Mengungkap Reverse Engineering dalam Software Engineering

Mengungkap Reverse Engineering dalam Software Engineering

Reverse engineering adalah istilah yang mungkin terdengar rumit, tetapi sebenarnya sering kali merupakan bagian dari rutinitas para software engineer. Jika masih belum memahami mengenai software engineer, kita bisa mempelajari artikel “Software Engineer dan Software Developer: Serupa Tapi Tak Sama.”

Di dunia pengembangan perangkat lunak (software), reverse engineering bisa menjadi alat yang sangat berguna untuk memahami bagaimana sebuah aplikasi bekerja, memperbaiki bug, atau bahkan mengembangkan fitur baru. Mari kita bahas lebih lanjut proses ini dan bagaimana hal ini relevan bagi para software engineer.

Apa Itu Reverse Engineering?

Reverse engineering adalah proses membongkar sebuah sistem atau perangkat lunak untuk memahami cara kerjanya. Bayangkan ketika kita memiliki aplikasi yang sangat keren, dan kita penasaran bagaimana cara kerjanya di balik layar. Dengan proses ini, kita mencoba memecah aplikasi tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk mengetahui cara kerja setiap bagiannya.

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Sebagai software engineer, kita mungkin sering kali berhadapan dengan kode yang belum pernah kita lihat sebelumnya, entah itu dari proyek open-source, aplikasi yang ingin kita integrasikan, atau bahkan kode lama dari tim kita sendiri yang tidak terdokumentasi dengan baik. Di sinilah reverse engineering bisa membantu. Selanjutnya, yuk kita bahas mengapa hal itu penting bagi software engineer.

Mengapa Reverse Engineering Penting untuk Software Engineer?

  • Pemahaman Teknologi: Saat bekerja dengan teknologi baru atau library yang kompleks, reverse engineering bisa membantu kita memahami cara kerjanya. Misalnya, kita bisa menggunakan decompiler untuk melihat bagaimana sebuah library melakukan sesuatu di balik layar.
  • Debugging dan Perbaikan (Maintenance): Kadang-kadang, ketika kita menghadapi bug yang sulit dipecahkan, reverse engineering bisa membantu. Dengan menganalisis kode secara mendalam, kita bisa menemukan akar masalah dan memperbaikinya.
  • Interoperabilitas: Ingin membuat aplikasi yang bisa bekerja dengan sistem lain? Reverse engineering bisa membantu kita memahami bagaimana sistem tersebut bekerja sehingga kita bisa membuat aplikasi yang kompatibel.
  • Keamanan: Dalam konteks keamanan, reverse engineering sering digunakan untuk menganalisis malware atau menemukan celah keamanan dalam perangkat lunak. Sebagai software engineer, kita mungkin perlu melakukan ini untuk melindungi aplikasi yang kita kembangkan.

Bagaimana Cara Melakukan Reverse Engineering?

Reverse engineering untuk perangkat lunak biasanya melibatkan beberapa alat (tools). Sebagai software engineer, sebagian dari kita mungkin pernah menggunakan tools seperti Ghidra SRE, IDA Pro, Chrome DevTools, x64dbg, dll.

x64dbg – Open Source Debugger for Windows

x64dbg, tools reverse engineering

Tools ini dikhususkan untuk sistem operasi Windows. Terdapat banyak fitur seperti antarmuka yang intuitif, source code view, graph view, dll. Kita bisa memeriksa dan mengunduhnya di sini. Fungsinya untuk debug aplikasi Windows yang sedang berjalan atau yang memungkinkan dianalisis secara dinamis. Artinya, kita dapat menjalankan, menghentikan, dan memodifikasi eksekusi program Windows secara waktu nyata (real-time). Di sisi platform, x64dbg hanya bisa dijalankan di Windows.

Ghidra SRE

Ghidra SRE (Software Reverse Engineering)

Open source software yang dikembangkan oleh National Security Agency (NSA). Ghidra merupakan tools yang sangat kuat untuk menganalisis file biner, termasuk file .exe untuk Windows, file ELF untuk Linux, dan format lainnya. Ghidra digunakan untuk analisis statis, berbeda dengan x64dbg yang untuk analisis dinamis. Di sisi platform, Ghidra dapat digunakan di Windows, Linux, dan macOS.

JADX – Java Decompiler

jadx, tools revese engineering

Jadx adalah decompiler populer khusus untuk aplikasi Android yang dirancang untuk mendekompilasi file .dex dan .apk menjadi source code Java yang dapat dibaca. Alat ini digunakan untuk aplikasi Android.

Teknik dalam Reverse Engineering

  • Decompiler: Mengubah kode biner menjadi kode sumber yang lebih mendekati bahasa pemrograman tingkat tinggi. Misalnya, menggunakan tools seperti Ghidra atau IDA Pro.Sebagai contoh dari decompiler, kita akan bisa memakai tools Ghidra yang nanti tampilannya seperti berikut.
    Tujuan tools seperti yang sudah dijelaskan diatas, yaitu mengonversi dari bahasa mesin ke bahasa yang lebih mudah dipahami (high level language).
  • Disassembler: Mengonversi kode biner menjadi kode assembly. Untuk kasus ini, kita bisa menggunakan IDA Pro.
  • Debugger: Memantau jalannya program secara langsung untuk melihat bagaimana kode bekerja saat dijalankan. Contohnya, menggunakan browser devtools.

Etika dan Legalitas

Namun, perlu diingat bahwa reverse engineering tidak selalu bebas risiko. Ada aspek hukum dan etika yang harus dipertimbangkan. Misalnya, membongkar perangkat lunak yang dilindungi hak cipta tanpa izin bisa melanggar hukum di banyak negara. Pastikan kita memahami batasan-batasan hukum yang berlaku.

Kesimpulan

Bagi software engineer, reverse engineering adalah keterampilan yang sangat berharga. Dengan menggunakannya secara bijak, kita bisa menjadi engineer yang lebih tangguh dan kreatif dalam menyelesaikan masalah. Jadi, jika kita belum pernah mencobanya, ini bisa menjadi keterampilan baru yang patut dipelajari.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.