Pernahkah kamu mendengar atau membaca istilah MVP? Bagi yang suka bermain game online atau menyukai basket, mungkin saja mengartikannya sebagai most valuable player. Namun, dalam artikel ini bukan itu yang akan kita bahas, ya! Penasaran? Yuk, baca artikel ini sampai habis.
Sejarah Singkat
Dalam artikel ini, MVP yang kita bahas adalah singkatan dari minimum viable product. Istilah ini dipopulerkan oleh Eric Ries dalam bukunya berjudul Lean Startup Movement (2009). Selain itu, ada pula Steve Blank yang memopulerkannya pada tahun 2010.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangDalam bukunya tersebut, Eric Ries menekankan bahwa untuk memulai sebuah perusahaan startup dibutuhkan minimum viable product yang digunakan untuk memvalidasi dugaan terhadap kebutuhan pelanggan.
Pengertian
Lalu, apa itu MVP sebenarnya? Menurut Eric Ries, minimum viable product adalah sebuah strategi untuk mengembangkan produk dengan fitur seminimal mungkin untuk mendapatkan validasi terhadap kebutuhan pengguna semaksimal mungkin.
Menurut Steve Blank kurang lebih sama dengan Eric Ries. MVP perihal cara merancang sebuah produk dengan usaha dan biaya seminimal mungkin untuk mengetahui kebutuhan pelanggan sebanyak mungkin.
Namun, Blank berkata bahwa jangan sampai produk yang dikembangkan hanya fokus pada tujuan mencari “biaya produksi termurah”. Lebih dari itu, minimum viable product harus berupa sebuah cara tercanggih yang bisa berguna bagi pengguna. Hal itu bertujuan agar pengurangan biaya yang dilakukan menjadi efisien.
Manfaat
Berikut adalah berbagai manfaat minimum viable product yang dirangkum oleh Duc (2020) berdasarkan penjelasan Eric Ries.
Optimalisasi Sumber Daya
Sebagaimana hal yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa minimum viable product dapat mempergunakan sumber daya dengan sebaik mungkin, tetapi hasilnya sangat maksimal. Hal ini membuatnya minim biaya dan tenaga, serta proses perancangan produk final menjadi lebih efisien.
Akuisisi Pelanggan yang Lebih Cepat
Meskipun fitur-fitur yang ada dalam produk belum maksimal, jika produk dirancang dengan cukup baik akan menarik pelanggan terlebih dahulu. Justru, apabila pelanggan didapatkan dengan lebih cepat, lebih mudah untuk mengetahui hal yang sebenarnya dibutuhkan oleh mereka.
Fokus terhadap Nilai Produk
Adanya minimum viable product membuat perusahaan bisa lebih fokus terhadap kelebihan dan kekurangan yang sudah ada, terlebih dengan adanya validasi pengguna. Ini sangat membantu untuk mengembangkan produk final nantinya yang benar-benar akan dipasarkan.
Menjadi Wadah Inovasi
Dengan merancang minimum viable product, perusahaan bisa lebih “bebas” dalam bereksperimen. Hal ini tentu saja berpeluang menciptakan hal-hal baru dengan rancangan yang sudah ada.
Dapat Digunakan Terus Menerus
Sesuai fungsi utamanya, yakni memaksimalkan sumber daya yang ada dan meminimalkan usaha dalam pengembangan produk, tentu saja MVP tidak bersifat sekali pakai. Minimum viable product seyogianya dapat digunakan terus menerus untuk siklus berikutnya.
Alat Komunikasi dan Dokumentasi
Maksudnya, minimum viable product dapat menjadi alat untuk diperkenalkan kepada para pemangku kebijakan sebelum menciptakan produk final. Hal ini memungkinkan juga untuk mewadahi kebutuhan bisnis sekaligus teknis. Selain itu, perancangan MVP nantinya akan menjadi dokumentasi bagi para tim teknis dalam siklus berikutnya.
Mendapatkan Umpan Balik
Jika minimum viable product sudah digunakan, perusahaan dapat mendengar pendapat pengguna terkait produk yang dikembangkan. Pengembangan produk pun lebih efektif dan mencapai tujuan yang diinginkan, yakni memvalidasi kebutuhan pelanggan. Selain itu, bisa meyakinkan para pemangku kebijakan terkait rancangan produk dengan adanya umpan balik tersebut.
Contoh MVP
Nah, kamu sudah mengetahui minimum viable product, mulai dari sejarah, pengertian, hingga manfaatnya. Sekarang, mari kita simak contohnya.
Zappos
Zappos adalah sebuah situs pengecer pakaian dan sepatu yang diciptakan oleh Nick Swinmurn pada tahun 1999. Awalnya, dia hanya membuat situs yang berisikan foto-foto sepatu di toko dekat rumahnya.
Siapa sangka, ternyata banyak orang yang antusias untuk membeli sepatu itu. Dari situs tersebut, sebenarnya Nick awalnya hanya meneruskan pesanan ke toko tersebut dan mengirimkannya ke pelanggan. Namun, lama kelamaan dia pun mengembangkan Zappos untuk tidak hanya menjual sepatu, tetapi juga pakaian, tas, aksesoris, dan lainnya.
Flip
Siapa yang belum mengenal Flip? Ini adalah aplikasi untuk mengirimkan uang antarbank dan mengisi e–wallet tanpa biaya administrasi. Flip dirancang oleh Rafi Putra Arriyan, Luqman Sungkar, dan Ginanjar Ibnu Solikhin pada tahun 2015.
Tahukah kamu bagaimana awal mula Flip? Ternyata, bentuk pertama Flip bukan aplikasi atau situs web, lo. Bentuk awal Flip adalah Google Formulir. Saat orang ingin mengirimkan uang tanpa biaya administrasi, mereka harus mengisi formulir tersebut.
Amazon
Kalau kamu hobi berbelanja barang dari luar negeri, tentu mengenalnya. Ya, Amazon adalah situs jual beli secara daring yang didirikan pada tahun 1994 oleh Jeff Bezos. Apakah kamu tahu kalau Amazon dulunya hanya menjual buku?
Ya, Amazon saat pertama kali didirikan hanya berupa situs jual beli buku yang dibuka secara resmi pada tahun 1995. Bezos yang saat itu baru saja keluar dari pekerjaannya, membuat daftar 20 produk paling potensial untuk dijual di internet. Hal itu ia lakukan setelah membaca laporan tahunan perkembangan web yang meningkat 2300 persen.
Jeff Bezos memilih buku karena menurutnya cetakan banyak tersedia, jumlah kebutuhan terhadap buku yang terus meningkat, dan harganya relatif murah. Namun, setelah Amazon berkembang, situs ini tidak lagi menjual buku, tetapi berbagai macam barang. Amazon pun melebarkan sayapnya hingga menjadi bisnis komputasi awan, layanan streaming secara daring, dan masih banyak lagi.
Kini, kamu pun telah mengetahui berbagai contoh minimum viable product (MVP) tersebut. Semoga artikel ini membuat wawasanmu bertambah, ya!