Instant Gratification: Tuntutan Kenyamanan Hidup
Fast food. Instant messsaging. Instant entertainment. Orientasi di jaman ini, melulu kenyamanan hidup. Memang kita menikmatinya.
Yang tidak kita nikmati itu biasanya: usaha yang lebih, proses, dan menunggu. Semua dianggap sebagai kekurangan. Kita ingin hidup nyaman dari usaha yang minimal, proses mudah, dan kalau bisa, tanpa menunggu.
Hello guys, ada yang salah di sini?
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangAda. Sifat tak sabar ingin cepat-cepat dapat hadiah alias “instant gratification” terbukti berkorelasi positif dengan rendahnya kompetensi akademis dan sosial.
Itu penemuan Walter Mischel pada studi terkenalnya “marshmallow test” di Amerika Serikat tahun 1960-an. Pernah dengar? Ia undang sejumlah anak 4 tahun dan minta mereka untuk memilih antara makan 1 marshmallow atau menunggu tapi dapat 2. Saat mereka dewasa, terungkap bahwa anak-anak yang mau menunggu, lebih sukses dalam studi dan karir. Mereka juga lebih bisa mengatasi frustrasi dan menepis godaan untuk berbuat negatif.
See ?
Kontrol dan disiplin diri itu, penting guys. Tentu kalian pilih sukses dalam jangka panjang daripada kenikmatan sesaat, bukan?
Pentingnya Kontrol dan Disiplin Diri untuk Seorang Developer
Narenda Wicaksono, CEO Dicoding menyebut kontrol dan disiplin diri sebagai 1 di antara 3 karakter utama yang harus dimiliki oleh seorang developer. Karakter ini menentukan, does it make or break your project ?
Source control yang hebat, mesti diiringi dengan developer yang disiplin menggunakannya secara terstruktur dan rasional.
Pekerjaan software development bisa memakan waktu singkat hingga berbulan-bulan. Kode bisa sewaktu-waktu jadi tak terprediksi. Timeline klien berubah dan deadline pun dipercepat. Familiar?
Profesi sebagai seorang developer terkadang penuh dengan stres. Kontrol diri jadi kunci untuk tetap waras dan mengatur ekspektasi. Sementara disiplin diri membuat kita stay on track.
Namun apa jadinya kalau kita ingin buru-buru merampungkan sebuah proyek dengan kontrol-disiplin diri yang rendah?
Salah satunya adalah plagiarisme ☹
Plagiarisme dan Akibatnya
Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2013) plagiarisme adalah mencuri gagasan, pemikiran, proses, objek dan hasil karya seseorang, baik dalam bentuk data atau kata-kata, tanpa menyatakan penghargaan.
Menurut sebuah artikel New York Times (2017) di Brown University, Amerika Serikat, lebih dari separuh pelanggaran akademis berkaitan dengan perilaku cheating mahasiswa di kelas-kelas jurusan Ilmu Komputer. Begitu juga dengan Standford University di mana 1 dari 5 kelas Ilmu Komputer terindikasi penuh dengan cheating. Imbasnya, mahasiswa diberi sanksi akademis ringan hingga berat.
Itu di ranah akademis. Di ranah profesional, ada juga kasus 8 tahun yang tak kunjung tuntas antara dua perusahaan raksasa negeri Paman Sam. Pangkal masalahnya, penggunaan Java API copied code. Imbasnya, tuntutan ganti rugi jutaan dolar.
What are our key take aways, alias hikmah yang kita petik, sebagai programmer?
Hindari plagiarisme.
Jika tidak, berikut ini 4 akibat plagiarisme bagimu:
#1 Reputasi Hangus
Mau kamu entry level atau senior level programmer, pasti senang upload project di version control platform seperti Github, Gitlab, Bitbucket, dll. Tentu di antaranya ada yang jadi andalan untukmu cari inspirasi atau referensi. Normal. The thing is, cari inspirasi itu beda dengan copy cat.
Sekali kamu ketahuan plagiat dalam pekerjaan akademis atau profesionalmu, reputasimu hangus. Ingatlah kutipan populer berikut ini “Trust takes years to build, seconds to break, and forever to repair.”
Saat kamu merusak reputasimu dengan cheating, itulah momen orang lain tidak percaya. “Dan lalu tiada seorangpun yang ingin berbisnis denganmu” ujar Robert Budi Hartono, pengusaha Indonesia.
#2 Kesempatan Belajar, Hilang
“Developer yang plagiat itu, nggak akan paham kode yang dia copas. Hilanglah kesempatan dia untuk belajar” ujar Nur Rohman, Dicoding Engineer yang bertanggung jawab pada kelas Kotlin Android Developer Expert.
Setiap latihan dan tugas yang ada di Dicoding Academy didesain untuk memiliki tujuan pembelajaran (learning outcome). Tujuan ini dicapai dengan berbagai cara, misalnya dengan menghadapkanmu pada studi kasus, eror, dan sebagainya yang merupakan representasi dari tantangaan pemrograman di dunia nyata. Jadi jangan nyerah ketemu eror atau galat. Belajar yang baik itu tidak juga hanya dari membaca. Melainkan juga dari praktek dan mencoba
Guys, sayang banget kan kalian sudah bayar sekian juta atau dapat kesempatan beasiswa terbatas, kalau ujung-ujungnya plagiat. Kami prihatin dan sangat menyayangkan. Padahal nih guys, kalau kamu plagiat, kamu sendiri yang rugi. Kamu nggak dapat ilmu. Beneran.
Dari pada plagiat, jika nemu kesulitan, coba baca lagi modulnya. Tanya di forum diskusi Akademi yang selalu ada buatmu. Bertukar pikiranlah dengan sesama peserta atau Dicoding experts. Ini bikin skill kamu topped-up dan menempa kalian jadi pembelajar sejati. Memang hasilnya nggak instan atau nggak secakep source code developer lain. Tapi bedanya, kalian mengerti setiap baris yang kalian ketik. Inilah intinya!
#3 Terancam Di-banned
Sebagai developer, kita hidup di komunitas kecil yang organik. Kalian maju karena ada guru, dosen, klien, senior engineer di atas kalian, atau learning venue seperti Dicoding Academy.
Mau di-banned sama mereka?
Kalau di Dicoding, terkait dengan poin #1, kami menganggap plagiarisme sebagai “trust issue.” And trust issue is always a serious issue.
Perlu diketahui bahwa Dicoding punya plagiarism checker. Tool ini kami kembangkan untuk secara otomatis memberi kode merah pada setiap submisssion yang terindikasi plagiat. Tools ini berjalan berdampingan dengan tinjauan peer reviewers Dicoding. Mekanisme ini kami lakukan berkala untuk mendeteksi temuan-temuan yang “unik.”
Mulai saat ini kami tak ragu membekukan akun member plagiat. Harapannya agar kualitas lulusan Dicoding Academy, tetap terjaga.
#4 Terancam Didenda dan Dipenjara
Plagiarisme tindakan kriminal, guys.
Secara hukum, UU Hak Cipta RI No. 28 tahun 2014 telah mengaturnya, berikut pula sanksi hukuman badan dan denda. Di sana termaktub plagiarisme dalam “program komputer” termasuk “bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apapun yang ditujukan agar komputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk mencapai hasil tertentu.
Artikel ini tidak ingin mengelaborasi lebih lanjut tentang konsekuensi hukum. Semata-mata karena penulis bukan ahli hukum. Tapi intinya, jika perlu bacalah panduan hukum yang ada, guys. Pikir-pikir lebih lanjut, gimana kalau pemilik project yang kalian copy, menuntut kalian ke meja hijau. Aduh serem kan..
OK guys, setelah mengerti empat akibat di atas, jauhi ya perilaku yang satu ini.
Demi kebaikan kalian, hindari plagiarisme.
Janganlah mencatut hasil karya developer lain tanpa izin. Setuju? Nanti ditilang pak Polisi, eh Reviewer Dicoding loh.
Yuk buat aplikasi modal belajar dan skill sendiri? Ikut Dicoding Academy aja. Berikut pilihannya:
- Menjadi Flutter Developer Expert (terbaru)
- Membangun Progressive Web Apps (terbaru)
- Belajar Membuat Aplikasi untuk Pemula (pas buat yang baru mau belajar)
Ada pertanyaan tentang pilihan kelas Academy? Tulis komentarmu ya di bawah.