Bekal Membuat Aplikasi dengan Flutter, Developer ini Ingin Membawa Orang Tuanya ke Tanah Suci
Thoriqul Azis (19 thn), pemuda asli Sukabumi. Serius menekuni programming, ia bercita-cita bikin software house sendiri. Di lingkungan keluarganya profesi ini cukup asing. Tak satupun famili bersentuhan, apalagi mencari nafkah di dunia komputer.
Namun demikian sang ayah pembuat-pedagang tempe dan ibunya yang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga, selalu mendukung Thoriq. Usahanya terbayar. Apik membuat aplikasi dengan flutter, ia memenangkan “Dicoding Challenge: Create Beautiful Apps Using Flutter 2019.” Sosok kalem bersahaja ini mengalahkan begitu banyak peserta lainnya yang karyanya tak kalah apik. Seperti apa cerita Thoriq? Mari kita simak!
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangJadi Programmer dengan Dukungan Keluarga
Selepas lulus dari SMKN 2 Negeri Sukabumi jurusan Rekayasa Perangkat Lunak, Thoriq sempat beberapa lama membantu usaha ayahnya membuat tempe. “Yah bantu-bantu,” ujar Thariq.
Tapi ayahnya paham bahwa minat dan bakat anaknya bukan di sini. “Kamu jangan bantu bapak bikin tempe. Udah sana kerja atau kuliah aja, nanti Bapak bantu biayanya,” ujar sang ayah meyakinkan.
Restu bersambut dari ibu dan adiknya juga yang kini masih duduk di bangku SMP.
Bekal support dari keluarga, Thoriq pindah ke Bandung untuk bekerja di sebuah software house PT Jerbee Indonesia hingga sekarang.
Suka Membuat Aplikasi dengan Flutter
Beralih nasib jadi anak kos yang tinggal sendirian, Thoriq menghabiskan waktunya dengan produktif.
“Kebetulan saya ini kurang suka game. Hobi saya ya ngoding, ngulik programming. Kenapa? Ya tekad saya ingin jadi pembuat, bukan cuma penikmat. Suatu kebanggan buat saya kalau karya saya bisa bermanfaat buat orang banyak.”
Selepas ngantor, Thoriq menyempatkan waktunya untuk ngoding. Iseng-iseng ia membuat aplikasi sederhana untuk teman-temannya di kantor, namanya “Aplikasi Nitip Jajan.” Dengan aplikasi ini, teman-temannya bisa menitip dan dititipi beli jajanan sembari pergi keluar kantor.
Keisengan berfaedah Thoriq pun berlanjut saat ia mengetahui ada Dicoding Challenge: Create Beautiful Apps Using Flutter. Ia memang sedang gemar belajar tentang Flutter secara otodidak.
Ada beberapa alasan yang membuatnya jatuh hati dengan flutter.
“Flutter itu lebih enak dibanding ngoding native langsung. Ngoding pakai flutter, lebih cepat. Layoutnya itu gampang kalau mau dibikin. Kodingannya simpel. Dan tentunya flutter bakal jadi mobile multiplatform untuk developer di masa depan.”
Ikut Dicoding Challenge biar Dapat Points untuk Kelas Expert
Pemuda ramah yang suka komputer sejak SMP ini pun mulai menggarap aplikasi flutter-nya. Ia mengaku tak ada target apa-apa. Hanya ingin mengetes sejauh mana kemampuan saja.
Dari mana Thoriq belajar membuat aplikasi dengan flutter? Tak lain dari hobinya ngulik! Ia belajar secara otodidak. Seperti halnya saat ia belajar mengenal pemrograman Android menggunakan bahasa Java sewaktu Praktek Kerja Lapangan (PKL) jadi backend programmer di Jakarta. Semua sendiri, via Youtube dan Google.
Memang belum kenal sama Dicoding?
“Kenal Dicoding sih sudah. Di kantor temen-temen saya pakai merchandise Dicoding, jadi tahu hehe. Tapi saya belum pernah ambil kelas flutter di Dicoding. Uang belum cukup. Makanya pengen ikutan Dicoding Challenge biar dapat Points. Supaya bisa ditukar sama kelas Expert,” katanya bersemangat.
Sebenarnya buat Thoriq, ikutan lomba itu perkara biasa. Sering ia ambil bagian di Lomba Kompetensi Siswa. Terakhir ia menjadi 10 besar di LKS tingkat SMK se-Jawa Barat. Kala itu ia membuat sebuah aplikasi berbasis desktop dengan bahasa C sharp. “Gak menang sih akhirnya hehe. Tapi ya gapapa,” kenangnya.
Seperti apa Aplikasi Flutter Buatan Thariq: Digital Guest Book?
Thoriq membuat Digital Guest Book, sebuah aplikasi yang memudahkan user untuk mengelola event/kegiatannya. Beberapa keunggulannya:
- Kita bisa berperan sebagai pengelola event (wedding organizer, misalnya) ataupun sebagai pengunjung event lain yang terdaftar di aplikasi ini
- Kita bisa menggunakan ID berupa QR code
- Kalau kita mengunjungi sebuah event yang terdaftar, kita bisa share moment itu ke pemilik event
- Sebagai pengelola event, kita bisa menambahkan pengunjung secara otomatis.
- Semua data yang masuk, ter-update secara real time dan sinkron.
Dengan Flutter, hanya perlu 10 hari untuk membuat aplikasi ini. Ketika keluar pengumuman bahwa ia keluar sebagai pemenang, Thoriq sempat tak percaya.
“Mungkin saya menang karena doa orang tua. Seneng banget. Hadiah 1.500 Points-nya langsung saya tuker jadi kelas KADE.” kenangnya.
Pengalaman ini mengingatkan pesan guru SMK-nya yang terngiang hingga sekarang: ““Kalau kamu rajin belajar (pemrograman), kamu pasti akan mudah cari kerja.”
Penasaran seperti apa aplikasinya? Cek UI-nya di bawah ini.
Mimpi dan Motivasi Memberangkatkan Orang Tua ke Tanah Suci
Cerita Thoriq menguatkan premis bahwa apapun dan dari manapun latar belakang kita, selama keras berusaha, pasti ada hasilnya.
Tapi buat Thoriq, perjalanannya masih panjang. Dalam 2 tahun ia ingin menjadi expert Software Developer di Flutter dan Android Mobile Native serta backend. “Full stack developer, pastinya!” katanya optimis.
Dalam 5 tahun ke depan, ia pasang target mendidikan perusahaan IT solution-nya sendiri dan membuat klub developer di Sukabumi.
Motivasi terbesarnya “Bawa orang tua saya berhaji ke tanah suci. Apalagi Bapak ibu udah sepuh. Mau daftar haji juga kan, perlu siapin DP!” katanya mantap. Semangat Thariq!
Bekal Membuat Aplikasi dengan Flutter, Developer ini Ingin Membawa Orang Tuanya ke Tanah Suci-end
* Artikel Selanjutnya:
Aplikasi Berbasis Flutter : Beceer sang Juara
**Ingin juga, bikin aplikasi yang indah dan mudah dengan Flutter? Dicoding punya solusinya.
Kunjungi kelas “Menjadi Flutter Developer Expert.” FREE Trial 15 hari.
*** Mau tau diskon terakhir selamanya sampai dengan 77 %? Cek !