Cerita Ridian Putra, Lulusan Compose Champion yang Meraih Banyak Pencapaian setelah Belajar dari Kegagalan
“Kegagalan adalah kesempatan untuk memulai lagi dengan lebih cerdas.”
(Henry Ford, Industrialis Amerika)
Berapa banyak dari kita yang memandang kegagalan sebagai pemicu semangat untuk mencapai banyak hal di masa depan? Hal pahit tersebut tentu cukup sulit untuk diterima dan ia kerap membuat kita takut untuk mencoba lagi. Namun, Ridian Putra (23) memiliki ketangguhan yang luar biasa untuk menghadapi berbagai kegagalan dalam hidupnya.
Ia melihat kegagalan sebagai bagian dari proses hidup yang teramat panjang. Tak jarang, ia juga menganggap kegagalan adalah media belajar terbaik untuknya bisa meraih banyak prestasi di masa depan. Inilah cerita Ridian Putra yang berhasil melompat lebih tinggi setelah tersungkur jatuh berkali-kali.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangBelajar Kegigihan dari Sang Ayah
Lahir dan sempat besar di Semarang, pemilik nama panggilan “Rian” adalah seorang anak semata wayang. Ia tinggal berdua dengan sang ayah di Bangka Belitung sejak duduk di bangku SMP. Sang ayah yang biasa Rian panggil dengan sebutan “Babe” merupakan sosok seorang teladan baginya. Dari Babe, Rian belajar banyak soal kesabaran dan kegigihan.
“Babe adalah seorang buruh harian di sebuah industri rumahan produsen gula merah. Beliau tidak pernah menuntut Rian apa pun selain menjadi anak yang bermanfaat bagi banyak orang dan menjadi manusia yang baik,” ceritanya.
Cinta tanpa syarat yang Babe berikan untuknya menjadi faktor utama yang membuat Rian selalu percaya diri menjadi dirinya sendiri dan mengejar passion apa pun yang ia miliki. Perjalanan Rian dalam menemukan passion tersebut ia mulai saat duduk di bangku SMP. Saat itu, minat Rian terhadap dunia desain grafis tumbuh karena kegemarannya dalam bermain game.
Untuk mendukung minat sang putra, Babe mati-matian menabung demi bisa membelikan sebuah netbook bagi Rian. Dukungan penuh Babe terhadapnya ini membuat Rian belajar sungguh-sungguh, lulus dari SMP, dan melanjutkan sekolah ke SMKN 1 Sungailiat, Bangka Belitung, jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Dari sinilah dinamika pencarian minat Rian dimulai.
Pencarian Minat Tanpa Henti
Jurusan TKJ yang Rian pilih di SMK dilatarbelakangi oleh minatnya untuk mulai mempelajari soal cyber security, jaringan, dll. Namun, menjelang kelas XI, Rian yang senang belajar hal baru memutuskan untuk ikut serta dalam sebuah lomba bagi siswa-siswi jurusan Multimedia. Ketekunannya membuat Rian berhasil keluar sebagai pemenang.
Prestasi Rian dalam kompetisi ini membuatnya terdorong untuk pindah dari jurusan TKJ ke jurusan Multimedia. Pihak sekolah mengabulkan permintaan Rian karena prestasi gemilang yang diraihnya meski harus bernegosiasi terlebih dahulu dengan pihak Dinas Pendidikan.
Mulai belajar di jurusan Multimedia tak lantas membuat Rian berlabuh pada bidang tersebut. Peralihan minatnya kembali terjadi saat Rian harus merantau ke Yogyakarta untuk melakukan kerja praktik di CV SIC (IT Center Yogyakarta) selama kurang lebih 3-4 bulan.
Saat melakukan kerja praktik, mulanya, Rian bertanggung jawab untuk membuat animasi dan mengerjakan berbagai proyek visual untuk klien. Namun, atasan Rian justru melihat potensi lain dalam dirinya.
Atasan Rian tersebut mendorong Rian untuk mulai belajar coding dan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan web. Ini yang membuat Rian kemudian familier dengan dunia coding.
Sekembalinya Rian praktik dari Yogyakarta, Rian memberanikan diri untuk ikut berbagai lomba dalam bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), meski ia bukan merupakan siswa dari jurusan tersebut. Lagi-lagi ketekunan Rian mengantarkannya untuk menjadi juara kedua dalam kompetisi pengembangan dan desain web tingkat provinsi.
Prestasi demi prestasi Rian raih sebelum akhirnya ia mulai berkenalan dengan kegagalan saat masuk ke perguruan tinggi.
Titik Terendah dalam Hidup Rian
Sebagai seorang siswa SMK yang berprestasi, Rian mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi ke salah satu universitas di Taiwan dan memilih jurusan IT. Babe pun bekerja keras agar bisa membekali Rian dengan cukup saat menuntut ilmu di negeri “Naga Kecil Asia” tersebut. Sayangnya, kejadian itu menjadi momen paling berharga untuk Rian mulai berkenalan dengan kegagalan.
Hari-hari Rian di Taiwan tidaklah mudah. Ada banyak kekecewaan dan realita yang tak sesuai dengan ekspektasi saat menjalani hidup di sana. Belajar sambil bekerja tanpa kenal waktu adalah makanan sehari-harinya.
Puncak kekecewaan Rian ada pada mata kuliah yang tidak sesuai dengan program studi yang ditawarkan serta dirasa kurang menunjang karier Rian di masa depan. Selain itu, ia mengorbankan tenaga dan waktu lebih untuk bekerja demi bisa bertahan hidup. Alhasil, ia merasa terkuras dari segi fisik maupun mental.
Seiring berjalannya waktu, Rian pun menyadari bahwa tetap melanjutkan studi di tempat yang tak bisa membuatnya berkembang hanya akan membawa kekecewaan yang lebih besar baik bagi Rian maupun Babe.
Apa yang ia alami ini membuka matanya bahwa sepertinya, ia jauh lebih bisa berkembang jika memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Setelah saling bertukar pikiran dengan Babe, akhirnya, Rian benar-benar kembali ke tanah air.
Kepulangan Rian ke Indonesia menjadi titik terendah dalam hidupnya. Ia sempat merasa tak ingin memulai lagi dan hidupnya sudah selesai. Namun, dukungan tanpa henti yang Babe berikan membuat Rian kembali bangkit dan mau melanjutkan kuliah di Indonesia.
Tak ingin membebani Babe dengan biaya kuliah, Rian pun memulai pencariannya terhadap kampus-kampus swasta di Indonesia yang bisa menawarkan beasiswa penuh. Akhirnya, Rian menemukan yang ia cari di kota tempat ia magang semasa SMK, yakni di Yogyakarta.
Kembali Bangkit dan Giat Belajar di Perguruan Tinggi Baru
Hasil riset Rian mengenai kampus-kampus swasta penyedia beasiswa penuh membawanya pada Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI) di Yogyakarta yang kebetulan memiliki program tersebut.
Memiliki pengalaman hidup beberapa bulan di Yogyakarta sebelumnya membuat Rian mantap untuk kembali menyeberang pulau demi menimba ilmu. Keputusan itu pun didukung oleh ayah Rian melihat sang putra berhasil memperoleh beasiswa penuh dari universitas tersebut.
Saat masa studinya di UTDI dimulai, Rian banyak belajar dan berkarya. Ia sempat mengerjakan sebuah proyek pengembangan web untuk sebuah fasilitas kesehatan di Bangka Belitung. Proyek ini membuat portofolio Rian semakin berkualitas. Selain itu, Rian pun membuka diri untuk hal baru, yaitu pengembangan Android.
Perkenalan Rian dengan Android dimulai saat ia mengikuti salah satu program kesiapan karier dari Google yang didukung penuh oleh Kampus Merdeka dan menggunakan kurikulum yang disusun oleh Dicoding. Tekun mendalami ilmu Android dalam program tersebut, akhirnya, Rian berhasil meraih sertifikasi Associate Android Developer.
Keberhasilan Rian meraih sertifikasi global menjadikannya seorang mahasiswa teknologi yang haus ilmu. Ia ingin terus mendalami bidang Android dan merasa sangat bersemangat saat menerima newsletter dari Dicoding yang mengumumkan pembukaan program Compose Learning Champion 2022.
Bercita-Cita Menjadi Senior Android Developer
Pengumuman yang menyebutkan bahwa program Compose Learning Champion 2022 di Dicoding merupakan program Compose pertama dengan bahasa pembelajaran Indonesia amat menarik perhatian Rian saat itu. Ia bersemangat untuk ikut serta karena pada akhirnya ia sadar bahwa Android merupakan minat yang selama ini ia cari.
Motivasi lain yang Rian miliki saat mendaftar program Compose Learning Champion 2022 adalah keinginannya untuk mengikuti perkembangan Android dan mengasah kemampuannya pada bidang tersebut agar dapat menjawab kebutuhan industri. Akhirnya, Rian berhasil menjadi salah satu peserta program ini.
Saat mulai belajar dalam program Compose Learning Champion 2022, Rian dituntut untuk bisa melakukan gaya pemrograman di luar kebiasaannya. Ini membentuk Rian menjadi seorang talenta digital yang adaptif. Selain itu, peralihan kebiasaan ini membuat Rian mulai tertarik untuk mengeksplorasi teknologi React Native dan Flutter.
“Saya merasa belajar di Compose cocok menjadi gerbang awal saya yang bercita-cita untuk menjadi Senior Android Developer dalam 3–5 tahun ke depan. Program ini memberikan saya gambaran tentang perkembangan teknologi ke depannya,” ucap Rian.
Selesai belajar di Compose Learning Champion, Rian memperoleh banyak hal. Dari segi implementasi ilmu, Rian mendapatkan bekal yang cukup untuk mengerjakan proyek-proyek lepas yang saat ini tengah ia selesaikan.
Namun, dari segi pendidikan, ilmu dari Compose Learning Champion membantunya untuk berhasil lulus setelah melewati hanya 3,5 tahun masa belajar di perguruan tinggi.
“Untuk teman-teman yang saat ini sedang menghadapi kesulitan atau mengalami kegagalan, jangan menyerah. Akan selalu ada jalan keluar dari apa pun yang tengah kalian alami. Jadikan kegagalan tersebut batu loncatan untuk meraih lebih banyak hal di masa depan,” tutupnya.