Cerita Perjuangan Sulthonika Mahfudz Al Mujahidin, yang Bermimpi jadi Machine Learning Developer lewat Coding Camp powered by DBS Foundation
Sulthonika Mahfudz Al Mujahidin (18) adalah contoh nyata bagaimana perjuangan dapat mengubah nasib seseorang. Lahir di desa kecil Bencah, Bangka Selatan, Bangka Belitung, ia tumbuh dengan berbagai keterbatasan, mulai dari dari akses teknologi yang minim hingga kendala ekonomi yang membuatnya berpikir dua kali untuk melanjutkan pendidikan.
Walau begitu, impian Sulthon untuk menjadi seorang machine learning developer tak pernah surut. Ia selalu ingat kata-kata ayahnya:
đź’» Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar Sekarang“Kalau kamu ingin mendapatkan apa yang orang lain dapatkan, kamu harus berusaha dengan usaha yang tidak pernah dilakukan oleh orang lain.”
Setelah 12 kali gagal masuk perguruan tinggi negeri, Sulthon akhirnya berhasil diterima di Telkom University Surabaya melalui beasiswa APERTI BUMN. Namun, ia merasa belum cukup untuk bersaing di pentas yang lebih besar. Dari situ, ia pun memutuskan untuk mengikuti Coding Camp powered by DBS Foundation.
Bagaimana kisah Sulthon saat mengikuti Coding Camp powered by DBS Foundation? Mari simak kisahnya di sini!
Perjuangan Putra Petani Menggapai Mimpi
Desa Bencah, sebuah desa kecil di Bangka Selatan, dulu terkenal akan hasil perkebunan ladanya. Namun, seiring berjalannya waktu, kejayaan perkebunan lada di sini memudar. Di masa inilah, Sulthon lahir. Ayahnya adalah seorang petani tanpa penghasilan tetap, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga.
“Dari mereka, saya belajar arti perjuangan dan ketekunan sejak dini. Apalagi, saya adalah anak pertama dari dua bersaudara, tentunya ingin menjadi teladan bagi adik saya yang masih kelas 8 SMP,” ujar Sulthon.
Sejak dini, Sulthon selalu menunjukkan minat yang besar terhadap dunia teknologi. Saat SMA, hobinya adalah main game. Minatnya ini menjadi titik balik ketika guru kimianya, Pak Rizky Yudhatama, menasehatinya untuk tidak hanya tertarik bermain game, tetapi juga mencoba membuat sistemnya.Â
“Nasihat itu menumbuhkan rasa penasaran dalam diri saya, mendorong saya untuk mengikuti seleksi olimpiade sains dan informatika meskipun tidak lolos,” kenangnya.
Lulus SMA, Sulthon memutuskan untuk mengejar pendidikan di bidang teknologi di perguruan tinggi. Namun, perjalanannya tidak mudah. Ia menghadapi 12 kali kegagalan saat mendaftar ke perguruan tinggi negeri. Sampai suatu hari, kegigihannya membuahkan hasil. Ia berhasil diterima di Telkom University Surabaya melalui beasiswa.Â
Sayang, beasiswa tidak serta merta menghilangkan masalah Sulthon. Beasiswa tersebut hanya menanggung biaya pendidikan, sementara biaya hidup, kosan, dan kebutuhan sehari-hari harus ditanggung sendiri. Kadang, Sulthon hanya makan satu kali sehari karena keterbatasan uang bulanan.
“Meski sering sakit maag akibat pola makan yang tidak teratur, saya berhasil mempertahankan IPK sebesar 3,47.”
Selain fokus pada akademik, Sulthon juga aktif dalam kegiatan sosial, kepemimpinan, dan lingkungan, berusaha memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Keinginannya untuk menjadi pribadi bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar tak hanya sebatas impian; melainkan panggilan hati yang ingin diwujudkan.
Menemukan Coding Camp powered by DBS Foundation
Meski sudah menimba ilmu di program studi Informatika, Telkom University Surabaya, Sulthon merasa bahwa ia harus menambah ilmu tentang coding untuk menjadi machine learning developer yang unggul. Dari situ, ia menemukan Coding Camp powered by DBS Foundation, program beasiswa pelatihan coding secara online.
Pertemuan pertama Sulthon dengan Coding Camp powered by DBS Foundation cukup tak terduga. Melalui sebuah pesan WhatsApp yang dibagikan oleh komunitas Google Developer Student Clubs (GDSC) di kampusnya, Sulthon menemukan informasi tentang program ini.Â
“Jadi, ada yang share pendaftaran Coding Camp powered by DBS Foundation di grup WhatsApp. Saya pun langsung mendaftar karena melihat ini sebagai peluang untuk belajar hal baru.”
Bagi Sulthon, kesempatan ini datang di saat yang tepat. Ia melihat Coding Camp powered by DBS Foundation sebagai batu loncatan yang dapat membawanya lebih dekat dengan impian besar di bidang teknologi. Sulthon yakin bahwa pelatihan yang diberikan akan menjadi kunci dalam mengembangkan keterampilan digital yang mumpuni.
Dengan latar belakang hidup yang penuh perjuangan, Sulthon menyadari bahwa peluang ini adalah jalan untuk mengubah nasib, sekaligus memberikan dampak positif bagi keluarganya.
“Dengan mengikuti Coding Camp powered by DBS Foundation, saya berharap mendapatkan pemahaman mendalam tentang dunia pemrograman dan teknologi informasi,” jelasnya.Â
Pengalaman Berkesan di Coding Camp powered by DBS Foundation
Setelah belajar di Coding Camp powered by DBS Foundation, Sulthon menemukan panduan yang jelas dan terstruktur untuk mencapai impiannya. Memang, program ini dirancang untuk memberikan pengetahuan mendalam tentang berbagai aspek teknologi, termasuk machine learning.Â
“Materi dari Dicoding, yang disusun oleh para ahli di bidangnya, memberikan saya kerangka berpikir yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan yang relevan di industri saat ini.”
Pengalaman belajar di Coding Camp powered by DBS Foundation sangat berkesan bagi Sulthon. Meskipun masa kuliah dan persiapan ujian akhir (UAS) membuat jadwalnya sangat padat, ia merasa antusias dengan materi yang disajikan.Â
“Pengalaman belajar di Coding Camp sangat menarik, terutama dalam kelas Belajar Dasar Visualisasi Data dan Memulai Pemrograman dengan Python,” kata Sulthon.Â
Menurut Sulthon, ia tak hanya mendapatkan dasar-dasar pemrograman, tetapi juga bagaimana menerapkan statistika probabilitas menggunakan Python. Materi visualisasi data juga memberikannya keterampilan yang sangat berguna dalam mengolah dan menampilkan data.Â
Pengetahuan ini tidak hanya bermanfaat dalam konteks bootcamp, tetapi juga relevan dengan studinya di Telkom University Surabaya. Bahkan, memperkaya pemahaman dan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas akademis.
“Tantangan adalah Peluang untuk Belajar dan Berkembang”
Setelah menjalani Coding Camp powered by DBS Foundation, Sulthon akhirnya merasakan buah dari perjuangan dan dedikasinya. Program ini memberikan lebih dari sekadar pengetahuan teknis; ini adalah transformasi total yang memperkaya keterampilannya dan membekalinya untuk masa depan.Â
“Dengan pemahaman mendalam tentang AI, deep learning, dan machine learning, saya merasa siap untuk menghadapi tantangan di industri teknologi,” ucap Sulthon.
Keberhasilan ini bukan hanya soal angka dan nilai, tetapi juga tentang pertumbuhan pribadinya. Dengan memanfaatkan pengetahuan dari Coding Camp powered by DBS Foundation, Sulthon berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam dunia teknologi dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat di era digital ini.
Dengan fondasi yang kuat dalam bidang IT, Sulthon tidak hanya siap untuk sukses, tetapi juga mampu menghindari kegagalan yang sering dihadapi oleh mereka yang kurang persiapan. Sulthon telah mengubah tantangan menjadi peluang, memanfaatkan setiap kesempatan untuk belajar dan berkembang.Â
Kutipan yang ia pegang dari sang ayah, “Kalau kamu ingin mendapatkan apa yang orang lain dapatkan, kamu harus berusaha dengan usaha yang tidak pernah dilakukan oleh orang lain,” menjadi pendorong utama dalam perjalanannya. Kini, ia berada di jalur yang tepat untuk menjadi seorang machine learning developer yang andal.
Sulthon juga memiliki pesan untuk peserta Coding Camp powered by DBS Foundation di masa depan:Â
“Jangan pernah menyerah meskipun menghadapi banyak rintangan. Setiap tantangan adalah peluang untuk belajar dan berkembang. Manfaatkan setiap kesempatan yang ada dan berusahalah lebih keras dari yang lain,” tutupnya.