Sertifikasi: Cara Membangun Karir di Bidang Cloud
Boy Suganda Sinaga (23 tahun) adalah seorang Reliability Engineer di DANA ID. Sehari-harinya pekerjaannya erat berkutat dengan infrastruktur cloud. Dua (2) tahun terakhir, lulusan sertifikasi Microsoft AZ-900 ini serius membangun pondasi karir di bidang cloud alias komputasi awan. Kenapa?
“Dunia cloud sangat menjanjikan karena kesempatan kerja tinggi sementara expert di bidang ini masih langka.” (Boy)
Faktanya, perusahaan perlu banyak Cloud Engineer yang spesifik tapi suplai SDM-nya di Indonesia tergolong minim. Sebabnya, di kampus sekalipun, materi cloud itu jarang atau bahkan tak ada sama sekali.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangSeperti diungkapkan pria lulusan Institut Teknologi Del ini, ilmu Cloud memang belum tersedia komprehensif saat ia berkuliah dulu. Lantas bagaimana cara Boy berhasil membangun karir di bidang Cloud sejak 2018? Kita simak tips darinya.
Awal Karir di bidang Cloud: Keluar Zona Nyaman
Bukalah diri untuk meningkatkan kemampuan di luar zona nyaman. Pasalnya, kampus tak mengajarkan keahlian ini.
“Belajar di luar dan sertifikasi di dunia cloud, mutlak perlu.” (Boy)
Buktinya, sejak di kampus Boy aktif sebagai Microsoft Student Partner (MSP), sebuah komunitas mahasiswa binaan Microsoft yang terdiri dari ribuan anggota dan tersebar di lebih dari 100 negara.
Di sana Boy bersama teman-temannya yang tertarik di bidang teknologi, belajar, bereksplorasi, dan berbagi hal-hal yang berkaitan dengan teknologi terbaru lainnya dari Microsoft, termasuk Azure. Azure merupakan layanan komputasi awan dari Microsoft. Inilah kesempatan pertama Boy mengenal teknologi cloud Azure yang lantas memantiknya untuk dalami lebih lanjut. Beruntung ia mendapat insentif kredit gratis untuk memulai eksplorasi.
Menata Karir dengan Sertifikasi Microsoft AZ-900
Pun setelah selesai kuliah, Boy tetap fokus mempelajari Microsoft Azure. Pada tahun 2020 lalu ia mendapat kesempatan beasiswa dari Microsoft untuk mengikuti kelas Belajar Dasar Azure Cloud dan Menjadi Azure Cloud Developer di Dicoding Academy. Bagaimana pengalamannya?
“Aku sudah lama jadi member Dicoding. Sangat mendukung, yes banget, untuk pemula belajar di kelas ini. Di sini ada banyak sekali materi dasar yang dibutuhkan untuk memahami konsep cloud. Bahasannya pun mudah dipahami. Tim Dicoding juga selalu membantu di forum diskusi untuk jawab pertanyaan sulit.” (Boy)
Pria asal Medan ini gigih menuntaskan 80 jam durasi belajarnya. Apa hasilnya? Salah satunya, ia lulus dengan mulus dalam ujian sertifikasi AZ-900 yang terkenal sulit.
Kelulusan Boy dalam sertifikasi global awal tahun 2020 lalu tersebut juga mendulang apresiasi dan penasaran dari 9 orang rekan sejawatnya di dalam tim: “Bagaimana cara ikutnya?” Lebih lanjut, kultur di perusahaan sekelas DANA Indonesia memang sangat mendorong self-growth dan kebiasaan belajar setiap saat. Kantor memandang sertifikasi AZ-900 Boy sebagai validasi skill yang penting.
Manfaat Sertifikasi untuk Profesi Sekarang & Masa Depan
Boy merasa sertifikasi sangat terkait dengan pekerjaannya sekarang sebagai Reliability Engineer. Ia jadi lebih mudah mengimplementasi infrastruktur cloud. Saat menentukan penyedia layanan, ia jadi memiliki lebih banyak referensi Azure terkait faktor region basis data, kekayaan fitur (adakah auto-scaling, dsb), cost optimization, dan familiaritas pada teknologi Microsoft ini
Dengan memiliki sertifikasi Azure, Boy juga merasa lebih luwes saat menggunakan teknologi Azure dalam pekerjaannya sehari-hari. Ia mengaku lebih menikmati User Interface (UI) dari Azure yang tampil menarik jika dibandingkan dengan platform komputasi awan lainnya yang lebih kaku.
Mimpi Boy dalam karir, tak sekadar untuk profesi saja. Dalam 4 tahun, ia bertekad untuk menjadi seorang Expert Cloud Engineer yang memimpin sebuah tim dalam perusahaan terkemuka. Dengan kelas Dicoding lalu sertifikasi Azure, Boy merasa menemukan dasar-dasar yang relevan.
“Mau jadi Cloud Lead sehebat apapun itu, kita harus belajar dari dasar. Kalau tak paham dasar, nanti amburadul. Untuk itu, menguasai ilmu perlu sistematis dan bertingkat, seperti yang Dicoding ajarkan.”
Tak Perlu jadi Jenius untuk Menguasai Teknologi Cloud
Mengingat masa kecilnya dulu, Boy sang jawara Alibaba Cloud Global AI Competition 2020 ini mengaku bukanlah anak yang pandai. Di sekolahnya dulu, ia mendapat peringkat 20 dari 40 siswa.
“Tidak pintar. Yang saya punya hanya kerja keras dan konsisten,” (Boy)
Selain belajar dan berjuang mendapatkan sertifikasi, Boy mengaku hobi ngulik teknologi terbaru. Kebiasaan ini sangatlah penting agar eror yang kamu hadapi bisa teratasi. Jika tak suka eksplorasi update terbaru, kita bisa dihadang stucked alias buntu. Contohnya, mengaplikasikan sebuah method yang sederhana, bisa memakan waktu lama. Perlu sifat kepo, usaha keras, dan konsisten.
Terlebih di dalam lingkup cloud engineer, pembaruan bergulir begitu cepat. Menguasai teknologi-teknologi terbaru akan membuat sistem kita bekerja lebih baik. Tentu jadi bisa bekerja dengan lebih efisien, bukan?
Jadi, jika kamu merasa “tidak jenius,” sebenarnya itu adalah alasan kuat untuk lebih suka ngulik. Eksplorasi bidang yang kamu suka dan berusaha keras di sana. Peluang jadi Engineer, termasuk Cloud Engineer, terbuka lebar untukmu yang giat berusaha.