Perjalanan Developer Lulusan PTS yang Berkarir di BUMN
Menjadi lulusan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pasti merupakan idaman seluruh lulusan Sekolah Menengah Atas maupun Kejuruan (SMA/K) yang hendak melanjutkan pendidikan. Dengan ekspektasi “masa depan cerah”, banyak yang beranggapan bahwa berkuliah di PTN adalah jalan terbaik menuju kesuksesan karena kualitas universitas yang konon sudah sangat jelas.
Sayangnya, tak semua dari mereka mendapatkan kesempatan tersebut. Meski banyak jalur menuju PTN, tak semua calon mahasiswa mampu menerobosnya. Mau tak mau, Perguruan Tinggi Swasta (PTS) adalah alternatifnya. Termasuk Ahmad Shofi (27), Web Developer Perum Jasa Tirta. Berangkat dari sebuah kampus non negeri di Tuban, Shofi tak sama sekali merasa minder. Berpegangan pada prinsip “kesuksesan itu tak pandang latar belakang”, kini ia berhasil menjadi seorang developer di salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurut penyandang tuna daksa ini, profesinya kini merupakan salah satu pencapaian terbaik dalam kariernya.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangLantas, bagaimana Shofi bisa mencapai posisi tersebut? Mari kita simak perjalanannya.
Merantau untuk Temukan Jati Diri
Berkelana meninggalkan kampung halaman dan sanak keluarga merupakan fase hidup yang menentukan untuk Shofi. Pria asal Kabupaten Tuban itu merantau setidaknya selama 5 tahun ke 5 kota berbeda sejak lulus SMK. Mulai dari menempuh pendidikan sarjana di PTS Universitas PGRI Ronggolawe Tuban pada tahun 2012-2016, bekerja di 5 jenis perusahaan berbeda pada di tahun 2016-2020, hingga akhirnya diterima menjadi Web Developer di BUMN Perum Jasa Tirta 1 pada tahun 2021. Misinya satu, menaikkan taraf kehidupan.
“PTS saya saat itu masih belum memberikan banyak akses untuk perkembangan skill programming. Lulusan IT kabupaten Tuban pun kemungkinan tak akan bisa struggle di sana karena job opportunity-nya minim. Oleh karena itu, saya merantau.”
Menurut Shofi, butuh tekad yang kuat dan niat yang bulat untuk merantau. Tujuannya pun tak jauh berbeda seperti perantau lainnya: sukses di tanah orang dan membawa kebahagiaan ketika pulang.
Sempat Mismatch Selama 5 Tahun
Familiar dengan kondisi bekerja di luar bidang yang sudah ditekuni? Yap. Itulah Mismatch, tak terkecuali pernah dialami oleh Shofi. Sejak kuliah merupakan mahasiswa Teknik Informatika yang sudah tekuni bidang Web Development, namun nyatanya profesi idaman menjadi seorang Web Developer tak diraih secara instan. Menjadi admin di sebuah usaha mikro, graphic designer, hingga digital marketer di perusahaan jenis Payment Point Online Bank (PPOB) telah ia lalui.
Faktanya, Shofi tidak sendiri. Fenomena mismatch di dunia kerja ini ternyata jamak dialami oleh 60.62% pekerja di Indonesia (INDEF, 2018).
Melompat dari pekerjaan satu ke lainnya, Shofi menemukan titik terang. Lewat profesi digital marketing di perusahaan jenis PPOB, ia terhubung dengan para developers. Tak ayal ini membuat Shofi kembali ingin tekuni bidang web development. Dengan tersenyum ia mengenang, “Meskipun bukan bagian dari tim developer, saya jadi ikutan ngulik bareng mereka. Di situlah mereka kenalkan saya dengan platform Dicoding yang membuat saya kembali ingin belajar coding.”
Investasi Diri Lewat Dicoding
Bagaikan sebuah wake up call, vakum ngoding selama 1 tahun rupanya menyadarkan Shofi bahwa ia harus kembali menggeluti bidang kegemarannya. Melalui rekan kerja developers-nya, Shofi berkenalan dengan platform belajar Dicoding. Bergabung bersama dengan 500 ribu member Dicoding lainnya, ia pun mulai belajar web development menggunakan fitur Trial 15 hari Dicoding.
“Pertama kali belajar di Dicoding Academy, saya coba fitur Trial. Ambil kelas Belajar Dasar Pemrograman Web, alhamdulillah sekali coba submission langsung lulus.” (Shofi)
Merasa tertantang melanjutkan proses belajarnya di learning path Front-End Web Developer, tanpa pikir panjang Shofi pun rela merogoh kocek untuk mengikuti program Kartu Prakerja yang pada awal tahun 2020 mengadakan pelatihan di kelas Belajar Fundamental Front-End Web Development. Dengan optimis, ia kembali luluskan kelas di level menengah pada alur belajar tersebut. Satu per satu jalan Shofi untuk menjadi seorang Front-End Web Developer pun, semakin terbuka.
Melihat Keterbatasan sebagai Sebuah Kesempatan
Di balik seluruh perjalanannya, ada hal yang spesial dari dirinya.
Sebagai penyandang tuna daksa, Shofi merupakan bagian dari 0.5% developer difabel dari total setengah juta member Dicoding.
Baginya, meskipun secara fisik berbeda, setiap individu itu memiliki kesempatan dan hak yang sama, terutama dalam hal belajar dan bekerja. Oleh karenanya, keistimewaannya itu tak menyurutkan semangat Shofi untuk tetap berjuang.
Setelah ia berhasil menyelesaikan program Kartu Prakerja, pada pertengahan tahun 2020 Shofi mendaftar fasilitasi di kelas Membangun Progressive Web Apps (kelas yang kini sepenuhnya dilebur ke Menjadi Front-End Web Developer Expert) yang diadakan oleh Dicoding bersama Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf). Dengan bermodal kelulusan di kelas sebelumnya, ia berhasil terpilih menjadi salah satu peserta fasilitasi Baparekraf Digital Talent 2020 dan dengan ambisi yang sama, kelas tersebut berhasil diluluskannya dengan hasil yang memuaskan.
Lolos BUMN Berkat Fasilitasi Baparekraf Digital Talent
Mismatch yang Shofi alami selama kurun waktu 5 tahun, akhirnya menemukan titik temu. Pasalnya, setelah ia kembali mendalami bidang Front-End Web Development lewat Dicoding, Shofi terdorong untuk mulai benar-benar meniti karier di bidang tersebut. Setelah berhasil menyelesaikan fasilitasi BDT 2020, ia mengadu nasib dengan mencari opportunity kerja yang sesuai impiannya melalui platform Kerjabilitas, platform penyedia lowongan kerja khusus penyandang disabilitas.
Selang beberapa waktu, di awal tahun 2021 dirinya mendapat tawaran untuk mencoba daftar dan ikut seleksi salah satu BUMN sebagai Web Developer. Shofi yang sempat dilema mengingat background pekerjaannya selama 5 tahun ke belakang tak “nyambung” mencoba untuk percaya diri dengan mengandalkan sertifikat kompetensi yang ia dapat dari belajar di Dicoding.
Hasilnya, Shofi berhasil menyisihkan beberapa kandidat disabilitas lain setelah melewati 4 tahap seleksi!
“Kalau saja saya tidak mencantumkan sertifikat kompetensi dari Dicoding, mungkin hasilnya zonk. Habisnya, pengalaman kerja 5 tahun lalu gak relevan sama sekali dengan Web Developer.” (Shofi)
Zaman sekarang, nampaknya daftar pengalaman dan pencapaian saja tak cukup untuk terobos seleksi kerja. Pembuktian skill Shofi menggunakan sertifikat kompetensi Dicoding. Inilah salah satu tips lolos seleksi kerja yang bisa digunakan developer di Indonesia.
Dari Lulusan PTS, hingga Developer BUMN
Perjalanan Shofi membuktikan bahwa siapapun dapat meraih kesempatan yang sama untuk berkembang meskipun tidak ada privilese khusus untuk mencapai keberhasilan tersebut. Asalkan mau berusaha, nasib baik pun patut dipercaya dapat menghampiri siapa saja, termasuk para lulusan Perguruan Tinggi Swasta.
Bahkan setelah diterima bekerja sebagai pengawai BUMN, Shofi tak berhenti meningkatkan skill pemrogramannya. Bukannya fokus memulai pekerjaan baru, di awal karirnya sebagai Front-End Web Developer di BUMN Perum Jasa Tirta 1, ia justru mengikuti fasilitasi dari Baparekraf Digital Talent untuk kedua kalinya. BDT 2021 kala itu memberikan fasilitasi di kelas Menjadi Front-End Web Developer Expert, kelas level mahir pamungkas alur belajar Front-End Web Developer Dicoding. Dengan jerih payah membagi waktu antara kerja, keluarga, dan fasilitasinya, Shofi kembali berhasil meluluskan kelas Web Mahir dari Baparekraf tersebut. Setidaknya Shofi sudah menghabiskan 240 jam belajar untuk menyelesaikan satu alur belajar Dicoding ini. Superb!
“Ketika mengerjakan project, dulu saya hanya fokus agar sistem dapat “jalan” dan tidak ada bug. Tapi setelah saya belajar seluruh kelas di alur belajar Front-End Web Dicoding, ternyata banyak hal yang saya baru tahu seperti pentingnya web performance, code splitting dan banyak lagi. Hal-hal yang sebelumnya tidak saya perhatikan ternyata bisa sangat berdampak pada pengembangan project yang saya kerjakan.” (Shofi)
Menutup percakapan pagi itu, Shofi berharap pengalamannya dapat memberikan sedikit dorongan bagi para lulusan PTS maupun penyandang disabilitas lainnya untuk tetap percaya dengan kemampuan diri sendiri. Ia juga berharap mereka tak minder untuk bersaing dengan yang orang-orang berprivilese di luar sana. Tak hanya itu, Shofi juga memiliki mimpi bahwa skillnya pemrogramannya mampu menciptakan solusi bagi orang banyak di masa depan.
Perjalanan Developer Lulusan PTS yang Berkarir di BUMN