Dulu Perawat, Kini Gilang Berkarier sebagai Software Engineer

Cerita Gilang Heavy, Lulusan AWS Back-End Academy

Meski mimpinya untuk menjadi talenta teknologi sangat besar, Gilang Heavy (33) belum menggenggam ijazah hasil studi IT-nya saat itu. Dulu, pria asal Kabupaten Wonosobo ini merupakan seorang perawat profesional.

Namun, di balik shift malam dan tugas medis yang mesti Gilang jalani di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi, tersimpan semangat belajar yang akhirnya membawanya menjadi lulusan program AWS Back-End Academy dan seorang software engineer andal.

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Seperti apa perjalanan Gilang switching career dari dunia medis ke dunia teknologi? Mari kita baca cerita lengkapnya!

Mengawali Karier sebagai Perawat

Gilang merupakan sulung dari tiga bersaudara dengan minat terhadap dunia komputer yang telah bertumbuh sejak SMP. Sayangnya, saat lulus SMA, minimnya informasi membuatnya keliru dalam memilih jurusan saat mendaftar ke perguruan tinggi negeri. Setelah mengalami kebingungan, ibunya menyarankan agar ia mengambil program akselerasi D3 Keperawatan yang hanya berdurasi 2,5 tahun.

Meskipun diterima dan lulus pada tahun 2013, Gilang mengaku bahwa panggilan hatinya tetap pada dunia teknologi. Bahkan saat pulang dari mendaftar kuliah keperawatan, ia sempat bertanya pada ibunya apakah bisa kuliah dua jurusan sekaligus.

Pertanyaan tersebut dijawab dengan bijak, “Selesaikan dulu satu, lalu lanjut ke IT.”

Gilang pun menyelesaikan komitmen studinya di bidang keperawatan. Setelah lulus, ia bekerja sebagai perawat di RSUP Dr. Kariadi. Meski saat itu Gilang sudah bekerja secara purnawaktu, ia tetap memiliki ketertarikan terhadap dunia software.

Diangkat Menjadi Staf IT di Tempat Kerja yang Sama

Di sela-sela waktu luangnya, Gilang kerap mengutak-atik komputer dan mencoba berbagai aplikasi baru. Hingga akhirnya di tahun 2016, ia memutuskan untuk menempuh kuliah kedua di bidang Teknik Informatika di Universitas Stikubank Semarang dengan sistem kelas karyawan. Keputusan ini menjadi titik balik besar baginya.

“Saya mulai berpikir, apakah saya ingin terus berkarier di bidang ini hingga tua?” ujarnya.

Di tengah kesibukan sebagai perawat, ia menyusun waktu untuk kuliah dan memperkuat keterampilan teknologi yang selama ini hanya jadi hobi. Keputusannya terbukti tepat.

Di masa pandemi tahun 2020, ketika ia dirumahkan karena suspect COVID-19, Gilang membuat prototipe aplikasi rumah sakit yang memungkinkan pasien melihat hasil laboratorium dan radiologi secara daring. Proyek ini membuatnya direkrut sebagai staf IT di rumah sakit yang sama.

Belajar dalam Program AWS Back-End Academy agar Menjadi Lebih Berkembang

Meski telah berhasil menjadi software engineer di rumah sakit tempatnya bekerja, Gilang menyadari bahwa teknologi terus berkembang. Ia merasa perlu memvalidasi dan memperbarui keterampilannya, terutama di bidang cloud computing.

Keinginannya tersebut membawanya kembali ke platform Dicoding yang pernah ia kenal pada tahun 2016. Menemukan program AWS Back-End Academy tengah membuka pendaftaran di sana, Gilang tertarik untuk ikut serta.

Setelah mendaftar dan berhasil diterima, Gilang menjalani proses belajar dalam program AWS Back-End Academy. Ia mengaku memiliki pengalaman yang berkesan.

“Program AWS Back-End Academy tak sekadar mengajarkan teori, tetapi juga mengusung pendekatan project-based learning, di mana setiap modul menuntut peserta untuk langsung membangun proyek nyata. Hal itu membantu saya yang bekerja sebagai software engineer, sehingga saya bisa mengimplementasikannya dalam proyek riil yang dikerjakan di kantor,” jelasnya.

Mengimplementasikan Hasil Belajar di Tempat Kerja

Perjalanan Gilang dalam program AWS Back-End Academy bukannya tanpa tantangan. Sebagai seorang pekerja purnawaktu yang belajar dalam sebuah program progresif, ia harus pandai membagi waktu antara belajar dan bekerja, bahkan di akhir pekan. Namun, semangat pantang menyerah dan rasa ingin tahunya membantunya melewati berbagai kesulitan teknis, mulai dari debugging hingga konfigurasi AWS.

Bagian terbaik dari program ini, menurutnya, adalah integrasi langsung dengan layanan AWS seperti Lambda, API Gateway, dan DynamoDB, yang semuanya relevan dengan kebutuhan industri saat ini. Ia juga sangat mengapresiasi adanya modul Generative AI dan dukungan dari fasilitator expert di forum Dicoding.

Belajar dalam program AWS Back-End Academy tak hanya memberi Gilang sertifikat dan portofolio, tetapi juga membawa dampak nyata bagi pekerjaannya. Ia kini mulai menerapkan konsep serverless, caching dengan Redis, dan messaging queue menggunakan RabbitMQ dalam proyek-proyek di tempat kerjanya.

“Salah satu kelas paling berpengaruh adalah soal implementasi queue. Saya juga mulai beralih ke NodeJS untuk aplikasi consumer yang saya bangun,” katanya.

“Lebih Baik Menyesal karena Gagal, daripada Menyesal karena Tidak Mencoba”

Berhasil bertransisi dari dunia medis ke dunia teknologi membuat Gilang menyadari bahwa tidak ada yang tak mungkin selama ia pantang menyerah dan konsisten dalam belajar. Perubahan arah hidup di tengah perjalanan adalah sesuatu yang normal karena setiap orang dan keinginannya berhak untuk tumbuh dan bertransformasi.

“Tidak ada kata terlambat untuk mengubah arah hidup dan mengejar cita-cita yang menjadi ‘panggilan’ kita. Jangan takut mencoba karena saya pribadi merasa lebih baik menyesal karena gagal daripada menyesal karena tidak pernah mencoba,” tutup Gilang.

Kini, Gilang menjalani tugasnya dengan baik sebagai seorang software engineer di RSUP Dr. Kariadi. Ia berharap setiap talenta digital punya keberanian dan kesungguhan yang sama seperti dirinya dalam mewujudkan mimpi.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.