Wajah Arrival Dwi Sentosa (20 tahun) tak henti tersenyum. Member Dicoding sejak 2015 ini berkali-kali mendapat ucapan selamat dari sesama finalis pada acara malam penganugerahan juara Alcatel Lucent Entreprise Hackaton 2018. Tak lama Ival -begitu nama panggilannya- dan tim akan melancong ke la ville lumière, Paris, Perancis. Di sana mereka akan menikmati hadiah eksklusif berupa coaching clinic selama 4 hari.
Penasaran nggak sih, apa yang membawa mereka Paris?
Indonesia Diaspora Connect
Indonesia Diaspora Connect (IDC) namanya. Aplikasi ini merupakan hasil kolaborasi Ival, Arief Hakim Askar (Arief), dan Zendi Iklima (Zendi). Ketiganya tengah menimba ilmu di Beijing Institute of Technology.
IDC bertujuan untuk mendata Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri. Selain itu dengan profil isian dari user, aplikasi ini juga bertujuan membantu pemerintah dan perusahaan swasta untuk mencari kandidat pas untuk posisi lowongan yang mereka butuhkan, serupa sebuah jejaring sosial yang populer untuk para profesional / pencari kerja.
Bayangkan kamu seorang pelajar yang baru tiba di sebuah negara. Kamu belum paham bahasa setempat dan belum pula kenal seorangpun. Aplikasi ini akan membantu kamu menemukan sesama pelajar Indonesia di sekitar, real time. Jadi bisa mulai berjejaring deh.
Dari mana datangnya inspirasi membuat aplikasi ini?
Inspirasi dan Harapan
Rupanya inspirasi hadir lewat pengalaman pribadi Arief saat kuliah di Istambul tahun 2016. Saat itu Turki tengah dilanda gonjang ganjing kudeta militer yang mencetuskan beberapa aksi kekerasan. KBRI Istanbul telah menyiapkan kapal militer untuk mengangkut WNI pulang namun ketidaklengkapan informasi menyulitkan proses pemulangan.
Selama ini sudah ada sistem lapor diri yang diberlakukan KBRI namun belum 100% terpenuhi oleh WNI di luar negeri. “Contohnya, banyak dari teman sesama pelajar Indonesia yang nggak lapor ke KBRI karena alasan jarak dan sibuk beraktifitas,” ujar pemuda peraih Beasiswa Pemerintah China ini.
Harapan Ival dan tim adalah menjadikan IDC sebagai aplikasi yang bermanfaat bagi 6 juta diaspora Indonesia di seluruh dunia, pemerintah, dan sektor swasta.
Bagi WNI di luar negeri, dengan IDC semua akan jadi lebih simpel. Hanya perlu mengisi data di gawai dan selesai! Kemudahan berjejaring dan mendapatkan pekerjaan, ada dalam genggaman.
Bagi pemerintah, terutama KBRI, data WNI yang terorganisir rapi sangatlah penting. Ini akan membantu mereka untuk bertindak lebih cepat dan tepat, terutama dalam situasi kegawatdaruratan.
Bagi sektor swasta mereka bisa menjaring talenta lulusan luar negeri yang sesuai dengan kebutuhan.
Proses Pengembangan: Bermula dari Komentar Dubes RI di Instagram
Beberapa bulan dikembangkan, aplikasi ini mendapat sambutan dari Duta Besar RI di Beijing. Postingan Ival di Instagram mengenai Indonesia Diaspora Connect dan kompetisi ALE ini menuai komentar positif dari Duta Besar Djauhari. Mulailah Ival berkomunikasi dan bertukar ide tentang IDC dengan beliau. “Alhamdulillah Pak Dubes sangat mendukung,” ujar pemuda yang dipercaya sebagai Direktur Media di Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok ini.
Rencananya bulan Oktober nanti Ival dan tim akan merilis versi beta Diaspora Connect untuk wilayah Tiongkok dan Mongolia. Artinya client mereka saat ini adalah KBRI di sana. Jika berhasil, terbuka peluang berikutnya untuk menerapkannya di KBRI lain dan dalam skala yang lebih global. Untuk tujuan tersebut, mereka akan mengoptimalkan dukungan jejaring PPI, KBRI, dan peraih beasiswa LPDP. Wow good luck Ivan dan tim!
Dalam pengembangannya nanti, tim menggunakan Rainbow API Integration dengan keunggulan fitur jaringan dan teknologi yang diperlukan, seperti Contacts, Conversations, File Storage dan Viewer, Group, Message, dan WebRTC. Coaching clinic di Paris nanti akan banyak membahas integrasi tersebut.
Bon chance Ival dan tim! Kami tunggu ceritanya dari Paris et à bientôt!
Bersambung: Bekal Skill Ngoding, Member Dicoding ini Selfie di depan Menara Eiffel