“Indonesia krisis programmer.” “Indonesia darurat talenta digital.”
Familiar dengan topik tersebut akhir-akhir ini? Kita telusuri yuk.
Potensi Ekonomi Digital Indonesia
Kebutuhan talenta digital erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi digital. Faktanya, tren ekonomi digital di Indonesia terus bergerak naik seperti halnya di tingkat global.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangKini nilai ekonomi digital Indonesia tahun 2018 telah mencapai angka 27 miliar dollar AS atau sekitar Rp 391 triliun. Ia diprediksi akan tumbuh empat kali lipat pada tahun 2025 hingga mencapai angka 100 miliar dollar AS atau setara Rp 1.448 triliun (Data Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia oleh Google-Temasek, Oktober 2018).
Dengan nilai sedemikian besar, Indonesia disebut akan menjadi rumah ekonomi digital yang terbesar di Asia Tenggara.
Sektor apa yang berkontribusi membesarkan ekonomi digital Indonesia? Ada tiga sektor, yakni bisnis online travel, e-commerce, dan ride hailing. Empat Unicorn di Indonesia (Gojek , Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak) bergerak di ketiga sektor tersebut. Mereka adalah separuh dari total 8 unicorn di Asia Tenggara.
Kebutuhan Talenta Digital dan Tantangannya
Dengan demikian besarnya potensi yang ada, apa yang paling diperlukan Indonesia untuk terus tumbuh?
Talenta digital, jawabannya.
Di tahun 2030, agar Indonesia siap menjadi e-economy, dibutuhkan sebanyak 17 juta human talents yang melek teknologi.
(Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian RI)
Urgensi talenta digital ini juga mengemuka pada Bekraf Developer Conference yang didukung Dicoding (Bandung, 2/12) dan mengusung tema “Pengembangan Peran Talenta Digital dalam Industri Digital Kreatif di Indonesia.” Para narasumber kerap menyebutkan bahwa permintaan terhadap programmer dari berbagai jenis industri di Indonesia semakin tinggi.
Namun demikian, digital force yang ada belum mampu untuk memenuhinya, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Inilah “krisis programmer” dan “darurat talenta digital” yang dimaksud.
Apa pasal?
Faktor pertama adalah mismatch pendidikan – lapangan kerja. Sebagian besar sarjana komputer memilih untuk tidak meneruskan karirnya di bidang IT. Ini merupakan situasi umum di Indonesia di mana 71,7 persen pekerja ternyata memiliki profesi yang melenceng dari jurusan kuliah pilihannya dulu (riset Indonesia E-Commerce Association <idEA>, 2018).
Faktor lainnya adalah mandeg-nya upaya pengembangan diri di kalangan talenta digital. Lulusan komputer yang memilih karir developer kerap “merasa sudah jago”, sehingga berhenti berkembang ketika masuk ke perusahaan.
Dicoding Jobs dan Misi Memudahkan Industri Mencari Talenta Digital
Dengan fitur pionir berupa Academy, Challenge, dan Event, Dicoding lahir untuk bantu menjawab tantangan di atas.
Fitur terakhir yang kami miliki, Dicoding Jobs di laman https://www.dicoding.com/jobs hadir belakangan sejak September 2018 lalu. Tujuannya sederhana. Kami ingin memudahkan industri menemukan talenta digital sesuai kebutuhan. Kami bersyukur dalam 3 bulan terakhir sudah puluhan perusahaan dalam dan luar negeri yang mempercayakan job-hunt-nya pada Dicoding Jobs.
Apa saja kelebihan Dicoding Jobs?
Berikut ini rangkuman hasil riset kami pada perusahaan yang menjadi mitra Dicoding Jobs.
#1 Riwayat aktivitas di Dicoding
Bagi Anda perusahaan yang mencari karyawan atau staf magang, platform ini menawarkan lebih dari sekedar CV. Melainkan peta perjalanan/riwayat pengembangan diri tiap kandidat secara holistik sedari awal ybs terdaftar sebagai member Dicoding.
Inilah nilai lebih dari Dicoding Jobs -solusi yang mampu menangkap faktor self-development seorang developer. Tentunya Anda ingin memperoleh kandidat yang progresif, bukan?
Sebagai contoh, jika kandidat A melamar di sebuah post yang Anda buka, Anda bisa melihat kualifikasi sbb:
- Kelas apa saja yang ia ikuti dan selesaikan, serta bagaimana prestasi kelulusannya;
- Challenge apa saja yang ia coba dan menangkan, dan seperti apa karyanya;
- Event bertema apa saja yang dihadiri.
Dengan demikian lebih mudah bagi Anda untuk memilih kandidat yang sesuai dengan skill-set yang diperlukan.
#2 Target Pelamar yang Lebih Terarah
Beriklan di Dicoding Jobs lebih tepat sasaran. Kenapa?
Pertama, jika Anda mencari developer anak bangsa, kami tempatnya. Sebagai developer hub di Indonesia, selama 4 tahun terakhir Dicoding konsisten menjalin hubungan timbal balik antara developer dengan industri. Semua demi ekosistem digital yang lebih baik. icoding memiliki lebih dari 130,000 developer member dari 400 kota di Indonesia.
Sebelum Dicoding Jobs formal berdiri, kami kerap dipercaya memberikan referensi lulusan Academy untuk perusahaan lokal dan multinasional, upon their request. Atau saat bertemu exceptional developers, kami berinisiatif menawarkan pada perusahaan yang kiranya membutuhkan.
Praktik tersebut berlanjut hingga kini via Dicoding Jobs. GO-JEK, Biznet, Telkom, IBM dan lainnya telah mempercayakan talent sourcing mereka pada kami, salah satunya. Para mitra perusahaan ini menyertakan checklist yang spesifik. Checklist tersebut berupa kualifikasi lulusan Academy tertentu atau pemenang Challenge, dengan nilai yang memuaskan.
Kedua, member Dicoding dengan kualifikasi yang Anda inginkan, akan mendapatkan notifikasi lowongan tersebut. Ketika admin telah memverifikasi lowongan Anda, sistem kami akan langsung mengirimkan pemberitahuan kepada member Dicoding dengan riwayat pengembangan diri yang relevan dengan job tawaran Anda. Dengan ini, upaya Anda mencari kandidat, lebih terarah. Lowongan Anda akan spesifik menyasar developer yang memiliki skill yang relevan saja.
#3 Talent Pool yang Berstandar Industri
Dicoding adalah talent pool berstandar industri. Rata-rata initial state member kami adalah “developer pemula.” Karena itu mereka giat berusaha hingga mencapai sertifikasi “Android Expert,” “Game Developer Expert,” Kotlin Android Expert,” atau mahir PWA.
Dicoding melatih para developer untuk berkembang dan keluar dari zona nyaman. Kebanyakan adalah mahasiswa, atau juga profesional. Banyak pula dari para developer yang bukan Anak IT. Ada yang berprofesi sambilan pengemudi ojek daring, sarjana Biologi, Fisika, Akutansi, dan lain sebagainya.
Apapun latar belakang mereka, kelas Picodiploma Dicoding mensyaratkan kriteria kelulusan yang sama. Para peserta kelas diharap mampu menuntaskan project submission demi submission, seperti halnya developer dalam setting dunia kerja yang riil. Jika code review tak memenuhi standar, mereka harus memperbaiki hingga benar dan sesuai dengan deadline.
Apa yang kami harapkan dengan sistem yang rigid seperti ini?
Tentunya lulusan Dicoding yang mampu coding dengan efektif, clean, proper, rapi, terstruktur, dan mengikuti kaidah best practice. Tak mudah, memang. Tiap peserta harus melebur dalam proses belajar yang hands-on dan mengikuti saran expert reviewer. Meski sulit, output-nya akan memuaskan. Buat kami dan para lulusan, ini penting. Recruiter mendapatkan skill set berstandar industri. Lulusan-pun siap bersaing.
Uniknya, ada salah satu lulusan kami, PNS lulusan STAN yang membuat aplikasi Android berupa tools yang ia manfaatkan untuk pekerjaan kantor). Semula proyek kantornya memakan waktu 6 bulan pengerjaan. Alhasil, kini dengan tools tersebut, jadi dalam 3 hari saja!
Selain lulusan berkualifikasi S1 atau lebih, member kami pun terdiri dari lulusan- lulusan SMK. Mereka umumnya datang dari jurusan Rekayasa Perangkat Lunak dan memiliki jam terbang yang praktikum yang lebih tinggi.
Mau lulusan SMK atau universitas, pastilah mereka talenta yang hobi mengembangkan diri. Ini nilai lebih bukan, bagi recruiter?
Recruiter Says
Guna memastikan user experience yang baik, kami sempat mengadakan survei ke perusahaan- perusahaan recruiter yang menggunakan fitur kami.
Kami bersyukur. Pendapat umum yang kami peroleh adalah bahwa perusahaan sangat terbantu dengan adanya Dicoding Jobs. Kenapa? Apa kata mereka?
- “Jadi bisa mendapatkan developer dari daerah-daerah yang tidak dapat kami jangkau.”
- “Jadi bisa mendapat developer yang sesuai dengan harapan dan memiliki skill teknis yang bagus.”
- “Sangat terbantu dengan fitur melihat riwayat Academy dan Challenge. Ini menentukan pilihan siapa saja pelamar untuk diwawancara.” Memang untuk lowongan Android Developer, biasanya recruiter mencari pelamar yang sudah lulus kelas MADE atau KADE.
Berikut ini adalah kutipan langsung dari salah seorang klien kami, Biznet -perusahaan penyedia jaringan internet- setelah mendapatkan karyawan via Dicoding Jobs.
Saya merasa sangat terbantu sekali dengan adanya Dicoding Jobs. Saya sudah merekrut tiga karyawan dan semuanya sesuai ekspektasi dan memiliki technical skill yang baik.
(Faisal Henry Susanto, Vice President – Information Technology Biznet Networks)
Cara Menggunakan Dicoding Jobs bagi Recruiter
Tertarik menggunakan Dicoding Jobs?
Mudah, seperti ini caranya.
Jika menemui kesulitan, silakan hubungi Dicoding Jobs officer kami, Ziya, di ziya@dicoding.com. Dengan senang hati, kami akan membantu Anda.