Cerita Syaiful Imanudin, Lulusan SIB Dicoding Cycle 5, yang pantang menyerah
“Melamar pekerjaan itu sulit sekali. Kalau saya tidak punya bekal ilmu yang relevan, bagaimana saya bisa dapat kerja?”
Keresahan itu diungkapkan langsung oleh Syaiful Imanudin (21), seorang pemuda asal Cirebon, yang dulu sempat hidup prihatin sepeninggal sang ayah. Namun, bungsu dari tiga bersaudara ini mencontoh kegigihan kedua kakaknya yang pantang menyerah. Ia paham bahwa kondisi sulit ada untuk menempa dirinya menjadi sosok luar biasa.
Oleh karena itu, bercita-cita untuk bisa berkarier sebagai talenta digital, pemilik nama panggilan Ipul ini tak mengeluh dengan segala keterbatasan ekonomi yang dimilikinya. Ia memanfaatkan sumber daya seadanya untuk mempersiapkan diri jadi talenta teknologi. Dalam perjalanannya, Ipul pun sempat belajar di program Studi Independen Bersertifikat (SIB) Dicoding Cycle 5.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangMemahami arti dari “kesempatan baik tak datang dua kali,” Ipul bersungguh-sungguh belajar di SIB Dicoding. Berhasilkan Ipul menggapai cita-cita yang diinginkannya? Mari kita baca cerita lengkapnya.
Sosok yang Tumbuh dalam Kondisi Memprihatinkan
Saat ayah Ipul masih ada, beliau adalah seorang pegawai negeri sipil yang bisa memberikan kehidupan yang berkecukupan pada keluarganya. Ketika itu, ibu Ipul berperan sebagai ibu rumah tangga dan Ipul serta kakak-kakaknya masih bersekolah.
Namun, saat Ipul beranjak ke bangku SMP, ayah Ipul mengalami komplikasi. Ipul yang mulanya bisa intens bermain game di warnet dan menyalurkan minatnya di dunia teknologi, mau tidak mau harus mulai hidup prihatin. Sisa tabungan yang ayah dan ibunya punya diprioritaskan untuk pengobatan sang ayah.
Ipul yang awalnya bermimpi untuk bisa berkuliah di SMA negeri favorit di Cirebon selepas lulus SMP, harus mengubur keinginannya. Ia menyesuaikan diri dengan kondisi keuangan keluarga saat itu yang membuatnya melanjutkan studi ke MAN 2 Cirebon.
“Sekolah di MAN juga nggak apa-apa karena biayanya terjangkau. Selain itu, bonus dapat pendidikan agama,” kenangnya sambil tersenyum.
Berharap agar sang ayah segera sembuh dan bisa menyaksikan Ipul tumbuh lalu berkuliah di bidang teknologi nantinya, lagi-lagi, Ipul diuji. Sang ayah wafat saat ia masih duduk di kelas sepuluh. Sepeninggal sang ayah yang dulu merupakan tulang punggung keluarga, hari-hari keluarga Ipul berjalan dengan penuh perjuangan.
Kondisi Sulit Membuat Ipul Paham Arti Perjuangan
Saat sang ayah tiada, keluarga Ipul mengandalkan uang pensiunan yang dikelola oleh sang ibu. Kakak-kakak Ipul rela bekerja agar bisa memberikan uang saku pada Ipul dan mencukupi kebutuhan sekolahnya. Bahkan, kakak perempuan Ipul yang belum lulus kuliah lebih memilih untuk bekerja.
“Dulu, hidup kami struggle banget, Kak. Pernah sehari cuma makan telur dan mie doang. Harus hidup prihatin, biar Ipul bisa sekolah,” ungkap Ipul.
Melihat kakak-kakaknya tumbuh menjadi sosok yang pantang menyerah, Ipul pun meneladani sikap tersebut. Ia tak ingin kakak-kakaknya kecewa. Oleh karena itu, saat Ipul lulus MAN dan melanjutkan studi ke STMIK IKMI Cirebon, jurusan Informatika, ia ingin memberikan yang terbaik dan membuat keluarganya bangga.
“Ipul ingin belajar sungguh-sungguh. Makanya pas di mata kuliah Pemrograman Web, dosen Ipul kasih coding wars challenge, Ipul semangat banget buat ikutan. Di situ, Ipul bersaing buat bisa ngoding ngalahin temen seangkatan. Ipul pengen jadi yang nomor satu,” ujar Ipul yang pada akhirnya harus menerima hanya berada pada urutan sepuluh besar di kampus.
Namun, semangat Ipul untuk belajar pemrograman jauh lebih besar lagi mendengar salah satu kerabatnya berkarier sebagai Senior Software Engineer di Grab. Ia ingin mengikuti jejak sanak saudaranya tersebut. Selain pemrograman adalah minatnya, Ipul ingin bisa memberikan masa depan yang lebih baik bagi keluarganya.
Ikut SIB Dicoding, Ipul Sempat Diremehkan
Untuk bisa menjadi talenta digital yang berkarier di industri, Ipul tahu bahwa ia butuh lebih dari sekadar belajar di kampus. Ingin mengeksplor ilmu yang bisa ia dapatkan dari luar kelas, Ipul mulai berkenalan dengan Dicoding serta rajin menonton sesi Developer Coaching. Perkenalan Ipul dengan Dicoding itulah yang membawanya ikut serta pada SIB Dicoding Cycle 5, begitu program tersebut membuka pendaftaran.
Ipul yang sangat bersemangat untuk membawa teman-temannya maju dari segi kemampuan teknologi, mengajak mereka untuk belajar di SIB Dicoding. Sayangnya, Ipul memperoleh reaksi yang kurang mengenakkan.
“Waktu itu, Ipul ajak teman-teman ikut SIB Dicoding supaya mereka bisa lebih siap kerja sebagai talenta digital. Ipul semangat banget soalnya, Ipul pengen jadi anak tech yang bisa kerja WFH gitu. Tapi, teman-teman Ipul malah bilang, ‘Ngapain? Jangan halu. Cari kerja sekarang susah.”
Mendengar ucapan tak enak dari teman-temannya, Ipul tak lantas menjadi demotivasi. Ia maju terus seorang diri, mendaftar ke SIB Dicoding dan memilih alur belajar Full-Stack Developer. Alasannya, Ipul tahu bahwa kemampuan ini memiliki peluang kerja yang sangat besar dan ada banyak hal yang bisa Ipul eksplor di bidang Full-Stack. Ipul menolak menjadi prajurit yang kalah sebelum berperang.
Saat Pengalaman Belajar Membawa Ipul pada Mimpinya
Berhasil diterima di SIB Dicoding Cycle 5, Ipul mengaku memiliki pengalaman belajar yang sangat seru dan menyenangkan. Mentor yang suportif dan cara belajar yang menyelipkan waktu rehat di tengah-tengah sesi adalah hal yang Ipul akui paling seru dari belajar di SIB Dicoding.
Hal lain yang tak kalah berkesan bagi Ipul adalah saat ia berkesempatan untuk menjalin relasi dengan mentornya. Ia senang bisa saling berbagi dengan mentornya dan mendapatkan wawasan yang membuatnya lebih memahami dunia kerja.
Akhirnya, setelah belajar selama lebih dari 900 jam di SIB Dicoding, Ipul lulus, lalu mencantumkan sertifikat kelulusan SIB Dicoding pada lamaran kerjanya. Siapa sangka jika pengalaman belajarnya di Dicoding membuat 4-5 perusahaan di Jakarta tertarik untuk mempekerjakan Ipul.
“Mereka ingin hire Ipul karena Ipul sudah menyelesaikan kelas Cloud Practitioner Essentials, Belajar Implementasi CI/CD, dan Belajar Membangun Arsitektur Microservices di Dicoding. Ketiga kelas ini relevan dengan yang dibutuhkan industri,” kata Ipul.
Dari kelima perusahaan yang “melamar” Ipul, ia menjatuhkan pilihannya pada PT Datacaraka Solusindo, sebuah software house dengan klien sekelas OJK dan Bank Indonesia. Berkarier di PT Datacaraka Solusindo, Ipul bisa bekerja dari jarak jauh dan meningkatkan skill dalam bidang teknologi karena kantornya memberikan fasilitas course untuk Ipul belajar.
Jadi Sosok Lebih Pede Pasca SIB Dicoding
Di PT Datacaraka Solusindo, Ipul dipercaya sebagai Junior Full-Stack Developer. Ia bertanggung jawab untuk menangani sistem back-end dan front-end internal web dari Bank Indonesia yang saat ini menjadi klien dari perusahaannya.
“Sebelum ikut SIB Dicoding, Ipul orangnya kurang bisa berkomunikasi, nggak berani, kurang pede. Tapi setelah lulus SIB, Ipul jadi bisa jelasin banyak hal ke kolega dan klien,” ucap Ipul.
Transformasi diri yang Ipul rasakan membuatnya ingin kawan-kawannya sesama mahasiswa untuk mengikuti jejaknya belajar di SIB Dicoding. Ia merasa belum tentu bisa mendapatkan ilmu seperti yang SIB Dicoding berikan padanya apabila belajar di program lain.
“Kalau kita punya cita-cita, jangan menyerah untuk memperjuangkannya meski kita dihadapkan dengan kegagalan. Siapa tahu, kegagalan itu ada bukan untuk memutus jalan sukses kita, tetapi justru mengarahkan kita pada jalan baru yang lebih baik untuk mencapai kesuksesan,” ungkap Ipul yang ingin memotivasi para mahasiswa yang bercita-cita menjadi talenta digital.
“Terima kasih Dicoding. Berkat rajin menonton sesi Developer Coaching dan belajar di SIB Dicoding, Ipul jadi lebih pede untuk ambil proyek lepas di bidang programming, demi bisa dapat uang tambahan untuk sehari-hari dan bayar kuliah,” tutupnya.