Cerita Inspiratif Adrianus Ragil Indrajaya Korbafo, Lulusan Cloud Computing Bangkit 2022 dari Universitas Timor
Saat kebanyakan orang belajar giat untuk masa depan cerahnya, Adrianus Ragil Indrajaya Korbafo (23) belajar dengan sungguh-sungguh untuk bisa cerdaskan anak-anak muda di kampung halamannya di Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Semangatnya untuk membekali diri dengan ilmu dikobarkan oleh cita-citanya untuk membuat para pemuda Timor bisa seunggul anak-anak muda di kota besar dalam hal pengetahuan teknologi.
Keterbatasan sumber daya Ragil mendorongnya untuk berusaha lebih keras saat mempelajari teknologi. Demi meluaskan wawasannya, Ragil tidak hanya mencerna pengetahuan yang didapatnya dari kampus, tetapi juga mencari berbagai informasi tambahan di internet. Salah satu sumber pembelajarannya di internet adalah kanal YouTube Sandhika Galih dan Ragil menjadi salah satu dari +600,000 subscriber-nya. Siapa sangka jika di kemudian hari YouTuber favorit Ragil tersebut menuntunnya untuk mengenal program Bangkit?
đź’» Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar Sekarang“Dikenalkan” pada Bangkit oleh YouTuber Favoritnya
Ragil adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara. Ayahnya adalah seorang petani, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Di desanya, Kefamenanu, Ragil tinggal bersama kedua orang tuanya dan beberapa kakaknya.
Kedua orang tua Ragil yang kini sudah sepuh tidak sanggup untuk membiayai pendidikan putra bungsunya. Oleh karena itu, Ragil mengandalkan Beasiswa Bidik Misi dari pemerintah untuk berkuliah di Universitas Timor, jurusan Teknologi Informasi. Sebagai harapan terakhir kedua orang tuanya, Ragil diharapkan untuk segera lulus, mulai bekerja, dan membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Tidak mudah bagi Ragil menjadi seorang mahasiswa TI di sebuah kota kecil. Ia mengaku materi pembelajaran teknologi yang ia dapatkan dari pendidikan formal tidak terlalu mencukupi.
“Saya berkuliah di jurusan yang relatif baru di kampus dan masuk di angkatan kedua. Hal tersebut membuat saya tidak terlalu banyak mendapatkan ilmu teknologi yang mampu bersaing dengan anak-anak di kota besar. Oleh karena itu, saya perlu cari wawasan tambahan di internet supaya dapat ilmu yang lebih update.”
Salah satu sumber pembelajaran favorit Ragil di internet adalah kanal YouTube milik Sandhika Galih. Ia bahkan menyalakan tombol notifikasi agar bisa selalu menonton video-video edukasi terbaru di kanal tersebut. Suatu hari, Sandhika Galih mempromosikan Bangkit yang menyediakan program belajar gratis bagi 3,000 mahasiswa di Indonesia. Pengumuman itu amat menarik perhatian Ragil dan ia benar-benar tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Didukung 100% oleh Para Dosen untuk Belajar Cloud Computing di Bangkit
Saat ini, Ragil tengah duduk di semester 8. Demi bisa jadi bagian dari alur belajar Cloud Computing di Bangkit, ia sengaja menunda kelulusannya. Ragil mengaku belum terlalu siap berkarier di dunia teknologi jika materi berbobot dari kurikulum terstruktur Bangkit belum ia peroleh. Semangatnya untuk belajar Cloud Computing di Bangkit ini membuat Ragil didukung seratus persen oleh dosen-dosennya.
“Dosen-dosen saya memberikan dukungan dengan menjadikan keikutsertaan saya di Bangkit sebagai pengganti skripsi. Jadi saya tidak perlu menulis karya ilmiah itu nantinya. Saya hanya perlu membuat kemajuan yang baik di Bangkit.”
Tidak hanya sebagai pengganti skripsi, Bangkit juga memiliki arti yang lebih besar bagi Ragil. Ia merasa program kesiapan karier dari Google ini dapat menjembataninya dengan kesempatan karier yang menjanjikan. Selain itu, salah satu program Kampus Merdeka ini dapat melengkapi ilmu teknologi yang ia peroleh dari kampus.
Hal lain yang Ragil dapatkan dari Bangkit adalah pembiasaan penggunaan bahasa Inggris. Ragil merasa kemampuan bahasa Inggris-nya masih perlu diasah. Selain itu, ia juga merasa Bangkit melatihnya untuk keluar dari zona nyaman dan semakin berani untuk menggunakan bahasa asing dalam berkomunikasi. Sebagai sebuah program kesiapan karier berbahasa Inggris, Bangkit benar-benar ingin mahasiswa seperti Ragil memiliki kompetensi bahasa Inggris yang meningkat setelah program ini berakhir.
Terlepas tantangan bahasa yang Ragil alami, ia bercerita bahwa ia mendapatkan banyak pengaruh positif dari lingkungan belajar Bangkit, salah satunya adalah keberadaan fasilitator yang amat membantu. Ragil benar-benar tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan belajarnya di Bangkit karena ia paham, bahwa program belajar serupa di luar sana tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ini tentu berbeda dengan Bangkit yang menyediakan wadah belajar teknologi secara gratis.
Mengajar di Kampus Kini, Mengedukasi Komunitas Pemuda Timor Nanti
Sebagai seorang calon talenta digital, Ragil memang punya cita-cita untuk berkarier di dunia teknologi selepas lulus nanti. Namun, cita-cita tersebut ada untuk menyokong mimpinya yang lebih besar, yaitu untuk mendedikasikan diri dalam mengedukasi komunitas pemuda di Timor Tengah Utara suatu hari nanti. Dalam perjalanannya menuju ke sana, saat ini, Ragil tengah berperan sebagai seorang asisten laboratorium di kampusnya.
“Saya cinta mengajar karena salah satu dosen saya pernah berkata bahwa cara terbaik untuk belajar adalah dengan mengajar. Selain itu, saya pun punya keinginan untuk membangun komunitas teknologi bagi para pemuda di Timor Tengah Utara suatu hari nanti. Mimpi saya ini dilatarbelakangi oleh kondisi kampung halaman saya yang masih kesulitan dalam mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi.”
Berbekal pengalaman belajar Cloud Computing di Bangkit, Ragil ingin mendorong para pemuda Timor untuk ikut serta dalan kemajuan teknologi di kampung halamannya. Ia bercerita bahwa banyak temannya yang punya semangat belajar tinggi seperti dirinya. Namun, keterbatasan sumber daya dan kurangnya tenaga pengajar membuat proses belajar mereka terhambat. Oleh karenanya, Ragil bertekad bahwa setelah ia menjadi seorang ahli di bidang teknologi nanti, ia ingin mendedikasikan dirinya dengan menjadi seorang dosen.
Pada teman-temannya di Bangkit dan Timor Tengah Utara, Ragil ingin menyampaikan pesan.
“Apabila sumber dayamu terbatas untuk belajar, janganlah berputus asa. Kamu tetap bisa peroleh ilmu pengetahuan dari berbagai sumber secara gratis. Selain itu, jangan pernah takut untuk mencoba dan belajar hal baru. Lebih baik mencoba dan mengambil hikmah saat kamu gagal, dibandingkan tidak pernah mencoba sama sekali dan tidak punya kemajuan.”
Baca cerita inspiratif alumni Bangkit lainnya: