Cerita Muhammad Pazrin Andreanor, Lulusan Terbaik SIB Dicoding Batch 1 di Alur Belajar Android & Multi-Platform, dari Universitas Teknologi Digital Indonesia
“Kamu tidak perlu menjadi luar biasa untuk memulai, tapi kamu harus memulai untuk menjadi luar biasa.”
(Zig Ziglar – Penulis, Motivator, dan Pengusaha asal Amerika)
Mengamini kutipan di atas, Muhammad Pazrin Andreanor (21) memilih untuk memulai lebih dulu agar jadi luar biasa, bukan sebaliknya. Tumbuh di lingkungan terpencil dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, Pazrin―begitu ia dipanggil―tak menyerah pada keadaan. Ia semangat belajar demi kejar mimpi berkarier di perusahaan teknologi.
Salah satu langkah nyata yang Pazrin ambil agar bisa gapai cita-citanya adalah mengikuti Studi Independen Bersertifikat (SIB) Dicoding. Selama belajar di program ini, Pazrin rela menumpangi perahu dari Pelabuhan Desa Geronggang, Kab. Kotabaru, lalu susuri Selat Makassar sejauh 25 km dan sampai di Pulau Laut untuk bisa dapatkan sinyal internet yang layak. Di sana, di tempat sang nenek tinggal, Pazrin belajar dengan sungguh-sungguh agar dapat memberikan hidup yang layak bagi kedua orang tuanya kelak.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangSempat Kejar Mimpi ke Pulau Jawa
Pazrin adalah anak pertama dari dua bersaudara yang tinggal bersama kedua orang tuanya di Desa Geronggang, Kec. Kelumpang Tengah, Kab. Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Hidup dengan sangat sederhana, ayah Pazrin adalah seorang tenaga harian lepas bagian listrik arus pendek di PT Arutmin Senakin, sebuah perusahaan tambang yang ada di desanya. Beliau bekerja di perusahaan ini sejak 2019. Ibu Pazrin sendiri merupakan seorang ibu rumah tangga.
Sebelum bekerja sebagai tenaga harian lepas, ayah Pazrin adalah seorang penyedia jasa perbaikan alat elektronik. Bekerja dari rumah, beliau terampil memperbaiki televisi, radio, pengeras suara, ponsel, dll. Meski berpenghasilan pas-pasan, ayah Pazrin ingin anak-anaknya dapat memperoleh pendidikan yang layak supaya memiliki kehidupan yang lebih baik dari beliau.
Sejak kelas 3 SD, Pazrin sudah berkenalan dengan dunia komputer dan sang ayah tahu bahwa bakat putranya ada pada bidang itu. Ingin melihat Pazrin bisa berkarier di dunia teknologi, ayah Pazrin mengirim sang putra ke perantauan untuk berkuliah. Pazrin pun melanjutkan pendidikannya ke Universitas Teknologi Digital Indonesia di Yogyakarta, jurusan Informatika.
“Saya memutuskan merantau ke Pulau Jawa karena saya sadar, penyebaran informasi dan perkembangan teknologi jauh lebih cepat di sana. Lingkungan tempat saya lahir dan besar belum terlalu maju soal teknologi.”
Selama dua tahun pertama Pazrin berkuliah di Jogja, ia sama sekali tidak pulang karena uang saku yang diperolehnya dari sang ayah sangat terbatas. Terkadang, Pazrin harus mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhannya di Jogja dengan menjadi tutor bagi teman-teman sebayanya di kampus atau menjadi asisten laboratorium.
Hingga suatu hari, pandemi melanda dan membawa hikmah tersendiri bagi Pazrin. Ia yang sudah rindu pada keluarga akhirnya bisa pulang dan mengikuti kegiatan kuliah secara daring dari rumah.
Lengkapi Ilmu Pemrograman dengan Belajar di SIB Dicoding
Seiring berjalannya waktu, Pazrin sadar bahwa untuk siap berkarier di dunia teknologi, mengandalkan ilmu yang ia peroleh dari kampus saja tidak cukup. Ini mendorong Pazrin berselancar di internet untuk mencari info mengenai wadah pembelajaran pemrograman berkualitas. Saat itu, Pazrin dipertemukan dengan Dicoding oleh mesin pencari yang digunakannya.
Melihat Dicoding adalah wadah pembelajaran pemrograman online dengan kurikulum terstruktur yang berbahasa Indonesia, Pazrin segera daftar untuk bisa memanfaatkan masa belajar uji coba gratis selama 15 hari. Dua minggu lebih Pazrin belajar di Dicoding, ia berhasil menyelesaikan Kelas Dasar Pemrograman Web. Ia amat tertarik untuk melanjutkan proses belajarnya di Dicoding. Namun, kendala biaya membuatnya mau tidak mau harus mencari peluang belajar gratis lainnya dari Dicoding.
Tak lama setelah itu, program Kampus Merdeka digelar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Saat Pazrin melihat Dicoding ambil bagian dalam kegiatan tersebut lewat hadirnya SIB, ia tak ingin sia-siakan kesempatan belajar gratis itu. Terlebih, SIB Dicoding dapat memberikannya manfaat konversi SKS di kampus.
Saat mulai mendaftar, awalnya, Pazrin memilih untuk belajar di alur Pemrograman Web. Namun, kuota yang ditawarkan sudah habis. Alur belajar lain yang Pazrin minati adalah Android dan Multi-Platform, tetapi spesifikasi laptop yang dipakainya selama empat tahun belakangan sangat terbatas. RAM gawainya itu hanya sebesar 2GB.
Namun kesungguhan Pazrin untuk belajar di SIB Dicoding kemudian diketahui oleh keluarga besarnya. Agar Pazrin selangkah lebih dekat dengan mimpinya berkarier di dunia teknologi, keluarga besar Pazrin turut membantu dengan menyediakannya laptop berspesifikasi mendukung. Ini membuat Pazrin semakin semangat belajar di Dicoding.
Susuri Selat Makassar untuk Sinyal Internet yang Lebih Baik
Tinggal di sebuah desa terpencil di Kalimantan Selatan yang menghadap langsung ke perairan Selat Makassar membuat Pazrin kerap kesulitan memperoleh sinyal internet yang layak. Oleh karena itu, agar Pazrin bisa menjalani program SIB Dicoding dengan maksimal, ia rela menumpangi sebuah perahu yang warga desanya sebut sebagai “speed kampung” ke Pulau Laut tempat neneknya tinggal. Menurut Pazrin, sinyal internet di rumah neneknya itu jauh lebih baik.
“Biasanya, dari desa tempat saya tinggal, saya akan naik ojek atau diantar Abah ke Pelabuhan Desa Geronggang. Di sana, saya akan naik speed kampung berkapasitas enam orang yang dikelola oleh warga. Harga tiketnya kurang lebih 80-100rb rupiah untuk sampai ke Kotabaru, Pulau Laut. Perjalanan yang harus saya tempuh untuk susuri Selat Makassar dan sampai di tempat Nini kurang lebih satu sampai dua jam.”
Di tempat tinggal neneknya yang berada di Kotabaru itulah Pazrin menjalani proses belajar di SIB Dicoding. Sesekali saat jadwal kegiatan di Dicoding sudah tidak terlalu padat, Pazrin akan menyeberang lagi untuk pulang ke rumah orang tuanya di Desa Geronggang.
Selama belajar di SIB Dicoding, Pazrin merasa beruntung karena memiliki teman dan mentor yang kooperatif. Meski mulanya Pazrin adalah seseorang yang takut membuat kesalahan, lingkungan suportif SIB Dicoding berhasil membuatnya berani untuk mengeksplor ilmu yang ia peroleh tanpa takut berbuat keliru.
Bagi Pazrin, bagian paling menyenangkan untuknya selama belajar di SIB Dicoding adalah pengerjaan proyek. Di sini, Pazrin belajar banyak mengenai manajemen waktu dan kerja tim. Berbagai tantangan yang berhasil Pazrin taklukan selama berproses di SIB Dicoding mengantarkannya jadi lulusan terbaik di alur belajar Android dan Multi-Platform. Prestasi ini Pazrin raih setelah ia berjanji pada sang ibu bahwa ia akan berkomitmen dan bersungguh-sungguh belajar di program ini.
Diterima Magang di Marketplace Ternama Selepas Lulus SIB Dicoding
Buah dari kesabaran Pazrin selama belajar di SIB Dicoding tidak hanya berupa predikat lulusan terbaik yang disandangnya. Setelah lulus dari program ini, Pazrin mencoba peruntungannya dengan melamar posisi magang di sebuah marketplace besar yang bernama Blibli.com. Saat itu, ia mendaftarkan diri untuk jabatan Software Development Engineer Intern – Frontend.
Pazrin merasa kelas soft skills yang ia peroleh dari SIB Dicoding amat membantunya di tahap wawancara. Tes kemampuan yang Pazrin jalani sebagai bagian dari proses seleksi juga dapat dengan mudah ia lewati setelah mendapatkan bekal tech skills yang cukup dari Dicoding. Alhasil, Pazrin sukses diterima sebagai Software Development Engineer Intern – Frontend di Blibli.com melalui program magang dari Kampus Merdeka.
“Setelah belajar di SIB Dicoding, saya jadi orang yang lebih percaya diri karena kemampuan teknologi saya makin bertambah dan saya dapat bekal soft skills yang cukup. Semoga ini bisa jadi langkah awal saya menuju impian saya jadi seorang tech expert. Kesuksesan saya nanti ingin saya hadiahkan untuk kedua orang tua saya dan saya ingin bangun rumah yang layak bagi mereka kelak.”
Tumbuh besar di lingkungan yang cukup terpencil membuat Pazrin mengerti bahwa pemerataan pengetahuan dan teknologi adalah sesuatu yang amat diperlukan. Oleh karenanya, dengan bersungguh-sungguh bekerja di Blibli.com, Pazrin berharap, ia dapat ciptakan inovasi agar marketplace dapat menyentuh setiap titik di Indonesia agar semua orang dapat merasakan kemudahan jual-beli secara daring. Pazrin ingin pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga dirasakan oleh orang-orang yang hidup di daerah-daerah sulit terjangkau seperti di tempat tinggalnya, Desa Geronggang.