Cerita Mohammad Bijantium Sinatria, Lulusan SIB Kampus Merdeka – Dicoding Batch 1 di Alur Belajar Android & Multi-Platform, dari Universitas Singaperbangsa Karawang
“Ambisi adalah jalan menuju kesuksesan. Ketekunan adalah kendaraan yang Anda gunakan untuk sampai di sana.”
(Bill Bradley, Atlet Football Amerika)
Mohammad Bijantium Sinatria adalah pemuda asal Bogor yang mulanya bercita-cita untuk menjadi seorang pengusaha agar bisa memiliki hidup yang sejahtera. Berasal dari keluarga sederhana membuat Bijan terbiasa untuk berdagang sejak SMA untuk mendapatkan uang tambahan.
Saat suatu hari Bijan menemukan minat untuk berkarier di dunia teknologi, ia berambisi agar bisa unggul di ranah tersebut. Akhirnya, berbekal ketekunannya, Bijan menapaki anak tangga menuju cita-citanya satu demi satu.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangBerhasilkan Bijan meraih impiannya di dunia teknologi? Baca cerita lengkap perjalanan belajarnya di SIB Kampus Merdeka – Dicoding berikut ini!
Berangkat dari Berdagang Pulsa saat SMA
Bijan adalah anak ketiga dari lima bersaudara yang menetap di Bogor bersama kedua orang tuanya. Dulu, ayah Bijan merupakan seorang pengusaha. Namun, saat Bijan menginjak bangku SMP, usaha tersebut tutup dan keluarga Bijan bergantung pada tabungan hasil usaha sang ayah. Ini membuat keluarga Bijan tidak memiliki pemasukan karena ibu Bijan pun berperan sebagai ibu rumah tangga.
Situasi tersebut membuat kondisi keluarga Bijan memprihatinkan saat ia mulai bersekolah di SMAN 1 Cigombong. Tak ingin terus menerus bergantung pada kedua orang tuanya yang hanya mengandalkan tabungan sang ayah, Bijan memutuskan untuk mulai berdagang agar bisa membiayai kebutuhannya sendiri.
“Saya sempat bikin event organizer kecil-kecilan, jadi fotografer lepas, bahkan berjualan pulsa supaya bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Bahkan terkadang, saya membayar biaya sekolah sendiri saat dari Ayah tidak ada,” ujar Bijan.
Bijan memanfaatkan uang hasil kerjanya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi juga untuk membesarkan usahanya. Di tengah ketekunannya dalam berdagang, suatu hari, Bijan menemukan sesuatu yang memutar haluannya dalam menggapai cita-cita.
Saat Bijan Mulai Bersentuhan dengan Dunia Teknologi
Di tengah kesibukannya berdagang dan melakukan pekerjaan lepas untuk membiayai kebutuhan sendiri, Bijan menemukan ketertarikan di dunia teknologi. Minat itu tumbuh saat ia dimintai tolong untuk melakukan konfigurasi jaringan pada simulasi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di sekolah. Selain itu, Bijan pun rupanya sempat memiliki blog dan berlatih coding secara autodidak dengan mengotak-atik HTML.
Kegemaran tersebut membuat Bijan bercita-cita untuk berkuliah di Politeknik Siber & Sandi Negara. Sayangnya, ia tak lolos seleksi. Namun, Bijan tetap bisa melanjutkan studi ke pendidikan tinggi dan mendalami minatnya di dunia teknologi saat diterima di Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), jurusan Ilmu Komputer.
“Sayangnya, Ayah & Ibu sempat kurang setuju dengan keputusan saya karena mereka lebih mendukung saya berkuliah di program studi Teknik Pertambangan,” ungkap Bijan.
Meski begitu, Bijan tidak berkecil hati. Saat hari-harinya dimulai sebagai Mahasiswa Unsika, ia membuktikan pada kedua orang tuanya bahwa ia belajar dengan sungguh-sungguh. Selain itu, bersama teman-temanya, Bijan pun mencoba membangun usaha kecil-kecilan bernama “Tanpabatas Indonesia.”
Tanpabatas Indonesia adalah sebuah usaha yang bergerak di bidang konsultasi dan penyedia layanan IT. Biasanya, Bijan dan kawan-kawan membantu unit bisnis lain dalam membangun infrastruktur jaringan, menyediakan keperluan seperti kabel dan VGA, atau membantu melakukan instalasi perangkat lunak. Penghasilan yang Bijan peroleh dari usaha ini mampu memenuhi kebutuhannya selama berkuliah.
“Naik Kelas” dengan Ikut Serta di Program SIB Kampus Merdeka – Dicoding
Selama berkuliah di Unsika, Bijan tidak hanya berhasil membuka peluang usaha baru, tetapi juga mendapatkan beasiswa penuh dari program Jabar Future Leader. Perjalanannya begitu mulus hingga akhirnya ia menyadari bahwa teman-temannya jauh lebih unggul dalam hal pemrograman dibandingkan dirinya.
Ia sempat merasa minder mengetahui bahwa teman-temannya jauh lebih unggul karena merupakan lulusan dari berbagai SMK jurusan komputer. Akhirnya, untuk bisa “naik kelas” dan menyamakan kedudukan dengan teman-temannya, Bijan berselancar di internet untuk menemukan wadah belajar daring yang cocok.
Di tengah pencariannya, Bijan menemukan Dicoding yang menawarkan banyak kesempatan beasiswa. Ia pun mendaftarkan diri ke salah satu program beasiswa yang menawarkan kelas Back-End Developer gratis untuk pemula. Akhirnya, Bijan berhasil lulus dari program ini.
Bijan berkesempatan untuk bertemu lagi dengan Dicoding ketika ia beranjak ke semester 5. Saat itu, program Studi Independen Bersertifikat (SIB) Kampus Merdeka – Dicoding Batch I dibuka. Pernah memiliki perjalanan belajar yang menyenangkan di Dicoding membuatnya memutuskan untuk mendaftar dan memilih alur Android & Multi-Platform.
Ikut serta dalam program SIB Kampus Merdeka – Dicoding membuat Bijan memiliki kebiasaan baik untuk membaca. Meski proses belajar di SIB mulanya terasa sulit, Bijan banyak dibantu oleh sesama temannya di SIB. Ini membuat Bijan yang semula sempat menjadi peserta dengan status lagging behind akhirnya bisa mengejar ketertinggalannya.
Memulai Karier setelah Lulus SIB Kampus Merdeka – Dicoding
Setelah Bijan berhasil mengejar ketertinggalannya dalam belajar, ia mulai mengaplikasikan ilmunya pada SIB Capstone Project di penghujung program. Bersama salah seorang rekannya yang berasal dari Medan, Bijan bekerja sama secara jarak jauh untuk membuat “Gampah” sebuah aplikasi pengelola sampah.
“Gampah lahir dari sebuah studi kasus nyata berupa tumpukan sampah yang ada di Pulau Samosir, Sumatra Utara. Aplikasi ini kami buat untuk mengelola sampah dengan melibatkan peran pelapor sampah dan kontributor pengangkut sampah. Nantinya, baik pelapor maupun kontributor bisa mendapatkan reward berupa koin,” tutur Bijan.
Hasil kerja Bijan dan temannya ini kemudian membuatnya berhasil mendapatkan predikat The Best Capstone Project di SIB Batch I. Siapa sangka jika pengalaman Bijan menggarap Capstone Project ini mengantarkannya untuk memperoleh posisi magang pertamanya di PT Sreeya Sewu Indonesia, sebuah perusahaan produksi pangan yang berbasis di Jakarta Selatan. Di perusahaan tersebut, Bijan berperan sebagai seorang Software Developer.
Insecurity adalah Pelecut untuk Maju
Lulus dari program SIB Kampus Merdeka – Dicoding Batch I benar-benar membuka berbagai kesempatan baru bagi Bijan. Ia tak hanya berhasil mendapatkan posisi magang, tetapi juga memperoleh tawaran untuk menjadi bagian dari Dicoding Elite. Bijan menerima tawaran tersebut karena ingin berbagi ilmu dengan sesama developer di Dicoding. Sebagai seorang Dicoding Elite, ia bertugas untuk meninjau submission yang masuk di kelas Android & Multi-Platform.
Setelah bekerja di PT Sreeya Sewu Indonesia dan menjadi bagian dari Dicoding Elite, Bijan mendapatkan pekerjaan purnawaktu di Qollega. Perusahaan tempat Bijan bekerja sampai sekarang ini bergerak di bidang digitalisasi dan berbasis di Jakarta. Di sana, ia berperan sebagai seorang Mobile Developer yang bertugas untuk melakukan refactoring aplikasi yang sudah ada.
Bijan yang dulu berangkat dari profesinya sebagai pedagang pulsa dan kini telah menjadi seorang Mobile Developer purnawaktu di sebuah perusahaan ingin mendorong para mahasiswa di Indonesia untuk mau belajar dan berusaha demi menggapai cita-cita.
“Sama seperti kalian, saya pun akrab dengan kata ‘insecure.’ Kita harus jadikan insecurity kita pelecut agar bisa berlari kencang untuk mengejar cita-cita. Patut untuk dipertanyakan jika kita tidak punya insecurity karena justru itu adalah penanda bahwa kita harus tetap rendah hati dan mau belajar,” tutup Bijan.