Cerita dari Reza Albian Jawas – Lulusan Bangkit 2021
Kuliah Reza Albian Jawas (25) di UGM dulu sempat di ujung tanduk. Untuk bisa membiayai studinya, Reza melakoni rupa rupa pekerjaan seperti pelayan hingga operator warnet. Bagaimana perjuangannya? Kita simak berikut ini.
Mandiri Sedari Dini
Jika SMA biasanya identik dengan cerita remaja penuh warna, lain ceritanya dengan Reza yang hidup mandiri sedari dini. Demi masa depan yang lebih baik, anak pertama dari dua bersaudara ini harus merantau 140 km dari rumahnya di Indramayu untuk bersekolah di Kota Bandung.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangDi kota kembang Reza indekos sendiri. Ia rela jauh-jauh menimba ilmu demi bisa mewujudkan harapan orang tuanya. Sang ayah adalah seseorang yang sempat tertimpa musibah PHK, kemudian menjadi pengusaha dengan penghasilan yang tak tentu. Beliau ingin agar putra sulungnya mendapatkan pendidikan terbaik. Sedangkan ibunya yang merupakan ibu rumah tangga, berdoa agar Reza bisa menaikkan derajat keluarga.
Doa-doa baik kedua orang tuanyalah yang mengantar Reza merangkai mimpi untuk belajar di universitas favorit di Yogyakarta, UGM. Ombak dan rintangan yang Reza arungi saat berkuliah sangatlah menantang, lantas ia dituntut untuk bisa menjadi pelaut andal agar studinya berjalan mulus.
Jadi Pelayan hingga Operator Warnet Demi Bisa Terus Belajar
Selepas SMA Reza berhasil diterima di program studi Ilmu Komputer dan Elektronika, UGM. Namun saat perjalanan belajarnya belum lama dimulai, Reza kekurangan biaya dan terancam berhenti kuliah. Namun teringat akan usaha belajarnya yang sudah dengan susah payah ia tempuh sejak SMA, Reza tidak mau perjuangannya sia-sia.
“Supaya bisa tetap kuliah dan bertahan hidup saya mengambil beberapa pekerjaan sampingan. Saya pernah menjadi pelayan restoran, penjaga hotel , barista, sampai jadi operator warnet.”
Kesulitan biaya yang dialami membuatnya terpaksa menunggak uang sewa asrama selama dua tahun. Untuk bisa melunasi utang tersebut, Reza yang bekerja paruh waktu harus merogoh koceknya dalam-dalam. Urusan biaya memaksa Reza untuk mengambil cuti kuliah dan fokus bekerja. Alhasil, masa studi Reza jadi berjalan lebih lama dari mahasiswa-mahasiswa pada umumnya. Hingga tahun kelima ia kuliah, ia tak kunjung lulus.
Setelah Reza bekerja cukup keras, keringatnya membuahkan hasil. Ujian demi ujian inilah yang memacu Reza untuk bisa semakin fokus belajar agar masa depannya tertata dengan baik dan hidupnya kelak menjadi lebih mudah.
Di penghujung masa studinya Reza baru tersadar akan sesuatu. Bekalnya belum begitu cukup untuk benar-benar terjun di dunia kerja. Kesadarannya inilah yang membuatnya menemukan Bangkit, sebuah program yang menuntunnya pada titik balik dalam hidupnya.
Saat Reza Menemukan Cahaya di Ujung Terowongan
Serangkaian pengalaman sempat membawa Reza ke titik terendah dalam hidupnya. Salah satunya, di semester ke-10, IPKnya mentok di angka 1,93 karena prioritas belajarnya terkalahkan aktivitas pekerjaan sampingan.
Selain itu di tengah masa studinya yang cukup kacau, Reza sempat membuka peluang kolaborasi dengan teman-teman dekatnya. Ia ingin membangun sebuah startup yang rencananya akan bergerak di bidang perangkat keras dengan produk alarm motor. Namun sayang, akibat ketidakcukupan pengalaman dan kemampuan yang ia miliki, rencana ini pun prematur dan kandas di tengah jalan.
Tak mau menyerah sampai di sana, Reza merasa inilah saatnya memperkaya diri dengan pengalaman dan keterampilan yang esensial. Sadar bahwa pengalaman kerja sampingannya selama ini tidak linier dengan bidang studinya, Reza mulai melamar berbagai posisi magang di bidang IT. Namun, seperti diduga, ia tak kunjung mendapat satu pun panggilan wawancara kerja. Batu sandungannya, rapor merah dalam hal IP dan pengalaman kerja yang tidak relevan dengan dunia IT.
Melihat berbagai tantangan yang ia hadapi dalam mencari kerja, Reza sadar bahwa ia harus segera menambal berbagai kekurangan ia miliki. Ia perlu memperbaiki nilai-nilainya agar bisa lulus. Ia juga perlu menambah kemampuannya agar bisa suatu hari membangun kembali mimpi startup-nya. Ia juga ingin memperkaya pengalaman dan keterampilannya sebelum terjun ke dunia kerja.
Akhirnya setelah menyusuri lorong panjang yang cukup gelap, Reza menemukan secercah cahaya di ujung terowongan. Lewat jejaring teman-temannya, Reza berkenalan dengan Bangkit.
Semula Reza mengira bahwa Bangkit hanyalah program pelatihan teknologi dan informasi biasa. Rupanya Bangkit lebih dari itu. Ada harapan yang bisa Reza gantungkan setinggi-tingginya jika ia bisa jadi bagian dari program Kampus Merdeka ini. Bahkan Reza mengambil risiko dengan ikut serta di Bangkit sambil menjalani perkuliahan seperti biasa karena mengejar ketertinggalan pasca-cuti. Semua ini ia tempuh demi bisa menjadi seorang profesional yang siap kerja selepas lulus.
Saat berhasil menjadi bagian dari Bangkit, Reza mengerahkan segala upaya untuk menyelaraskan berbagai kegiatannya. Kala itu, sambil menjadi peserta Bangkit, Reza pun punya kewajiban untuk menyelesaikan skripsi dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang praktikan (orang yang melakukan praktikum -red). Reza pun memanfaatkan Google Calendar untuk mengatur berbagai aktivitas pentingnya itu.
Biasanya, di pagi hari, Reza akan memfokuskan diri untuk kuliah. Namun apabila kegiatan Bangkitnya dilaksanakan di jam kuliah, maka Reza terpaksa hanya mempelajari materi Bangkit lewat menonton kembali video belajar di kelas. Setelahnya, sekitar pukul 8 – 10 pagi, Reza mulai mencicil pengerjaan skripsinya. Setelah jadwal menulis skripsinya selesai, Reza akan sepenuhnya menaruh perhatian pada proses pembelajaran Bangkit.
Usaha Reza membuatnya berhasil melalui setiap tantangan 900 jam belajar di Bangkit. Di sinilah titik balik dan perjuangan Reza dimulai. Ia sebisa mungkin ingin menjadi seseorang yang andal dalam membagi waktu seperti waktu belajarnya di Bangkit, studinya di kampus untuk memperbaiki IPK, serta pekerjaan sampingannya untuk tetap memenuhi kebutuhan.
Bangkit Ternyata Jauh di atas Ekspektasinya
‘Ternyata jauh di atas ekspektasi’ adalah kesan Reza terhadap program kesiapan karier yang satu ini. Banyak hal mulai Reza raih satu persatu saat menimba ilmu di Bangkit. Salah satunya adalah kenaikan IPK dari semua 1 koma menjadi 3.19.
“Bangkit adalah kesempatan luar biasa. Semua yang saya butuhkan untuk modal saya terjun ke dunia profesional, diberikan oleh Bangkit. Saya tidak hanya belajar soal IT. Di sini saya mampu melatih soft skill dan mendapatkan ruang yang cukup untuk berkolaborasi.”
Bisa bertemu dengan para peserta Bangkit dari seluruh Indonesia dengan latar belakang yang berbeda-beda adalah hal yang paling Reza sukai. Mahasiswa yang mengambil learning path Cloud Computing ini juga mengaku sangat menikmati proses kerja samanya dalam menggarap capstone project.
Meski program dan instruksi yang diberikan di Bangkit sudah baku dan sangat terstruktur, Reza senang bisa memiliki kebebasan berpendapat dan berkontribusi selama proses pembelajaran. Reza mendapatkan apa yang tidak ia peroleh selama di bangku kuliah, yakni soft skill dan networking.
Usaha yang Terbayar Lunas
Usaha keras Reza membuat hidupnya lebih tertata. Ia mampu membagi waktu dengan lebih baik dan yang paling utama ia makin terinspirasi untuk terus maju mengembangkan diri. Kegigihannya untuk menggali ilmu di Bangkit mengantarkan Reza untuk lulus dan menjadi seorang certified Associate Cloud Engineer. Sertifikasi global dari Google ini ternyata mendatangkan kesempatan kerja yang lebih baik saat ia ikut serta dalam program Bangkit Career Fair. Bursa kerja ini menawarkan lowongan kerja dari para perusahaan mitra Bangkit kepada para lulusan Bangkit.
Berbekal CV dan sertifikasi yang dipunya, Reza melamar ke berbagai perusahaan mitra di acara bursa kerja dari Bangkit tersebut. Salah satu kesempatan kerja yang ia sasar adalah JTI Top Gun, sebuah program magang dari anak perusahaan IBM. Namun rupanya Reza mendapatkan yang lebih dari itu.
Alih-alih mencari lowongan kerja, justru Rezalah yang dicari oleh pemberi kerja. Reza dihubungi oleh pihak IBM JTI untuk langsung melamar posisi karyawan internal alias full time, bukan posisi magang seperti yang Reza sasar sebelumnya. Tawaran itu Reza sambut dengan baik, dan akhirnya, Reza berhasil diterima sebagai Application Developer di IBM JTI yang berbasis di Jakarta Pusat.
Tanggung jawabnya kini adalah memastikan internal core apps dari IBM JTI berjalan sebagaimana mestinya, melakukan otomatisasi proses bisnis tim internal seperti bagian keuangan dan HR, serta melakukan pengelolaan core apps dari IBM JTI. Pembelajaran yang diperolehnya di Bangkit membantu Reza dalam melakukan pekerjaannya yang melibatkan legacy code pada aplikasi. Ia jadi memahami html, css, dan JS secara lebih dalam.
Bisa menjadi bagian dari anak perusahaan multinasional asal Amerika Serikat adalah pencapaian yang amat Reza banggakan. Ia sangat senang karena perusahaan tempat Reza bekerja sekarang sangat mengedepankan peningkatan kualitas karyawan melalui berbagai kegiatan upskilling dan learning. Ilmu yang Reza peroleh di Bangkit, seperti soft skill, adaptability, serta time management, ia rasa amat bermanfaat untuk kariernya.
“Raih kesempatan itu. Bangkit itu benar-benar sebuah peluang untuk menunjukkan diri kalian secara all out,” ujar Reza pada peserta Bangkit 2022.
Reza memahami bahwa jalan yang pernah ditempuhnya amat sulit dan ada banyak anak muda yang mungkin menempuh jalan berliku sepertinya. Namun Reza berulang kali menekankan “Dengan kesabaran dan kerja keras, semua usaha kita akan terbayar lunas!”
Terakhir, Reza menyebutkan bahwa menjadi versi terbaik dari diri sendiri merupakan kunci bagi kita untuk naik setingkat demi setingkat ke tempat yang lebih ‘tinggi’.
Baca cerita inspiratif lulusan Bangkit lainnya berikut ini