“Ingin Banggakan Kedua Orang Tua Jadi Motivasi Terkuat Saya”

Cerita Muhammad Siddiq Fathurrahman, Lulusan Coding Camp powered by DBS Foundation

Di antara deru motor ojek sang ayah dan derik mesin cuci ibunya, Muhammad Siddiq Fathurrahman (19) tumbuh dengan keingintahuan yang tak biasa. Sejak kecil, ia terbiasa membongkar dan mempelajari perangkat elektronik. Kini, rasa ingin tahu itu membawanya menjadi lulusan Coding Camp powered by DBS Foundation dan membuka jalan ke dunia kerja di industri teknologi.

Putra dari Seorang Pengemudi Ojek Online dan Pemilik Usaha Laundry Rumahan

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Lahir dan besar di Kampung Keparakan Kidul, Kota Yogyakarta, Siddiq adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai pengemudi ojek online dan ibunya menjalankan usaha laundry rumahan.

Kedua orang tuanya tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Ayahnya adalah lulusan SD, sedangkan ibunya lulusan SMK. Meski begitu, ayah dan ibu Siddiq senantiasa mendukung penuh pendidikan anak-anaknya.

“Mereka memang tidak bisa mengajari saya soal coding, tapi mereka mengajarkan saya soal tanggung jawab, kerja keras, dan bagaimana cara mengatur waktu,” ujar Siddiq.

Meski tumbuh di sebuah keluarga sederhana, sejak SD, ketertarikan Siddiq pada dunia teknologi sudah terlihat. Ia gemar membongkar laptop dan mencoba memahami cara suatu perangkat bekerja.

Saat memilih jenjang pendidikan menengah, ia memutuskan untuk langsung masuk SMK agar bisa segera bekerja. Ia memilih SMKN 2 Yogyakarta, salah satu sekolah favorit di kota tersebut, dan mengambil jurusan Sistem Informasi, Jaringan, dan Aplikasi.

Ingin Menguasai Keterampilan Kerja Profesional Lewat Coding Camp powered by DBS Foundation

Perjalanan Siddiq dalam mengenal dunia teknologi semakin luas saat ia mulai aktif membaca blog dan mengikuti media sosial Dicoding. Dari sana, ia menemukan informasi mengenai Coding Camp powered by DBS Foundation, sebuah program beasiswa pelatihan teknologi intensif yang ditujukan untuk mahasiswa dan pelajar SMK.

“Sejak lama, saya sudah jadi follower Dicoding di Instagram. Begitu tahu ada program Coding Camp powered by DBS Foundation untuk anak SMK, saya langsung tertarik,” kenangnya.

Siddiq mengikuti program dengan motivasi kuat: ia ingin belajar tidak hanya keterampilan teknis, tetapi juga keterampilan bekerja secara profesional.

“Saya ingin tahu cara kerja tim yang baik, cara berpikir sistematis, dan bagaimana bekerja dengan manajemen waktu yang tepat,” katanya.

Capstone Project adalah Bagian Terbaik dalam Coding Camp powered by DBS Foundation

Namun, menjalani Coding Camp powered by DBS Foundation bukan perkara mudah. Program tersebut berlangsung saat bulan Ramadan. Pada saat yang sama, Siddiq dipercaya menjadi koordinator acara takjil di masjid kampungnya. Ia harus membagi waktu antara sesi ILT (Instructor-Led Training), mentoring, dan pengerjaan capstone project.

“Sibuk banget, tapi saya belajar banget soal mengatur waktu. Itu pengalaman penting,” kata Siddiq.

Meski padat, Siddiq justru menikmati prosesnya. Baginya, bagian terbaik dari Coding Camp powered by DBS Foundation adalah saat ia dan timnya mengerjakan capstone project, sebuah proyek akhir yang menuntut mereka membangun solusi teknologi dari awal.

Tim Siddiq memilih untuk membuat aplikasi konsultasi kesehatan mental. Dari proyek tersebut, ia belajar banyak hal: menyusun arsitektur sistem, membagi peran dalam tim, serta menyampaikan ide secara efektif.

Meeting capstone membuka pikiran saya untuk berpikir lebih luas. Kami merancang sesuatu dari nol, dan saya jadi paham bagaimana menyusun sistem yang solid,” jelasnya.

Belajar dalam Program Coding Camp powered by DBS Foundation Membentuk Kepercayaan Diri Siddiq

Dari program Coding Camp powered by DBS Foundation, Siddiq tidak hanya memperoleh aspek teknis. Ia belajar cara mengelola keuangan, membangun kebiasaan kerja profesional, dan meningkatkan kepercayaan diri melalui sesi soft skills dan literasi keuangan.

“ILT yang diajar pengajar asing dalam bahasa Inggris bikin saya lebih berani ngomong. Dulu saya ragu, sekarang lebih pede,” katanya.

Semua pengalaman itu menjadi bekal penting ketika Siddiq direkomendasikan sekolahnya untuk menjalani PKL (praktik kerja lapangan) di Coding Collective, sebuah software house di Yogyakarta. Ia diterima sebagai Front-End Developer Intern. Dalam wawancara, Siddiq menceritakan proyek capstone-nya dan langsung menarik perhatian.

User-nya tertarik waktu saya cerita soal project kesehatan mental yang saya kerjakan bersama tim,” ujarnya.

Ingin Melanjutkan Kuliah Suatu Hari Nanti

Di Coding Collective, Siddiq bertugas menyusun halaman web dari desain Figma, mengintegrasikan dengan API, serta mengelola tampilan dengan CSS dan JavaScript.

“Ilmu dari Coding Camp powered by DBS Foundation sangat bermanfaat, terutama mengenai CSS dan dasar-dasar front-end. Saya jadi lebih paham bagaimana menerapkan gaya (style) dan membuat interaksi di halaman web,” katanya.

Kini, sembari menjalani masa magangnya, Siddiq berharap bisa lanjut bekerja penuh waktu di perusahaannya ini. Sambil bekerja, ia ingin menabung dan mempersiapkan langkah berikutnya: kuliah.

“Saya ingin lanjut belajar, tapi juga ingin bisa membalas semua yang sudah orang tua saya perjuangkan untuk saya,” ungkapnya.

Di akhir obrolan, Siddiq membagikan prinsip hidup yang terus ia pegang sejak ikut Coding Camp powered by DBS Foundation: jangan cepat bosan belajar. “Belajar memang enggak ada habisnya, tapi kalau kita mau tekun, semua akan ada hasilnya,” tutupnya.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.