project management dari Google. Tanpa menunggu lama, ia pun langsung mendaftar.
Setelah berhasil masuk, Mas Iklil bertemu dengan peserta lain yang memiliki minat yang sama. Uniknya, tak sedikit yang usianya lebih tua tapi masih bersemangat untuk menyelesaikan program ini. Ia bersyukur karena program ini turut difasilitasi oleh Dicoding, yang juga memberikan kelas Belajar Dasar Manajemen Proyek.
Memperoleh “Sertifikasi Tertinggi” di Bidang Manajemen Proyek
Bagi Mas Iklil, DTS adalah “wadah” yang tepat untuk mengukur kemampuannya. Seringkali, bekerja di lapangan membuatnya lupa tentang hal-hal fundamental. Untuk itu, ia perlu belajar ulang tentang manajemen proyek.
“Materinya sangat relevan dengan pekerjaan sehari-hari, di mana saya mengelola proyek khususnya dalam bidang software.”
Tantangan terbesar bagi Mas Iklil dalam mengikuti program DTS adalah mengatur waktu. Materi yang seharusnya diselesaikan dalam 6 bulan dipadatkan menjadi 2 bulan. Untungnya, ia memiliki pengalaman sebagai project manager sehingga materi yang disampaikan dapat dicerna dengan mudah.
Program DTS membantu Mas Iklil menyegarkan kembali pengetahuan tentang project management dan memperkuat fundamentalnya. Materi seperti triple constraint (cost, time, dan scope) menjadi pengingat penting baginya dalam mengelola proyek di lapangan.
“Setelah mempelajarinya, sekarang saya jadi lebih fasih dalam mengukur biaya, waktu, dan ruang lingkup tugas di tempat kerja, memberikan pengambilan keputusan yang lebih terukur dan strategis.”
Motivasi lain dari Mas Iklil untuk mengikuti program DTS dari Kominfo adalah karena program ini dapat membantunya untuk mendapatkan sertifikasi Project Management Professional (PMP) dari Project Management Institute (PMI). PMP sendiri adalah sertifikasi tertinggi untuk project manager yang diakui secara global.
Iklil sadar bahwa mendapatkan sertifikasi PMP tidaklah mudah. Biaya latihan dan ujiannya mahal, dan persyaratannya cukup ketat. Oleh karena itu, ia mengikuti program DTS sebagai langkah awal untuk memperkuat fondasinya sebelum mengikuti ujian PMP.
“Dengan mengikuti program DTS, saya jadi semakin yakin dan lebih siap untuk mendapatkan sertifikasi tertinggi di bidang project management tersebut.”
DTS Fasilitasi Anak Muda sebagai Talenta Digital
Mas Iklil sendiri memiliki pengalaman kurang lebih selama 5 tahun sebagai project manager. Ia telah bekerja di berbagai perusahaan dan pernah mengerjakan proyek hardware, network, dan saat ini, tengah berfokus pada proyek software. Saat ini, ia bekerja sebagai project manager di PT Docotel Teknologi, sebuah perusahaan IT system integrator di Senayan, Jakarta.
Berkaca dari pengalaman Mas Iklil, program DTS dari Kominfo dan Google menawarkan berbagai keuntungan bagi talenta muda yang ingin belajar dan meningkatkan kemampuannya di bidang digital, khususnya dalam bidang manajemen proyek.
Sejak tahun 2018, Digital Talent Scholarship (DTS) telah menjadi program pelatihan pengembangan kompetensi yang konsisten menyiapkan SDM unggul untuk bersaing di era digital. Lebih dari 500 ribu orang telah lulus dari program ini.
Menurut Mas Iklil sendiri, ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan dari program ini, antara lain sebagai berikut.
- DTS memberikan akses kepada talenta muda untuk mendapatkan pendidikan berkualitas tinggi dari Google secara gratis. Materi yang diajarkan dirancang dengan standar industri dan disampaikan oleh para ahli di bidangnya.
- Setelah mengikuti DTS, talenta muda dapat meningkatkan skillset dan daya saing mereka di pasar kerja. Kemampuan manajemen proyek yang baik sangat dibutuhkan oleh berbagai perusahaan di berbagai industri.
- Program DTS memungkinkan talenta muda untuk bertemu dan berinteraksi dengan para profesional dan talenta muda lainnya. Hal ini dapat membantu mereka untuk membangun jaringan dan relasi yang bermanfaat untuk karier mereka di masa depan.
Tak kalah penting, DTS juga memberikan sertifikasi dari Google yang diakui oleh industri. Sertifikasi ini dapat menjadi bukti kompetensi mereka dalam bidang manajemen proyek dan meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan.
“Bagi talenta muda yang ingin belajar manajemen proyek dengan keterbatasan biaya, program DTS adalah pilihan terbaik. Setelah lulus, kalian bisa menaruh sertifikatnya di CV atau LinkedIn,” tutup Mas Iklil.
Mengikuti program DTS tidak ada ruginya, malah banyak untungnya. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo gabung!