Semua orang berani untuk bermimpi, tetapi tidak semua orang berani untuk mewujudkannya dengan mencoba melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Itulah yang Hilmi Almuhtade Billah (23) hadapi saat ia menjadi bagian dari angkatan yang pertama kali bisa mencicipi program Studi Independen Bersertifikat (SIB) dari Kampus Merdeka.
Menjadi seorang talenta digital adalah mimpi Hilmi, tetapi ia sempat ragu jika mimpi tersebut bisa dapat terwujud dengan belajar di program SIB Dicoding. Dari 250 mahasiswa Teknik Informatika di Universitas Negeri Surabaya, saat itu hanya 3 mahasiswa yang tertarik pada program SIB, salah satunya adalah Hilmi.
Mulanya ragu untuk belajar di SIB Dicoding, siapa sangka, keberanian Hilmi untuk mencoba hal baru akhirnya menuntunnya untuk bisa berkarier sebagai talenta digital di salah satu badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang infrastruktur. Seperti apa perjalanan Hilmi di SIB Dicoding? Mari kita baca selengkapnya!
đź’» Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangAngkatan Pertama di Kampus yang Mencicipi Program SIB
Hilmi kecil tak berbeda dari anak-anak pada umumnya yang sudah menampakkan ketertarikan terhadap teknologi sejak dini. Ia senang mengotak-atik komputer dan menghabiskan waktu dengan bermain game online. Mendapatkan kebebasan dari orang tua untuk mengasah minatnya, Hilmi memutuskan untuk mengambil studi Teknik Informatika di Universitas Negeri Surabaya selepas SMA.
Bertanggung jawab atas pilihan yang sudah dibuat dan mau mendedikasikan diri untuk sesuatu yang menjadi minatnya adalah dua hal yang paling kedua orang tua Hilmi tekankan padanya. Oleh karenanya, Hilmi menjalani studinya dengan sepenuh hati.
Perjalanan belajar Hilmi di kampus diwarnai dengan kehadiran Kampus Merdeka yang di dalamnya terdapat program SIB. Sempat ada sosialisasi mengenai program ini di kampus, Hilmi tergerak untuk mencari tahu lebih banyak seperti apa program SIB itu.
“Sempat cari tahu di Twitter, ternyata banyak banget yang ngomongin SIB. Saya lihat salah satu mitra di SIB adalah Dicoding, eksekutor dari berbagai program beasiswa pelatihan teknologi ternama. Saya jadi tertarik untuk ikut.”
Pembeda Program SIB Dicoding dengan Program Lainnya
Ada 250 mahasiswa di jurusan tempat Hilmi belajar di kampus. Namun, dari dua ratus lebih kawannya di kampus, hanya ia dan dua orang temannya yang tertarik untuk ikut serta di program SIB. “Pure karena penasaran,” ungkapnya.
Namun, ketika Hilmi diterima sebagai peserta SIB Dicoding Cycle 1 di alur belajar Front-End Web dan Back-End (FEBE) lalu saling berbagi cerita dengan temannya yang ikut program SIB dari mitra lain, ia menemukan pembeda.
“Pembelajaran teknologi yang Dicoding kasih bener-bener bisa diikutin orang awam. Kita tuh diajarin dari tingkat paling dasar, seperti apa sih pemrograman itu, logika pemrograman itu gimana, soal computational thinking, dan masih banyak lagi. Hal-hal basic inilah yang justru penting banget buat kita, supaya kita punya fundamental yang kuat dan tahu tujuan belajar kita.”
Selain dapat kesempatan untuk memperkuat fundamental, hal lain yang juga menarik perhatian Hilmi adalah keberadaan capstone project. Proyek akhir di mana Hilmi harus mengimplementasikan ilmunya ke dalam sebuah karya nyata ini menjadi bagian favorit sekaligus paling menantang baginya di SIB Dicoding.
Bersama seorang temannya dari Universitas Udayana, Hilmi menciptakan sebuah aplikasi berbasis web yang menjadi platform informasi beasiswa. Ia membangun sebuah informasi terpusat, di mana pengguna dapat dengan mudah memperoleh informasi beasiswa.
“Selama ngerjain capstone project, saya harus mengaplikasikan ilmu soft skills dan hard skills yang sudah saya pelajari di SIB. Saat itu, kemampuan pemrograman, critical thinking, manajemen waktu, dan komunikasi, harus dimanfaatkan secara all out.”
Raih Penghargaan Capstone Project Terbaik, Lalu Menjadi Seorang Mentor
Platform informasi beasiswa yang Hilmi dan temannya garap akhirnya berhak menyandang gelar capstone project terbaik. Pengalaman belajar dan prestasi yang Hilmi raih di SIB Dicoding Cycle 1 ia bawa serta saat memulai perjalanan kariernya pasca lulus dari program ini.
Perjalanan profesional Hilmi dimulai dari menjadi seorang Software Development Intern di Blibli.com. Ia mengaku bahwa saat proses wawancara, ia banyak bercerita soal keikutsertaannya di SIB Dicoding.
“Waktu wawancara, saya banyak ditanya soal pernah ngerjain proyek apa aja. Akhirnya, saya ceritain soal capstone project saya di SIB Dicoding. Pengalaman raih penghargaan capstone project terbaik jadi bekal untuk saya diterima di Blibli.com.”
Pasca meraih pengalaman kerja yang cukup di Blibli.com, Hilmi tergerak untuk kembali ke SIB Dicoding sebagai seorang mentor. Keinginannya untuk menjadi mentor tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai benefit yang sudah diterimanya dari Dicoding, salah satunya adalah pengalaman mengerjakan proyek akhir yang membuatnya bisa magang di startup teknologi ternama.
“Senang rasanya jika saya bisa terus terhubung dan dekat dengan ekosistem Dicoding,” ungkap Hilmi.
Akhirnya, Hilmi dipercaya sebagai mentor di SIB Dicoding Cycle 5 dan 6, yang bertugas untuk membimbing proses belajar para peserta.
“Apa yang Kita Pelajari Hari Ini Akan Bermanfaat di Masa Mendatang”
Hilmi merasa ilmu fundamental yang ia peroleh dari SIB Dicoding esensial untuknya menapaki jenjang karier sebagai seorang Full-Stack Developer. Pasca magang di Blibli.com, Hilmi sempat bekerja di sebuah perusahaan konsultan teknologi dan berperan sebagai seorang Full-Stack Developer. Pengalamannya belajar di SIB Dicoding dan bekerja di dua perusahaan teknologi, membawa HIlmi pada pekerjaannya yang sekarang.
Saat menjalani proses wawancara sebagai seorang Officer Full-Stack Developer di PT Hutama Karya, sebuah BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur, Hilmi mengaku bahwa ia masih menerapkan pengetahuan yang ia peroleh dari SIB Dicoding, tepatnya di kelas persiapan wawancara kerja. Sampai saat itu, Hilmi merasa ilmu tersebut sangat relevan untuknya.
Hasilnya, Hilmi berhasil diterima pada posisi tersebut. Di kantor, ia bertanggung jawab untuk mengembangkan software dan melakukan manajemen vendor IT untuk mencapai tujuan perusahaan di sektor teknologi.
“Kelas Menjadi React Web Developer Expert dan Menjadi Google Cloud Architect amat membantu saya di kantor dalam hal mengembangkan software. Tugas saya memang berada di sekitar dua bidang ini.”
Kini, sukses menjadi seorang talenta digital di sebuah BUMN, Hilmi ingin siapa pun yang mau mengikuti jejaknya untuk bersabar dalam berproses. Konsisten untuk terus belajar adalah kunci dari keberhasilannya.
“Jangan pernah memburu-buru kesuksesanmu. Bersabarlah dalam menjalani proses belajar karena pada waktunya nanti, apa yang kita pelajari hari ini akan bermanfaat di masa mendatang. Usaha teman-teman pasti akan membuahkan hasil,” tutup Hilmi.