Achmad Maskuri Isnawan: Berkat Kekurangan, Tak Jadi Halangan

Kondisi fisik setiap orang, berbeda-beda. Faktanya, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia sendiri mencapai 22,5 juta jiwa atau sekitar 5% dari keseluruhan penduduk Indonesia (BPS, 2020).

Di antara sahabat disabilitas kita, satu kisah inspiratif datang dari Achmad Maskuri Isnawan, lulusan Cloud and Back-End Developer Scholarship Program. IT Developer ini tak jadikan kondisi disabilitasnya (tuna daksa) jadi penghalang untuk maju.

Perkembangan teknologi sangat cepat. Harus selalu belajar dan belajar

Ketika ditanya mengenai apa yang membuatnya tertarik masuk ke dunia IT, Maskuri bernostalgia pada masa SMA-nya di tahun 1990-an. Ketertarikannya pada Matematika membuatnya berkenalan dengan Algoritma pemrograman dan tertarik untuk mempelajari ilmu tersebut lebih dalam. Meskipun pada era tersebut ia sempat stop karena menghadapi kendala masih minimnya fasilitas dan infrastruktur pendukung untuk belajar. Ia come back dan mulai fokus berkutat dengan IT pada tahun 1999 yang saat itu masih menggunakan clipper atau dbase III, Visual FoxPro dan Visual Basic 5. Namun, ia merasa lebih cocok saat menggunakan Delphi 5.

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Bertahun-tahun menekuni bidang IT, banyak hal yang mengubah perspektif Maskuri. Berdasarkan pengalamannya, menjadi seorang IT Developer adalah pekerjaan yang tak akan pernah selesai dan selalu ada perbaikan serta peningkatan fitur.

Kecepatan teknologi ini perkembangannya sangat cepat. Harus selalu belajar dan belajar. Saat membangun sebuah program dari awal develop sampai selesai, hanya ada dua kemungkinan. Pertama, jika tidak ada komplain dari klien atau user, berarti tim programmernya hebat sekali. Atau kemungkinan kedua, program yang dibangun tersebut tidak di pakai sama sekali,” cerita Maskuri sambal bergurau. 

Namun, ironisnya kebanyakan yang sering terjadi adalah kemungkinan kedua. Maskuri menambahkan bahwa setiap pemrograman pasti memiliki bug atau perbaikan walaupun hanya sekedar perbaikan tampilan. Itulah fakta yang terjadi di lapangan, bagaimanapun kita sebagai programmer harus siap dengan itu.

Menjadi IT programmer harus siap dengan segala situasi

Meski sudah menggeluti IT sejak lama, Maskuri tentu tetap mengalami kendala saat belajar, “Kesulitan terbesar saya ketika membaca dokumentasi programming”, ujarnya sambil terkekeh. Maskuri lebih menyukai contoh langsung jika terjadi eror seperti menanyakan masalah ke platform Stackoverflow. Ia juga gemar belajar langsung dari skenario source code, dengan sengaja membuat error suatu kode dan dari error tersebut ia dapat lebih memahami jalan programnya.

Tetapi walaupun memerlukan effort yang besar, membaca dokumentasi program itu wajib. Karena rambu-rambu dan aturan atau konveksi sudah tertulis di dokumentasinya. Jadi, seorang programmer itu sangat wajib membaca dokumentasi.” Jelas Maskuri.

Meski mengalami kesulitan, kegemaran dan hobinya dengan pemograman membuatnya termotivasi untuk terus belajar IT.

Saya pilih jadi programmer karena sadar diri dengan keterbatasan fisik saya. Seorang programmer itu sebenarnya kerjanya sangat fleksibel, saking fleksibelnya sampai tidak kenal waktu,” ucap Maskuri sembari tertawa santai. 

Maskuri merasa bahwa saat ini seolah-olah programmer itu tidak memiliki waktu untuk ‘bersantai’ di luar dari jobdesk mereka, padahal tidak seperti itu. Terutama saat kondisi pandemi COVID-19, kantor-kantor banyak yang menerapkan kebijakan WFH pada karyawannya, Maskuri menganggap pekerjaan di bidang IT sangat cocok untuk keadaan saat ini. Namun menurutnya, semua tergantung pribadi masing-masing, ingin fokus dengan apa yang menjadi kewajiban mereka, atau tetap fokus tapi sembari meningkatkan skill, eksplor,  dan memperbarui ilmu yang sudah pernah dipelajari. 

Beberapa tahun belakangan ini, banyak sekali perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja di bidang IT. Kesempatan bekerja luas sekali namun persaingan pun  ketat. Ini yang seharusnya menjadi tolak ukur untuk para programmer atau calon programmer, di mana saat semakin banyak dan ketat persaingan, kita harus memaksa diri ini untuk selalu update dan upgrade. 

Keterbatasan bukan Batasan

Dengan semangat dan motivasi Maskuri dalam belajar IT, tidak akan banyak yang mengira bahwa ia adalah seorang penyandang disabilitas Tuna Daksa. Dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya, ia dibantu dengan alat bantu jalan seperti tongkat dan kursi roda.

Namun demikian, itu tidak dijadikan Maskuri sebagai hambatan atau alasan untuk dirinya hanya duduk berdiam diri. Namun sebaliknya, ia bahkan tidak merasa adanya kendala dalam beraktivitas sebagai IT Developer. Dari pada mengutuk apa yang terjadi dengan fisiknya, ia lebih memanfaatkan keadaan dunia saat ini yang sudah serba canggih, “Dengan teknologi sekarang, pekerjaan itu bisa di remote. Kalau System Linux bisa pakai SSH, sedangkan kalau pakai Windows bisa pakai Remote Desktop. Itulah alasan terbesar saya kenapa masuk ke dunia IT.”

Dari cerita yang ia bagikan, siapa sangka jika ia sebenarnya bukan seseorang yang punya latar belakang pendidikan IT. Pada tahun 1997, Maskuri lulus sebagai Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB), salah satu jajaran top 10 kampus terbaik di Indonesia. “Waktu dulu, namanya pertanian pastilah ada praktek lapangan. Pikir saya, wah seru juga praktek menanam jagung dan kedelai secara berkelompok. Tapi setelah sadar, pikir ulang, dan melihat di lapangan, kok bisa ya disabilitas masuk ke pertanian. Putar otak saya saat itu, tidak bisa ini. Tidak bisa,” kenang Maskuri.

Meski demikian, bekal pengalamanya sebagai mahasiswa Pertanian IPB tumbuh rasa percaya  diri yang kuat bagi dirinya sendiri, yang membuatnya mampu untuk melangkah lebih jauh. Maskuri percaya bahwa semua hal bisa dipelajari asal mau mencoba dan punya motivasi yang kuat. Pada akhirnya, dengan kepercayaannya Maskuri memutuskan untuk kembali menekuni dunia IT sejak tahun 1999 hingga saat ini.

Belajar dan Belajar Lagi

Pertama kali Maskuri mendapatkan informasi mengenai Cloud and Back-End Developer Scholarship Program, melalui website dan Facebook Dicoding, Maskuri mendapat banyak sekali manfaat dari program beasiswa ini. Keinginan untuk belajar Arsitektur Server memang sudah lama menjadi wishlist-nya. Menurutnya, program beasiswa ini sangat berkaitan dengan mengetahui arsitektur server. Menambah pengetahuan tentang jaringan, security, pengaturan system dan database, sangat diperlukan saat programmer akan deploy sebuah program. 

Ia menambahkan bahwa program beasiswa ini juga meningkatkan skillnya untuk mempertimbangkan eksekusi seperti apa sebaiknya yang harus dilakukan perusahaan atau kantor jika akan membangun infrastruktur komputer untuk pertama kalinya. 

AWS menawarkan beberapa pilihan yang menarik untuk membangun perusahaan infrastruktur komputer,” ujar Maskuri.

Maskuri tidak sendiri. Ada 9.000 penerima beasiswa yang juga memetik manfaat nyata dari kurikulum internasional berstandar AWS ini. Sebanyak 90% lulusan beasiswa AWS berpendapat bahwa kualitas dan materi ajar program beasiswa ini antara baik dan sangat baik, serta tidak ditemui di kelas atau platform lain. Dari 1,600 lulusan yang disurvei, tingkat kepuasan lulusan mencapai 4.7 dari total 5 poin (sangat puas).  

Mimpi dan Pesan Inspirasi

Ketika ditanya mengenai cita-cita dan impian Maskuri kedepannya, ia bercerita “Ingin punya obsesi kerja di perusahaan IT besar atau kerja dengan perusahaan luar sekelas Google. Sudah pernah mencoba apply, tapi belum pecah telor sampai sekarang”.

Sebagai seorang senior programmer dengan pengalaman segudang, Maskuri memberi pesan kepada para developer muda dan developer disabilitas, “Belajar terus dan terus belajar karena dunia IT terus berkembang”. Selain memberi tips mengenai kompetensi, Maskuri juga mengingatkan para generasi muda untuk belajar budi pekerti dan tingkah laku yang baik, “Karena tanpa budi pekerti dan moral yang baik, tidak ada artinya semua kecakapan dan keterampilan yang kita miliki.

Sebagai penutup, Maskuri juga memberikan motivasi untuk para teman-teman disabilitas lain yang bermimpi untuk menjadi IT Developer yang hebat,

Don’t give up! Jangan menyerah dan tetap terus belajar dan berusaha. Jangan berpaku dengan kondisi disabilitas. Berkonsentrasi dengan peluang dan kelebihan itu adalah sebuah keharusan. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum bilamana kaum tersebut tidak berusaha mengubahnya. Bahkan Rasulullah lebih menyukai orang yang bekerja keras dan tidak berpangku tangan. Jadi niatkan semua karena ibadah.

Dari cerita Maskuri banyak sekali moral yang kita pelajari, bersyukur dan jangan pernah menyerah dengan keadaan. Banyak sekali jalan jika kita niat belajar, karena apapun kesulitanmu tak jadi persoalan. 

Mari mulai belajarmu dari sekarang. Buat kamu yang ingin mengikuti langkah Maskuri belajar cloud dan arsitektur, daftar Cloud and Back-End Developer Scholarship Program dari AWS. Kurikulum dunia berstandar AWS dan peluang karir yang lebih baik, dalam genggaman. 

Klik di sini untuk daftar. Gratis.  

——————————————-

Simak juga beberapa cerita lainnya berikut ini:

  1. Jadi Developer Harus Berani Keluar Zona Nyaman: Cerita Developer Lulusan Program Beasiswa AWS
  2. Yusufano: Semangat Developer Difabel, Jadi Instruktur untuk Para Penyandang Disabilitas Lainnya
  3. Justin Ananda Kusnadi: Wujudkan Cita-cita Programmer Sejak Usia 14 tahun

Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.