Cerita Luthfirrahman Dzulkarnain, Peserta Bangkit 2022 yang Pernah Menjadi Satpam hingga Ojek Online, Lalu Belajar Programming Android untuk Kejar Mimpi
“Jangan menyerah pada mimpimu, atau mimpimu yang akan menyerah padamu.”
(John Wooden, Pelatih dan Pemain Basket Amerika)
Berbicara tentang mimpi, Luthfirrahman Dzulkarnain (25) adalah seseorang yang berpegang teguh untuk terus kejar mimpinya. Ia semangat belajar programming Android karena bercita-cita untuk menjadi seorang ahli teknologi dengan karier menjanjikan. Semua ini ia lakukan semata-mata untuk memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya. Untuk tetap menghidupkan mimpinya ini, Dzul―begitu ia dipanggil―bekerja sembari berkuliah.
Selain melaksanakan tugasnya sebagai Mahasiswa Teknik Informatika di Universitas Indraprasta PGRI, Dzul bekerja sebagai seorang ojek online. Sebelumnya, ia pernah bekerja di bank swasta sebagai satpam. Dengan giat, Dzul melaksanakan setiap kewajibannya agar bisa membayar biaya kuliah dan membantu kebutuhan keluarga. Inilah cerita perjuangan Dzul sebagai peserta program Bangkit 2022 yang ingin gapai mimpinya.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangDidukung Atasan untuk Lanjutkan Pendidikan
Tumbuh di sebuah keluarga sederhana, Dzul tinggal di Depok bersama keluarganya. Ayahnya adalah seorang mekanik di sebuah showroom dan ibunya, ibu rumah tangga. Merupakan anak kedua dari empat bersaudara, Dzul sebelumnya adalah seorang lulusan SMK berjurusan automotif. Begitu tamat sekolah kejuruan, Dzul memperoleh pekerjaan pertamanya sebagai asisten di tempat yang sama seperti sang ayah.
Setelah bekerja sebagai asisten selama dua bulan, tempat kerja Dzul mengumumkan pembukaan posisi pegawai administrasi. Pada waktu itu, ayah Dzul menyemangatinya untuk melamar posisi tersebut agar ia bisa memperoleh penghasilan yang lebih baik. Akhirnya, Dzul coba melamar dan berhasil diterima. Ia bekerja sebagai pegawai administrasi selama dua tahun, hingga akhirnya dipromosikan menjadi seorang karyawan tetap.
“Suatu hari, atasan saya melihat potensi yang saya punya. Beliau bilang kalau saya baiknya kuliah minimal S1 untuk bisa dapat kesempatan kerja yang lebih baik. Saya sangat didukung untuk melanjutkan pendidikan.”
Ucapan atasannya tersebut, Dzul pikirkan baik-baik. Tak lama setelah itu, Dzul mendengar info lowongan kerja dengan pendapatan yang lebih baik dibandingkan dengan penghasilannya sekarang. Ia ditawari untuk bekerja sebagai satpam di sebuah bank swasta di Jakarta Pusat. Melihat gaji yang didapatkannya lebih besar, Dzul pun tergerak untuk mendengarkan apa yang atasannya bilang, yakni melanjutkan pendidikannya.
Akhirnya, Dzul memutuskan untuk keluar dari perusahaan tempatnya bekerja sebagai pegawai administrasi. Ia pindah ke bank swasta tersebut dan melaksanakan kewajibannya sebagai satpam. Penghasilan Dzul yang cukup memudahkannya untuk segera mendaftar ke Universitas Indraprasta PGRI, jurusan Teknik Informatika. Program studi ini dipilihnya karena Dzul selalu tertarik pada komputer. Ia mengambil kelas karyawan agar bisa bekerja sambil berkuliah.
Kadang Kerja Lebih dari 12 Jam Sehari Tak Surutkan Semangat Belajar Programming
Babak baru dalam hidup Dzul dimulai saat ia harus memainkan dua peran dalam satu waktu, yakni sebagai seorang mahasiswa dan satpam. Dari pagi hingga malam, Dzul harus melaksanakan tugasnya di bank sebagai penjaga keamanan. Kemudian pada pukul 19.00, Dzul mulai menjalankan kegiatan perkuliahan di kampus. Terkadang, ia bekerja lebih dari 12 jam dan ini membuatnya terlambat datang ke kelas. Meski begitu, Dzul selalu berusaha mengejar ketertinggalannya.
Beban di pundak Dzul menjadi sedikit lebih ringan saat pandemi melanda. Kegiatan perkuliahannya berlangsung online dan Dzul tidak perlu datang terlambat lagi ke kelas. Meski begitu, ia tetap dituntut untuk bisa mengatur waktu.
Suatu hari, Dzul menyadari bahwa hanya mengandalkan studi di kampus tidaklah cukup untuknya bekerja di ranah teknologi. Untuk peroleh lebih banyak ilmu soal tips belajar programming, Dzul banyak menonton video pemrograman di YouTube. Saat itu, ia menemukan video dari seorang YouTuber sekaligus programmer, Shandika Galih, mengenai Bangkit.
Saat itu, Dzul juga sedang mengerjakan skripsinya mengenai Android. Melihat Bangkit memiliki alur belajar Mobile Development (Android), Dzul jadi makin semangat untuk mendaftar. Ia tidak sabar untuk segera mendalami ilmu Android di Bangkit melalui platform Dicoding.
Belajar Programming di Pantry Kantor
Meski Dzul sangat bersemangat untuk mendaftar Bangkit, ia sempat meragu. Dzul memikirkan waktu yang perlu ia kelola dengan baik untuk memastikan kegiatan Bangkit, kuliah, dan pekerjaannya dapat berjalan berbarengan. Ia tidak bisa keluar kerja begitu saja mengingat masih ada cicilan motor yang harus dilunasi.
Bagaimanapun, Dzul tetap percaya bahwa ikut Bangkit dapat mencerahkan masa depannya. Ia yakin bahwa setelah menempuh lebih dari 900 jam belajar di Bangkit nanti, ia bisa dapatkan kesempatan karier teknologi yang menjanjikan. Oleh karenanya, Dzul mantap untuk mendaftar Bangkit dan akhirnya diterima di alur belajar Mobile Development. Ini membuat Dzul berkesempatan untuk belajar Android di platform Dicoding.
Saat program Bangkit dimulai, perjalanan belajar Dzul cukup berliku. Ia agak kesulitan saat harus menghadiri sesi ILT yang kebetulan dilaksanakan di tengah jam kerjanya.
“Waktu kebetulan ada sesi ILT di jam kerja, biasanya saya akan minta tolong teman untuk backup di kantor. Pasti setelahnya saya langsung pergi ke pantry, pakai jaket untuk menyembunyikan seragam satpam saya, lalu gabung di sesi ILT.”
Meski penuh tantangan dan Dzul mengakui bahwa ia harus sering begadang mengerjakan tugas kuliah karena belajar di Bangkit, ia merasa senang melewati prosesnya. Dzul merasa bahwa apa yang ia peroleh saat belajar di Dicoding melalui program Bangkit melebihi ekspektasinya dan patut untuk diperjuangkan. Oleh karena itu, saat Dzul melihat tabungan hasil kerjanya menjadi satpam sudah cukup, ia memutuskan untuk keluar. Dzul ingin fokus belajar di kampus dan di Bangkit.
Jadi Ojek Online untuk Penuhi Kebutuhan
Setelah berhenti menjadi satpam, Dzul lebih fokus belajar di Bangkit dan hadiri kegiatan perkuliahan. Namun, untuk penuhi kebutuhannya sehari-hari, ia tetap harus mengambil kerja sampingan.
“Saya cari penghasilan tambahan dengan menjadi ojek online. Setelah lulus Bangkit nanti, saya harap bisa segera memulai karier di bidang teknologi.”
Alasan terbesar yang menyuntikkan semangat belajar ke dalam diri Dzul adalah keinginannya untuk berikan hidup layak bagi keluarganya. Ia juga ingin menyejahterakan teman-temannya karena di lingkungannya, Dzul memiliki kehidupan yang lebih baik dari yang lain, meski saat ini ia bekerja sebagai seorang ojek online. Sayangnya, banyak teman-teman Dzul yang masih belum bekerja.
Oleh karenanya, setelah Dzul peroleh ilmu teknologi secara lengkap dari Dicoding, ia ingin membagikan wawasannya tersebut kepada teman-temannya agar mereka bisa peroleh pekerjaan. Dzul juga berencana untuk mengajarkan soft skills yang ia dapatkan dari Bangkit supaya teman-temannya bisa lebih percaya diri dalam mencari pekerjaan.
“Manusia lahir dengan kondisi yang berbeda-beda. Namun, menurut saya, setiap manusia memiliki kesempatan yang setara untuk dapatkan pendidikan. Oleh karena itu, saya ingin bantu teman-teman saya agar mereka bisa menjadi orang-orang terdidik yang dapat menyongsong masa depan yang lebih cerah.”
Untuk memperluas wawasannya sebelum bantu teman-temannya nanti, Dzul saat ini tengah mengerjakan Company-Based Capstone Project dengan KitaBisa.com. Di sana, Dzul mendapatkan tugas yang berkaitan dengan User Interface (UI). Dzul berharap bahwa setelah lulus dari Bangkit nanti, ia bisa memulai kariernya sebagai seorang ahli teknologi di sebuah perusahaan ternama. Ia pun bercita-cita untuk bisa memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya dan dampak positif bagi teman-temannya.
Baca cerita inspiratif alumni Bangkit lainnya: