Cerita Delvin Kurniawan, Lulusan Program Studi Independen Bersertifikat (SIB) Dicoding yang Aplikasi yang Dibuatnya pada Capstone Project Memberikan Pengaruh pada Kariernya
“Sukses datang dari rasa ingin tahu, konsentrasi, kegigihan, dan kritik diri.”
– Albert Einstein, Fisikawan Jerman
Setiap orang mengandalkan cara yang berbeda untuk meraih sukses. Bagi Delvin Kurniawan (22), kunci suksesnya ada pada dedikasi, kedisiplinan, serta sifat pantang menyerah yang berusaha ia pupuk.
Ingin sukses menjadi seorang talenta digital, Delvin memutuskan untuk belajar pada program SIB Dicoding Cycle 1 dan memilih alur belajar “Pengembangan Aplikasi Android & Multi-Platform”. Keputusannya untuk belajar dalam program ini membawanya pada kesempatan karier yang sesuai dengan keinginannya.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangBagaimana perjalanan belajar Delvin hingga akhirnya berhasil menjadi seorang talenta digital yang dicita-citakannya? Mari kita baca cerita lengkapnya!
Ingin Menjadi Manusia Bermanfaat Lewat Teknologi
Perjalanan Delvin untuk menjadi seorang talenta digital dimulai sejak ia duduk di bangku SMA. Saat itu, minatnya terhadap teknologi baru saja tumbuh. Secara mandiri, Delvin mempelajari aplikasi Android Studio dengan menggunakan bahasa pemrograman Java.
Sebelumnya, Delvin tidak memiliki pengetahuan apa pun mengenai bahasa pemrograman. Siapa sangka jika kemampuan yang ia latih secara autodidak itu akhirnya menjadi bagian cita-citanya.
Kedua orang tua Delvin mendukung apa pun yang digemari olehnya selama kelak ia bisa menjadi manusia yang bermanfaat. Ia ingin membuktikan kepada kedua orang tuanya bahwa kelak ia bisa menjadi seseorang yang berguna melalui bidang teknologi. Oleh karenanya, Delvin memutuskan untuk melanjutkan studi ke Universitas Bunda Mulia, jurusan Teknik Informatika.
Saat kehidupannya di universitas dimulai, salah satu rekannya di kampus memperkenalkannya pada program Kampus Merdeka. Tertarik untuk mencari tahu lebih banyak tentang Kampus Merdeka, Delvin pun melakukan riset secara mandiri. Risetnya tersebut mempertemukannya dengan program SIB Dicoding Cycle 1 yang kemudian menarik perhatiannya.
SIB Dicoding Cycle 1 Memiliki Ekosistem Belajar yang Mendukung
Menemukan SIB Dicoding Cycle 1 sebagai salah satu program di Kampus Merdeka, Delvin mencari tahu lebih banyak mengenai kesempatan belajar satu ini. Saat itu, ia melihat SIB Dicoding Cycle 1 menawarkan “Pengembangan Aplikasi Android & Multi-Platform” sebagai salah satu alur belajar. Sudah bersentuhan dengan Android sejak SMA membuat Delvin tertarik untuk mendaftarkan diri.
Setelah mendaftar, Delvin berhasil diterima sebagai salah satu peserta SIB Dicoding Cycle 1. Ia merasa pengalaman belajarnya dalam program ini cukup mengesankan karena ia dilatih untuk bisa disiplin dalam belajar. Selain itu, SIB Dicoding Cycle 1 dengan metode belajar self-paced-nya mendorong Delvin untuk bisa menyelesaikan setiap kelas yang sudah ditentukan.
“Ekosistem di SIB Dicoding Cycle 1 sangat membantu saya dalam belajar dan bersosialisasi. Terlebih, program ini memfasilitasi saya dengan sesi konsultasi mingguan bersama mentor non-teknis untuk bisa saling mengenal dengan peserta lainnya. Selain itu, ada pula sesi live untuk materi yang saya pelajari bersama mentor teknis,” ucap Delvin.
Meski memiliki pengalaman belajar yang menyenangkan, Delvin merasa tertantang saat harus menyelesaikan proyek akhir yang dinamakan capstone project. Pada proyek inilah Delvin harus mengimplementasikan ilmu yang sudah ia peroleh selama belajar di SIB Dicoding.
Membuat Aplikasi FoodPad pada Capstone Project
Bisa menyelesaikan capstone project memang termasuk tantangan tersendiri bagi Delvin. Saat itu, Delvin dan rekannya mencoba membuat sebuah aplikasi pemberi resep masakan sesuai dengan bahan-bahan yang dimiliki oleh pengguna. Aplikasi tersebut diberi nama FoodPad.
Ingin agar proyek akhirnya ini bisa membuat resume dan portofolionya menonjol di mata rekruter kelak, ia menempatkan kesungguhannya pada tugas ini. Dari mengerjakan capstone project, Delvin belajar untuk menjadi talenta digital yang disiplin dan mampu bekerja dalam tim.
Bagian lain dari SIB Dicoding Cycle 1 yang menurut Delvin sangat berkontribusi pada keberhasilannya menjadi talenta digital andal adalah keberadaan para reviewer. Setiap submission yang Delvin kumpulkan selama mengikuti program pelatihan ini ditinjau langsung oleh para reviewer. Setelah tugasnya diperiksa, Delvin akan menerima kritik dan saran perbaikan agar ia bisa menerapkan best practice yang sudah dicontohkan oleh para expert.
“Selain kehadiran reviewer, adanya pelatihan soft skills di SIB Dicoding Cycle 1 juga amat berkontribusi pada kesiapan karier saya. Ilmu soft skills yang saya peroleh membantu saya membangun personal branding dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi wawancara kerja,” tuturnya.
Setelah melalui lebih dari 600 jam belajar di SIB Dicoding Cycle 1, akhirnya, Delvin dinyatakan lulus. Ia tak sabar untuk segera memulai kariernya sebagai seorang talenta digital saat itu.
Saat Aplikasi yang Dibuat Delvin untuk Capstone Project Berpengaruh pada Kariernya
Berbekal pengalaman belajarnya di SIB Dicoding Cycle 1, Delvin mencoba melamar pekerjaan di salah satu perusahaan penyedia asuransi, yakni PT Asuransi Total Bersama. Kebetulan, Delvin mendapatkan info bahwa perusahaan tersebut tengah membuka posisi Mobile Developer.
Merasa jabatan tersebut sangat cocok dengan pengalaman belajarnya, Delvin memutuskan untuk melamar. Saat ia mendapatkan kesempatan wawancara dengan user, Delvin menunjukkan deck presentasi dari capstone project yang dikerjakannya selama belajar di SIB Dicoding Cycle 1. Selain itu, bekal ilmu yang ia peroleh dari SIB Dicoding juga membantunya berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan pada tahap wawancara teknis.
“Rekruter terkesan dengan capstone project saya di SIB Dicoding Cycle 1. Akhirnya, saya berhasil diterima sebagai Mobile Developer di sana,” ujar Delvin.
Sebagai seorang Mobile Developer, Delvin bertugas untuk melakukan migrasi pengembangan aplikasi mobile yang sebelumnya menggunakan React Native menjadi Flutter. Ini karena skalabilitas, fleksibilitas pada UI, dan masa depan Flutter dianggap cukup menjanjikan.
Ia mengakui bahwa kelas Belajar Fundamental Aplikasi Flutter, Belajar Pengembangan Aplikasi Android Intermediate, dan Belajar Dasar Git dengan GitHub sangat berkontribusi pada kesuksesannya dalam menyelesaikan tugas di kantor.
Kini, setelah Delvin berhasil menjadi talenta digital seperti yang dicita-citakannya, ia ingin memberikan semangat kepada para talenta digital lainnya yang saat ini masih menempuh perjalanan dalam meningkatkan kualitas diri.
“Tak peduli seberapa besar tantangan yang kalian hadapi, kalian harus percaya bahwa kalian bisa melewati segalanya dengan dedikasi, kedisiplinan, dan sikap pantang menyerah. Buatlah orang lain melihat kalian sebagai orang yang dikenal karena kegigihannya,” Delvin menutup sesi wawancara.