Cerita I Gusti Agung Vivekananda, Lulusan AWS Back-End Academy
Saat banyak dari kita belum memiliki cita-cita yang pasti kala masih mengenakan seragam putih-biru, I Gusti Agung Vivekananda (25) sudah bermimpi membangun startup-nya sendiri. Bahkan, ia sempat membuat logo dan kartu nama untuk “perusahaan impian” yang dibawanya ke sekolah.
Mimpi itu bukan sekadar angan, melainkan cikal bakal dari perjalanan panjang yang kelak membawanya menjadi founder edutech muda dengan misi besar: menyamaratakan akses pendidikan di Indonesia.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangPerjalanan Weka bukan tanpa aral. Ia pernah merasa frustrasi karena kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah dan terus-menerus mendapat nilai rendah. Namun, titik balik datang ketika ia menemukan platform bimbingan belajar online yang mampu menjelaskan materi kompleks dengan cara yang ia pahami.
Dari pengalaman pribadi ini, ia menemukan tujuan hidupnya—menggabungkan teknologi dan pendidikan untuk menciptakan dampak. Inilah kisah tentang mimpi masa kecil, kegigihan belajar, dan dukungan dari program seperti AWS Back-End Academy bertransformasi menjadi inovasi nyata bernama SainsIn.
Bermimpi Bisa Bangun Startup Sejak SMP
Ketertarikan Weka pada dunia teknologi tumbuh sejak dini. Sejak duduk di bangku SD dan SMP, ia sudah mulai belajar pemrograman secara autodidak dengan mimpi besar: mendirikan startup-nya sendiri. “Saya bahkan sempat membuat logo dan kartu nama startup khayalan saya waktu SMP dan saya bawa ke sekolah,” kenangnya.
Namun, keyakinannya untuk mendirikan edutech startup datang dari pengalaman pribadinya sebagai siswa yang kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah.
“Nilai saya sering di bawah 70 dan saya tidak tertarik ikut bimbel. Tapi, ketika saya mencoba salah satu platform bimbingan belajar online, dalam beberapa hari, saya bisa memahami materi yang bertahun-tahun saya tidak mengerti,” ujarnya.
Dari sini, ia melihat betapa besarnya potensi teknologi untuk membawa perubahan dalam pendidikan.
Membangun SainsIn saat Berkuliah di ITS
Merasa terbantu dengan kehadiran platform bimbingan belajar online, Weka terinspirasi untuk membangun SainsIn pada tahun pertamanya berkuliah di jurusan Matematika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS).
SainsIn adalah sebuah platform yang menyediakan try out UTBK, video pembelajaran, dan materi pendukung bagi siswa-siswi SMA. Misi dari startup besutan Weka ini adalah menyediakan pendidikan berkualitas tinggi dengan harga terjangkau.
Sebagai founder, Weka memegang hampir seluruh aspek operasional. Ia merancang, mengembangkan, hingga memasarkan produk di SainsIn. “Saya merangkap jadi full-stack developer, pengajar, pembuat soal, bahkan admin media sosial,” kata Weka, menunjukkan betapa berdedikasinya ia terhadap misinya.
Namun, mengelola startup teknologi sambil menempuh pendidikan bukan perkara mudah. Di sinilah ia menyadari pentingnya memperdalam kompetensi teknis, khususnya dalam pengelolaan infrastruktur digital.
Menumbuhkan Startup-nya setelah Belajar di AWS Back-End Academy
Pada tahun 2024, Weka melihat peluang emas saat menerima email dari Dicoding tentang program AWS Back-End Academy. Di tengah kesibukan kuliah Magister Teknik Elektro di ITB dan membangun startup, ia tetap mendaftar. “Selama ada kesempatan untuk belajar dan menambah portofolio, saya pasti ambil,” katanya.
Program ini bukan sekadar pelatihan teknis biasa. Melalui kurikulum yang terstruktur di platform Dicoding, Weka mendalami berbagai layanan AWS—dari dasar hingga penerapan nyata untuk arsitektur cloud yang efisien dan scalable.
“Saya hanya belajar sebentar karena waktu itu lagi sibuk sekali. Tapi, karena materinya lengkap dan terstruktur, saya tetap bisa lulus ujian sertifikasi AWS Solution Architect,” ungkapnya, membuktikan betapa efisiennya program ini bagi pembelajar mandiri seperti dirinya.
Lulus dari program AWS Back-End Academy, Weka langsung menerapkan ilmunya pada SainsIn. Sebelumnya, layanan digital startup-nya masih berjalan di platform seperti Vercel. Namun, setelah memahami lebih dalam soal AWS, ia mulai melakukan transisi ke infrastruktur cloud yang lebih andal dan scalable.
“Saya jadi lebih terbayang layanan apa saja yang bisa digunakan untuk mengembangkan sistem SainsIn. Ini sangat penting karena kami menargetkan ekspansi ke ribuan pengguna dalam waktu dekat,” jelasnya.
“Selama Kita Belum Menyerah, Peluang untuk Berhasil akan Selalu Ada”
Saat ditanya kelas mana dalam program AWS Back-End Academy yang paling berdampak untuknya, Weka menjawab, “Architecting on AWS.” Menurutnya, modul tersebut sangat membantunya dalam merancang sistem back-end yang lebih matang.
Dari situ, Weka pun mulai menyusun rencana jangka panjang untuk menjadikan SainsIn sebagai platform bimbingan belajar yang tak hanya relevan untuk UTBK, tetapi juga mencakup pelajaran SMP, SMA, bahkan kuliah.
Jika ada satu nilai hidup yang paling membentuk perjalanan Weka, itu adalah konsistensi. “Selama kita belum menyerah, peluang untuk berhasil pasti akan selalu ada,” tegasnya. Kalimat ini bukan sekadar motivasi, tetapi refleksi dari pengalaman nyata—belajar sambil kuliah, membangun startup dari nol, hingga menyelesaikan pelatihan dan sertifikasi AWS dalam waktu sempit.
Selain itu, semangat belajar Weka tak pernah padam. Ia tidak takut dengan kemajuan teknologi seperti AI. Weka justru melihatnya sebagai alat untuk menyelesaikan lebih banyak masalah. “Alih-alih takut digantikan AI, kita harus pikirkan bagaimana memanfaatkannya untuk membangun solusi yang lebih baik,” ujarnya.
Kini, Weka tengah mempersiapkan ekspansi SainsIn ke fitur dan segmen pasar baru. Didukung fondasi teknologi dari AWS, ia lebih percaya diri mengembangkan layanan yang stabil dan aman bagi pengguna. Tidak hanya itu, dengan sertifikasi resmi dari AWS, Weka membuka lebih banyak pintu kesempatan profesional di masa depan.
Ingin jadi talenta digital seperti Weka yang membangun startup-nya sendiri? Daftar sekarang di aws.dicoding.com. Belajar cloud, bangun karier, dan wujudkan mimpimu bersama AWS Back-End Academy 2025!