Cerita Perjuangan Djoko Imam Pamungkas, Fasilitator IDCamp 2022, agar Seratus Persen Peserta Didiknya Lulus dari Kelas Mahir
“Perjuangan” adalah kata yang tidak asing di telinga Djoko Imam Pamungkas (25), seorang pemuda asal Kab. Gunungkidul, Yogyakarta. Dulu, berperan sebagai fasilitator, ia berusaha untuk mengantarkan sebanyak mungkin anak bimbingnya ke gerbang kelulusan Program Beasiswa IDCamp 2022.
Dari sosok kedua orang tuanyalah Djoko memahami makna dari perjuangan tersebut. Ia harus berjuang lebih keras dari kebanyakan orang untuk bisa mencapai tujuannya karena Djoko terlahir dari keluarga sederhana.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangOleh karenanya, ia sudah memahami dengan baik bahwa membuat banyak anak bimbingnya lulus dari program beasiswa adalah satu dari sekian banyak hal dalam hidupnya yang perlu diperjuangkan.
Lalu, bagaimana cerita lengkap perjuangan Djoko sebagai Fasilitator IDCamp 2022 untuk mencapai tujuan tersebut? Mari kita baca cerita lengkapnya!
Sosok Kedua Orang Tua yang Mengajarkan Djoko tentang Perjuangan
Lahir di Bogor dan sempat menghabiskan masa kecil di Jakarta, Djoko terlahir sebagai anak tunggal. Dulu, ayahnya bekerja sebagai security. Sempat jatuh sakit pada tahun 2011, ayah Djoko memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sambil membawa serta Djoko dan ibunya. Tujuan kepulangan tersebut adalah untuk pengobatan.
Namun, takdir berkata lain. Ayah Djoko berpulang pada Sang Pencipta, membuat ibu Djoko harus berperan sebagai tulang punggung keluarga, menggantikan almarhum sang suami. Demi bisa membiayai kehidupan dan pendidikan Djoko, ibu Djoko merantau ke Jakarta untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga. Di Kabupaten Gunung Kidul, Djoko akhirnya tinggal bersama sang nenek.
Meski jauh dari orang tua sejak muda, Djoko belajar banyak soal kerja keras dan perjuangan dari mereka. Oleh karenanya, Djoko ingin menjadi sosok yang sama. Ia ingin membuat ibunya yang sedang berjuang keras di Jakarta bisa bangga dengan pencapaian Djoko. Akhirnya, Djoko giat belajar demi bisa memperoleh beasiswa untuk bersekolah di SMK.
Usaha Djoko berbuah manis saat ia memperoleh beasiswa penuh untuk menempuh pendidikan di sekolah kejuruan impiannya. Bantuan dana ini benar-benar meringankan beban sang ibu. Keputusannya untuk melanjutkan studi ke SMK menjadi cikal bakal tumbuhnya minat Djoko terhadap teknologi.
Memperluas Wawasan Teknologi pada Program Beasiswa IDCamp
Saat hari-hari Djoko dimulai sebagai siswa SMK, ia menemui beberapa mata pelajaran yang berhubungan dengan teknologi. Saat kelas sepuluh, Djoko sempat belajar mengenai pemrograman web yang saat itu masih menggunakan Adobe Dreamweaver, algoritma dasar, serta sedikit materi coding mengenai Turbo Pascal.
Berkenalan dengan beberapa bidang studi tersebut membuat Djoko tertarik untuk mempelajari teknologi secara lebih dalam. Inilah yang membuat Djoko ingin bisa berkuliah di jurusan teknologi selepas lulus SMK nanti karena ia bercita-cita untuk menjadi programmer.
Cita-cita itu kemudian terwujud saat Djoko menamatkan studi di SMK dan mendapatkan beasiswa lagi untuk pendidikannya. Ia pun berkuliah di Universitas Ahmad Dahlan dan mengambil program studi Sistem Informasi.
Saat itu, sebagai mahasiswa SI, Djoko merasa bahwa ia perlu memperluas wawasannya, tidak hanya dengan materi yang diperoleh di kampus, tetapi juga dengan pembelajaran dari luar kampus.
Memiliki pemikiran seperti itu, saat duduk di semester tujuh, Djoko ikut serta pada Program Beasiswa IDCamp 2019. Selama 60 jam belajar, Djoko menyelesaikan kelas Belajar Membuat Aplikasi Android untuk Pemula.
Sejak lulus dari Program Beasiswa IDCamp 2019, Djoko rajin belajar pada platform Dicoding. Berbagai kelas dan program ia ikuti, mulai dari kelas-kelas lanjutan dari alur belajar Android hingga Machine Learning.
Setelah selesai belajar di Dicoding dan menamatkan studi di Universitas Ahmad Dahlan, Djoko bekerja sebagai IT support technician di Binokular Media Utama, sebuah perusahaan konsultan IT yang berbasis di Yogyakarta tahun 2020.
Berpengalaman Menjadi Fasilitator pada Program-Program Beasiswa
Setelah lulus dari kampus, Djoko memulai kariernya di Yogyakarta. Resmi menjadi salah satu alumni program-program belajar di Dicoding, Djoko mendapatkan kabar mengenai kesempatan untuk menjadi fasilitator pada salah satu program beasiswa yang ada di Dicoding.
Merasa bahwa menjadi fasilitator bisa menjadi kesempatan baik untuknya belajar lebih banyak dan menyalurkan minatnya untuk mengajar, Djoko pun mengambil kesempatan tersebut.
Pengalaman Djoko menjadi fasilitator pada program lain di Dicoding menyuntikkan rasa percaya diri untuknya menjadi fasilitator pada Program Beasiswa IDCamp 2022. Saat itu, ia mendapatkan kesempatan untuk menjadi fasilitator untuk alur belajar DevOps Engineer. Saat bergabung menjadi fasilitator di IDCamp, Djoko sudah beralih karier menjadi laboratory engineer di Universitas Ahmad Dahlan.
Djoko mengakui bahwa pengalamannya selama menjadi fasilitator pada Program Beasiswa IDCamp 2022 sangat seru. Ia terdorong untuk bisa belajar dengan cepat agar bisa menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan oleh para peserta di grup.
“Selain menjawab berbagai pertanyaan di grup, saya juga selalu memastikan progress peserta dengan mengirimkan pesan pribadi pada anak-anak di bawah asuhan saya,” ujar Djoko.
Meski menikmati pengalamannya, menjadi fasilitator pada Progam Beasiswa IDCamp 2022 dan laboratory engineer di Universitas Ahmad Dahlan cukup menantang bagi Djoko. Ia harus bisa menyeimbangkan antara kewajibannya di IDCamp dan perannya sebagai laboran di kampus.
Selain itu, Djoko juga perlu memperluas wawasannya tidak hanya dari materi yang ada, tetapi juga di luar materi yang disediakan. Ini karena peserta kerap memberikan pertanyaan dari pembelajaran yang mereka tidak dapatkan di kelas.
Saat Perjuangan Djoko Memberikan Hasil yang Memuaskan
Terlepas dari tantangan yang mesti Djoko hadapi saat menjadi fasilitator pada Program Beasiswa IDCamp 2022, tekadnya tetap bulat untuk bisa mengantarkan sebanyak mungkin anak-anak didiknya lulus dari program. Perjuangan Djoko pun memberikan hasil yang memuaskan saat seratus persen peserta bimbingannya berhasil lulus dari kelas mahir.
“Kunci dari diraihnya angka graduation rate yang tinggi adalah komunikasi baik yang terjalin dengan peserta, pemahaman kita sebagai fasilitator terhadap kendala yang para peserta hadapi, serta cara fasilitator menjembatani komunikasi baik antara peserta dengan tim Dicoding,” ujarnya.
Keberhasilan Djoko membuat seratus persen peserta asuhannya lulus membuatnya memperoleh banyak manfaat. Benefit yang Djoko peroleh, antara lain Dicoding Points yang kemudian ia redeem dengan monitor untuk menunjang pekerjaannya, akses kelas selama setahun pada platform Dicoding bernilai 12 juta rupiah, serta jejaring profesional yang meluas.
“Agar bisa menjadi fasilitator yang berhasil, kita harus berani untuk menerima tantangan serta mau mendorong diri sendiri untuk belajar lebih banyak agar para peserta di bawah bimbingan kita dapat lulus dari program yang mereka ikuti.” Djoko menutup sesi wawancara.