Cerita Benedikta Asti Daeli, Lulusan Coding Camp powered by DBS Foundation
Tak semua orang cukup beruntung dapat menghabiskan masa kecil bersama orang tua mereka. Ada yang mesti terpisah jauh karena kondisi ekonomi sulit seperti yang dialami oleh ayah dan ibu Benedikta Asti Daeli (22). Pemilik nama panggilan Asti ini adalah seorang putri petani karet asal Pulau Nias, Sumatera Utara. Bersama ketiga adiknya, Asti besar di sebuah panti asuhan di Batam.
Tumbuh tanpa dukungan finansial orang tua membuat Asti memiliki kesempatan yang cukup terbatas untuk menjemput masa depan yang lebih baik. Namun, secercah harapan muncul saat Coding Camp powered by DBS Foundation hadir untuk meningkatkan kemampuan Asti di bidang teknologi.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangTanpa berpikir dua kali, Asti menunjukkan kesungguhannya dalam belajar di Coding Camp. Ia sadar bahwa seseorang dengan keterbatasan sumber daya seperti dirinya harus berjuang dua kali lebih keras dari kebanyakan orang.
Inilah perjalanan Asti, seorang Mahasiswi Politeknik Negeri Batam dengan semangat belajar yang menginspirasi.
Dihimpit Kesulitan Ekonomi, Asti Besar di Panti Asuhan
Asti adalah anak kedua dari lima bersaudara. Kedua orang tuanya yang bekerja sebagai petani karet memiliki kondisi kesehatan yang memprihatinkan karena penyakit lambung dan asam urat yang mereka derita.
Agar Asti dan ketiga adiknya dapat hidup layak, mereka tinggal di Panti Asuhan AGAPE Batam. Kasih sayang ibu panti menggantikan kasih sayang kedua orang tuanya sejak Asti duduk di kelas 4 SD.
Bercita-cita untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi ketiga adiknya, Asti belajar dengan sungguh-sungguh. Ia sempat menamatkan studi di SMK Plus Kemilau Bangsa, jurusan Perhotelan, dengan harapan bisa segera bekerja setelah lulus. Sayangnya, mendapatkan kesempatan kerja tidaklah mudah bagi Asti.
“Setahun saya cari kerja, tak kunjung dapat. Untungnya, Ibu Panti masih berbaik hati mengizinkan saya tetap tinggal, walau aturannya apabila sudah lulus SMA atau SMK, harus keluar dari panti karena dianggap sudah bisa menghidupi diri sendiri.”
Dalam perenungannya, Asti menarik kesimpulan bahwa ia perlu melanjutkan pendidikan tinggi agar peluang kerja bisa terbuka luas untuknya. Sempat bingung memilih program studi, Asti menemukan sebuah video TikTok yang menunjukkan bahwa studi di bidang digital cukup menantang dan seru untuk dijalani.
Menjadi Lulusan SMK Perhotelan Membuat Asti Harus Berjuang Keras untuk Belajar Teknologi
Mantap untuk melanjutkan studi di bidang Informatika, Asti tidak hanya termotivasi oleh video TikTok yang ia temukan. Sejak kecil, ketika ada pengunjung panti asuhan yang datang menjenguknya sembari membawa laptop, Asti sudah menunjukkan ketertarikan pada perangkat tersebut. Ia senang mengotak-atik benda yang tak ia miliki itu.
Didukung oleh Ibu Panti dalam hal administrasi pendaftaran, Asti berkuliah di Politeknik Negeri Batam, jurusan Teknik Informatika. Untuk membiayai pendidikannya, Asti dibantu oleh Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Beasiswa yang Asti peroleh tersebut juga membuatnya bisa membeli laptop dan menyewa tempat tinggal bersama ketiga orang temannya yang sama-sama sudah harus meninggalkan panti. Sebagai seorang lulusan SMK non-IT, perjalanan awal Asti di kampus tidaklah mudah. Ia cukup merasa kesulitan memahami banyak hal dasar teknologi yang diajarkan di kelas.
“Mau bertanya pada dosen di kelas pun malu. Saya takut teman-teman berpikir, ‘Masa yang kayak gitu aja ditanyain?’ Kan saya tidak punya latar belakang IT,” ungkap Asti.
Malu dianggap tidak mengerti apa-apa, Asti lebih nyaman belajar sendiri. Keinginan Asti untuk meningkatkan kemampuan di bidang teknologi menuntunnya untuk bertemu dengan Coding Camp powered by DBS Foundation di media sosial. Mengetahui programnya online dan ia bisa belajar sendiri, Asti bersemangat untuk ikut serta.
Sibuk Berkuliah dan Berorganisasi Tak Halangi Asti untuk Belajar di Coding Camp
Semangat Asti untuk belajar dalam program Coding Camp didorong oleh keinginannya untuk mengubah nasib dan memperbaiki ekonomi keluarga. Ia sadar bahwa untuk mewujudkan hal itu, Asti harus meningkatkan kemampuannya agar bisa mendapatkan pekerjaan yang layak setelah lulus dari kuliah.
Berhasil diterima di Coding Camp powered by DBS Foundation, Asti mengikuti berbagai kelas yang ada pada learning path Front-End Web Development. Ia merasa proses belajarnya amat seru karena ia bisa memperoleh materi front-end ter-update yang belum pernah ia dapatkan di kelas.
“Selain materi di Coding Camp lengkap, ada submission yang bikin saya bisa mempraktikkan langsung materi yang sudah saya pelajari,” ujar Asti.
Sibuk di kampus sembari belajar di Coding Camp tak jadi soal untuk Asti. Sebaik mungkin, Asti mengatur waktunya. Pagi hingga siang, Asti belajar di kampus. Sore harinya, Asti masih menyempatkan diri untuk ikut berbagai rapat organisasi karena ia merupakan mahasiswi yang aktif.
Lantas, kapan Asti bisa meluangkan waktu untuk belajar di Coding Camp? Ia bercerita bahwa pada sela-sela bergantian kelas atau saat ada jeda kegiatan organisasi, Asti akan berusaha melanjutkan proses belajarnya di Coding Camp. Apabila tak sempat, Asti mau tak mau baru bisa belajar pada larut malam. Meski begitu, Asti tak pernah mengeluh.
“Kesempatan baik jarang datang dua kali”
Perjuangan Asti untuk membagi waktu antara berkuliah, berorganisasi, dan belajar di Coding Camp berbuah manis saat ia berhasil mendapatkan kelas hingga tingkat mahir. Itu artinya, Asti selangkah lebih dekat untuk menamatkan alur belajar Front-End Web Developer.
“Saya merasa sangat beruntung dapat mendalami materi Front-End Web Development di Coding Camp tanpa dipungut biaya apa pun. Saya tahu bahwa nilai dari kelas-kelas yang saya selesaikan adalah jutaan rupiah jika harus diselesaikan secara berbayar.”
Kini, berada dalam perjalanan untuk menyelesaikan kelas expert di bidang Front-End Web di Dicoding, Asti optimis bahwa bekal ilmu yang diperolehnya dari Coding Camp dapat membantunya untuk lulus kuliah tepat waktu. Selain itu, Coding Camp pun mendukung Asti dengan menghadirkan para mentor tempat ia bisa berkonsultasi apabila ada materi yang cukup sulit untuk ia mengerti.
“Kepada sesama teman-teman perempuan yang juga sedang mempersiapkan diri untuk jadi talenta digital dan memiliki keterbatasan ekonomi seperti saya, saya ingin kita dapat memanfaatkan berbagai kesempatan yang datang pada kita sebaik-baiknya. Kesempatan baik untuk meningkatkan kualitas diri demi karier yang bagus itu rasanya tak akan datang dua kali.
Jadi, jangan sia-siakan setiap kesempatan yang datang ke hidup kita. Jangan lupa untuk senantiasa bersyukur.”