Nyaris Putus Sekolah, Putra Petani ini Kini Jago Membuat Aplikasi-
Perkenalkan, Khoirur Rosy (26 tahun). Besar di desa tani minim fasilitas, tak menyurutkan mimpinya. Putra Madura ini ingin jadi developer. 14 kelas di Dicoding Academy ia ikuti. 8 Challenge ia menangkan. Hasilnya, bukan sekedar 3 gadget hadiah di tangan. Apa lagi sih? Simak ya ceritanya
Anak Desa yang Hatinya Tertambat di Komputer
Rosy -begitu ia di sapa- lahir dan besar di desa Jarin, Kec. Pademawu, Kab. Pamekasan, Madura. Sejak kecil ia akrab dengan sawah yang jadi lumbung penghidupan keluarga. Kampung halamannya subur menghasilkan padi, jagung dan tembakau.
Ia memang besar di keluarga petani. Tapi hatinya bukan tertambat di ladang. “Di komputer Mbak,” ujarnya menyeringai. Sejak nyantri di pesantren dan meneruskan pendidikan di MA (Madrasah Aliyah) Rosy mulai kepo cara bikin aplikasi dan game. Rosy sang pembelajar ini, ingin terus bersekolah hingga perguruan tinggi.
Niatnya kuliah, kontras dengan realita. Penduduk desa Jarin rata-rata mentok bersekolah hingga SMP. Faktor biaya. Itu pula yang menyebabkan orang tuanya terpaksa menyarankan Rosy berhenti sekolah dulu. Namun, semangat tidak padam. Ia cari uang sendiri dengan memberi pelatihan-pelatihan jaringan komputer untuk anak SMK.
Berbekal tekad bulat dan ngajar sana sini, Rosy pun mantap melangkah ke jejang kuliah. Di Universitas Islam Madura Pamekasan, Rosy mengambil jurusan Teknik Informatika, jurusan yang menurutnya “salah.” “Saya kira saya belajar tentang instalasi komputer..ternyata..”
Ternyata ia sangat menikmati salah jurusannya itu. “Asyik belajar TI,” ujarnya. Niatnya untuk jadi developer, kian menggebu. Sayangnya dulu di Pamekasan, sudah minim fasilitas, minim pula komunitasnya. Ia pun banyak bergabung dengan group-group programming online.
Kini Jago Membuat Aplikasi
Lulus kuliah, ia mengenal Dicoding dari temannya. “Eh ternyata di Dicoding Academy ada kelas online bikin game (Menjadi Game Developer Expert, Membuat Game untuk Pemula, dan Membuat Game dengan Construct 2 – red).
Pemuda yang hobi belajar ini melahap 14 kelas Dicoding Academy seusai ia lulus kuliah. Wow!
Saat ditanya apa impresi awalnya tentang kami, ia menjawab:
“Awalnya cari sumber belajar di Pamekasan itu susah. Saya hanya ikut group-group programmer online. Dengan Dicoding, belajar jadi mudah. Platform berjuta manfaat. Selalu ada yang baru. Menjawab rasa ingin tahu saya tentang dunia pemrograman. Semua kelasnya menarik untuk dipelajari.”
Rosy juga tak menyia-nyiakan ilmu yang ia dapatkan. Ia ingin developer-developer Pamekasan lainnya jago membuat aplikasi. Ia makin sering mengajar berbekal modul belajar kelas Menjadi Android Developer Expert (MADE) dan Kelas Membuat Game dengan Construct 2, andalannya. Dari semua kelas, apa favoritnya?
Ternyata Kelas MADE. Apa pasal? Di sana ia mengaku belajar cara membuat aplikasi yang baik. Dan yang menarik ada peran expert reviewer, tempat Rosy banyak belajar best practice.
Lebih lanjut, ayah satu anak ini berujar:
“Dengan belajar di Dicoding, pekerjaan saya terbantu. Proyek di kantor saya mulai mengaplikasikan Kotlin. Saya juga dapat uang tambahan untuk keluarga dari mengajarkan materi Android Expert dan Game ke anak-anak remaja di Pamekasan.”
Kini Rosy bekerja sebagai Android Developer di Teknologi Royal Digital, sebuah software house. Meski sibuk, ia tak luput ikut beragam Dicoding Challenge yang dianggapnya menarik. Menurutnya, sangat menantang saat mencoba bikin aplikasi sesuai ketentuan lomba.
Punya 5 Gadget Baru hasil Keringat Sendiri di Challenge
Meski telah memenangkan 8 Challenge, Rosy tetap merendah. Ia merasa skill-nya masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan sosok-sosok lainnya di dunia programming. “Saya nggak jago membuat aplikasi,” ujarnya kalem.
Meski demikian, jika ada satu Challenge yang paling membuatnya bangga adalah yang satu ini. Ia sempat memenangkan Tizen Challenge tahun 2017. Saat itu ia membuat Game HTML menggunakan Construct. Tak sangka-sangka, game-nya keluar sebagai pemenang.
Dari semua lomba tersebut, Rosy mendapatkan banyak hadiah Dicoding Points. Ia menukarnya dengan 5 Rewards pilihan di platform kami https://dicoding.com/rewards. Gadget itu adalah Samsung Galaxy J5 Pro, Samsung Z2 dan Samsung Galaxy J3 (gambar di bawah -red). Wow! Semoga membantu produktivitasmu dalam berkarya.
Kemenangan di Challenge mengingatkannya tentang pentingnya bermimpi, meski kondisi serba sulit. Nyaris putus sekolah, sepuluh tahun lalu anak desa ini cuma ingin tahu cara membuat aplikasi. Ternyata keinginan sederhana itu membawanya kuliah. Lalu jadi programmer. Lalu menang lomba dari aplikasi dan game yang notabene dibuatnya sendiri. Akhirnya..
See? Jangan sepelekan mimpi kecil atau besarmu, ya teman-teman. Seriusi saja dengan konsisten seperti Rosy.
Ingin Developer Bermunculan dari Desa-desa
Ke depan, Rosy berharap agar desa-desa di Indonesia bisa tersentuh teknologi. Ia ingin semakin banyak developer yang bermunculan dari desa sepertinya. Alhasil, manfaatnya pun menetes memperbaiki taraf hidup petani prasejahtera.
“Ya seperti iGrow dan Vestifarm, Mbak. Berpihak pada petani. Itu aplikasi impian yang ingin saya buat!” ujarnya lugas.
Kini Rosy mantap menatap masa depan sebagai trainer dan developer profesional. Ia ingin melatih lebih banyak remaja dan komunitas. Ia ingin ilmunya bermanfaat bagi sebanyak mungkin anak desa sepertinya. Tekadnya, ingin membentuk generasi penerus developer di Pamekasan.
Pun dalam setiap pelatihannya, Rosy kerap menyarankan para developer muda agar mereka gabung jadi member Dicoding. Menurutnya Dicoding tepat, bahkan untuk developer tanpa latar belakang IT, sekalipun. Semua bisa jago membuat aplikasi Mator sakalangkong (terima kasih -red) Rosy!
Menutup pembicaraan kami, sosok ulet ini menitip pesan untuk teman-teman pembaca.
“Motivasi itu, tumbuh dari diri sendiri. Jangan hanya melihat orang lain. Kita harus punya keinginan kuat. Nggak ada fasilitas, bukan berarti berhenti beraktivitas. Apapun rintangannya, harus tetap kita hadapi. Yang penting kemauan, kuat.”
Jangan putus harapan. Termasuk teman-teman yang tinggal di daerah rural sekalipun. Kamu pasti bisa belajar dan melebarkan sayapmu seperti Rosy!
Mau tanya langsung mengenai rahasia Khoirur jago membuat aplikasi? Kamu bisa direct message dia di https://www.dicoding.com/users/2261/ama
-end-
Baca juga kisah serupa perjuangan teman-teman developer putra daerah lainnya di tautan berikut:
- Nur Rohman, Head of Reviewer Dicoding (Temanggung, Jawa Tengah) https://www.dicoding.com/blog/lewat-ngoding-putra-lereng-gunung-sumbing-berkarya-untuk-negeri/
- Wahyu Muhamad Rizqi, lulusan kelas Menjadi Game Developer Expert (Tasikmalaya, Jawa Barat) https://www.dicoding.com/blog/putra-daerah-yang-bercita-cita-membangun-komunitas-game-developer-tasikmalaya/
- Aming (Jayapura, Papua), Zulqifli (Kendari, Sulawesi Tenggara), dan Habib (Samarinda, Kalimantan Timur) https://www.dicoding.com/blog/letup-semangat-dari-timur-indonesia-pemenang-local-challenge-papua-sulawesi-dan-kalimantan/
Jangan ragu bergabung dengan 150 ribu developer lainnya di Dicoding, developer hub terbesar di Indonesia. Ikuti kelas berikut, sekarang: