Cerita Magang di Dicoding: Empat Belia, Empat Cerita, Empat Asa – Minggu ini istimewa. Kami melepas 4 belia yang selesai magang di Dicoding Space. Mereka istimewa karena binar-binar mata yang bersemangat. Karena berani menaklukan tantangan kerja dan hidup mandiri yang pertama dalam hidup mereka. Seperti apa pengalaman Hastu, Milla, Ian dan Fahri? Mau tahu cerita magang developer muda dan bagaimana caranya magang di Dicoding? Simak berikut ini yah.
Cerita Magang Hastu Wijayasri – UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Sahabat difabel kita yang satu ini mengaku “kuliah itu berat.” Sejak kecil, si jago gambar Hastu memiliki keterbatasan mendengar dan berkomunikasi secara verbal. Teman-teman relawan di kampusnya kerap mendampinginya belajar.
Saat mengerjakan kelas Menjadi Android Developer Expert pun, demikian. Penerima beasiswa Kartini Indosat 2018 ini perlu waktu lebih lama untuk menelisik modul demi modul. Untuk menunjang pemahamannya tentang Android, mahasiswi TI tingkat II ini juga belajar lewat kegiatan offline Dicoding dan juga Google DSC di kampusnya. “Hastu memang pantang menyerah,” ujar Millati Pertiwi teman kampusnya.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangNamun langkah Hastu sempat terhenti. Ia down saat stucked di submission ke-2. “Pusing,” isyaratnya pada kami saat menjumpainya awal November 2018 lalu.
Gayung bersambut. Senang rasanya ketika Hastu dan orang tuanya menyetujui tawaran tersebut. Awal Januari 2019 ia menginjakkan kakinya di Dicoding Space dengan semangat membara.
Sebulan di Dicoding, gadis periang tak hanya berkutat dengan kelas MADE-nya. “Saya ketemu dengan banyak orang. Saya senang,” tulisnya. Hastu memang sosok dengan kemampuan sosial tinggi. Jiwanya halus dan peka dengan lingkungan serta orang sekitar. Jiwanya hadir saat berusaha terhubung dengan orang yang baru yang ia temui. Dengan caranya sendiri.
Buat Hastu, sebulan terakhir di Dicoding adalah tambahan pengalaman hidup yang berharga. Awalnya ia tak PD bisa lanjut belajar kelas MADE karena “nggak paham.” Kini ia membuktikan langkahnya masih kencang hingga submission ke-4.
Magang di Dicoding membantunya mendapatkan kesempatan untuk belajar via tatap muka. Ia banyak terbantu “mentor” Gilang Ramadhan, salah seorang rekan kami di kantor. Gadis ekspresif ini pun menulis “Saya lebih senang belajar tatap muka dengan orang secara langsung. Dengan face-to-face saya bisa lebih mudah memahami teks dan menyelesaikan masalah.” Terbukti. Selain itu, Hastu mengaku kesempatan magang di Dicoding membantunya mandiri serta mengatur waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.
Semangat hingga final submission, Hastu. Semoga proyek aplikasi inklusif ramah difabel-mu, lekas rampung juga!
Cerita Magang Millati Pratiwi – UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Cerita magang berikutnya tentang Milla, teman seangkatan Hastu. Mereka sama-sama mengembangkan proyek aplikasi inklusif ramah difabel di kampusnya. Mereka ingin membantu para mahasiswa difabel untuk bisa mengakses dan memahami proses belajar dengan lebih baik. Wah, mulia sekali ya, cita-cita mereka..
Kehadiran Milla membawa warna tersendiri di kantor kami karena ia adalah reviewer trainee perempuan pertama kami. Head of Reviewer Dicoding, Nur Rohman, senang sekaligus antusias dengan perkembangan diri Milla selama sebulan terakhir. Ia rajin bertukar ide dan komitmen menulis empat tulisan materi Android di blog Dicoding ini pula. Ada yang tentang; 1) RecyclerView FAQ; 2) Guideline Ngoding di Android Studio, 3) Aplikasi Eror di Android Studio; dan 4) Tips Bertanya tentang Ngoding. Simak ya!
Saat ditanya apa yang ia dapat dari magang di Dicoding, jawabannya:
- Skill menggunakan Trello, GitHub
- Pengetahuan Android baru dalam membuat ulang (remaking) sebuah proyek aplikasi
- Kesadaran untuk lebih menghargai waktu, mengasah kemampuan setiap saat, bersikap teliti dan all-out dalam mengerjakan berbagai tugas, serta lebih sedikit mengeluh. “Ternyata kerja itu jauh lebih sulit dan lelah dibanding kuliah ya,” ungkapnya terkekeh.
Selain hardskills dan softskills tersebut pengalaman magang ini membuka jalan baginya untuk lebih mandiri. Baru kali ini ia hidup terpisah dari orang tua, di kos-kosan yang letaknya tak jauh dari Dicoding Space. Milla juga jadi bisa menyelami bahwa “kerja serius itu bisa dilakukan dalam situasi yang santai dan hangat.”
Di kantor Milla adalah pendukung utama Hastu, dan sebaliknya. Tinggal di satu kos, Hastu dan Milla kerap berbagi cerita dan saling menguatkan. Di awal magang mereka mengaku “gugup dan antusias.” Kini mereka bisa kembali ke Yogya dengan hati lega dan puas karena pencapaian masing-masing.
Teruskan perjuanganmu, Milla
Cerita Magang Ian Rahman Dana – SMK Taruna Bakti Depok
Kami sudah mengenal pemuda 17 tahun ini sejak tahun 2017 dan cerita magang sangat menarik. Pada tahun itu Ian juara dua buah Challenge bergengsi. Yang pertama adalah 3 terbaik pada Challenge SMK Tangkas Teknologi 2017 bertajuk “Kembangkan Potensi Pariwisata Daerahmu melalui Inovasi.” Yang kedua adalah “Samsung Indonesia Next Apps 4.0” di mana ia memenangkan juara 3 Kategori Samsung SDK Challenge.
Dari memenangkan Challenge, Ian mendapatkan Points yang ia tukar dengan kelas MADE dan beberapa Dicoding rewards, yaitu HP Samsung Galaxy dan Samsung Mirrorless Cam. “Alhamdulillah banget,” tuturnya mengucap syukur. Dua gawai yang lama diidam-idamkan, diperolehnya lewat keringatnya sendiri di Dicoding.
Di kelas MADE waktu itu Ian termasuk salah satu peserta yang langka. Apa pasal? Seragamnya masih putih abu-abu. Meski demikian, pemuda asli Depok ini mampu menyelesaikan submission demi submission hingga lulus dengan baik. Ian termasuk salah satu lulusan perdana kelas MADE kami.
Dicoding terdorong untuk menawarinya kesempatan magang. “Tapi waktu itu saya masih belum kelas XII” (tahun dimulainya kerja praktik untuk anak-anak SMK-red). Setelah naik kelas Ian pun menghubungi kami kembali. Ia ingin mulai kerja praktik. Juga merekomendasikan seorang teman sesama member aktif Dicoding, Fahri, untuk ikut magang.
Jadilah mereka berdua memulai kiprahnya di lantai 2 Dicoding Space sejak akhir tahun lalu. Ian fokus pada tugas memperbarui modul MADE, tepatnya update materi dan latihan project. Selain itu ia juga mempelajari bagaimana tim reviewer memeriksa submission peserta kelas Picodiploma. “Menantang!” serunya.
Menjelang hari-hari terakhirnya di Dicoding, kami tanya seperti apa kesannya. Ia menjawab singkat dan riang, “Alhamdulillah betah di Dicoding!” Ia mengaku jadi kenal dekat dengan beberapa rekan Dicoding yang menurutnya “doyan makan,” dan “kalau lagi bahas Academy serius, dan kalau lagi bercanda, ya bercanda.”
Apa saja yang Ian pelajari selama beberapa bulan bersama Dicoding? Jawabannya:
- “Belajar lebih teliti dan detail dalam mengerjakan sesuatu.”
Apapun pekerjaan/review yang ia lakukan, saat diperiksa kembali oleh rekan sejawat, “Ternyata banyak yang kurang. Review teman-teman Academy selalu panjang dan detail,” ucapnya. Inilah kelebihan Dicoding dan personilnya, menurut Ian. - Pengalaman seperti apa bekerja di sebuah industri
- Prinsip hidup dari CEO kami, “Kerja itu bukan seberapa rezekinya, tapi seberapa berkahnya”.
Di penghujung sesi interview, ia lagi-lagi curhat kalau “Magang itu berat.” Kenapa gerangan? Ian jauh dari orangtuanya di Depok. Anak semata wayang ini mengaku sangat dekat dengan sosok sang ibu.
Selepas Dicoding, Ian bertekad untuk meneruskan kuliah di bidang bisnis dan manajemen. Sebagai langkah awal, ia tengah bersiap menghadapi UN dan telah mendaftar SNMPTN
“Doain ya biar saya lulus,” ujarnya penuh harap, mengakhiri pembicaraan kami.
Cerita Magang Muhammad Fahriansyah – SMK Taruna Bakti Depok
Cerita magang terakhir kita mengenai sosok yang tak banyak bicara, namun pengalamannya segudang. Fahri, begitu ia dipanggil, adalah pemuda Depok yang bercita-cita jadi ahli Machine Learning. Di kelas X ia pernah ditawari belajar kelas Belajar Membuat Aplikasi Android untuk Pemula “Tapi namanya juga newbie. Laptop saya nggak kuat waktu itu hehe,” kenangnya sambil tergelak. Dari situ ia terpacu untuk semakin aktif di platform Dicoding. Salah satunya adalah dengan mengikuti Challenge.
Sempat mengikuti “LINE Bot Challenge 2017,” Fahri menang lewat karyanya yang mengangkat tentang kearifan lokal Indonesia. Wow! Sebanyak 2,000 Points di tangan, langsung ia tukarkan jadi Dicoding Rewards berupa sebuah Tizen HP Samsung! Ia mengaku “Bangga banget” bisa membuktikan pencapaiannya sejauh ini.
Pria yang ramah ini juga suka ngulik backend secara otodidak. Karena itu ia juga beberapa kali ikut hackathon beberapa perusahaan besar di luar Dicoding. “Meski kalah, itu titik balik saya. Suatu saat pasti menang,” ujarnya optimis.
Di Dicoding sahabat karib Ian ini membantu mengerjakan run through beberapa Academy, termasuk PWA dan cloud academy terbaru. Simak apa saja yang telah Fahri dapatkan selama bersama kami:
- Mengerti tentang PWA dari nol hingga akhirnya lulus dalam waktu singkat, dan kini merintis jalan sebagai reviewer PWA. “Uniknya, saya jadi belajar dari skill orang-orang yang submit PWA itu!” serunya.
- Mengerti tentang cloud services (AWS), dari mulai AWS S3, Lambda, Esential Cloud Compute, dan lainnya.
- Belajar tentang devOps
- Belajar tentang ketelitian dan manajemen uang. “Hidup sendiri bikin mikir-mikir kalau mau beli sesuatu,” kata Fahri.
- Sebelumnya tak pernah masak nasi sendiri, cuci piring sendiri dan lain-lain. “Jadi lebih menghargai mamah. Capek,” ujarnya.
- Teman dan relasi untuk karir
Hal yang membuat kami lega adalah kesannya pada Dicoding 😀 “Sejauh ini cukup nyaman dan enak magang di Dicoding. Baik – baik orangnya dan selalu terbuka ke newbie seperti kami. Tempatnya juga bagus, rapih, dan bersih. Mantap jiwa lah pokoknya”
Jadi gimana, tertarik untuk magang di Dicoding kan? Mungkin kamu bisa menjadi cerita magang unik dan sukses berikutnya.
Pastikan kamu harus lulus salah satu kelas Dicoding Academy ya. Kirimkan CV singkat dan cover letter-mu ke alamat internship@dicoding.com. Kami tunggu di Dicoding Space, Bandung!
Mau membangun cerita magangmu sendiri sebagai seorang developer? Mulai dari belajar tentang membuat aplikasi android untuk pemula di https://www.dicoding.com/academies/51
Kalau sudah lulus, ambil salah satu kelas Picodiploma pilihanmu. Bisa kelas Menjadi Android Developr Expert, Kotlin Android Developer Expert, Menjadi Game Developer Expert, Membangun Progressive Web Apps, atau Menjadi Azure Developer Cloud, lalu kirim CV dan cover letter mu ke alamat email di atas.
Simak juga cerita magang dan lainnya berikut ini:
“Android Expert yang Berkarya hingga ke India” https://www.dicoding.com/blog/android-expert-yang-berkarya-hingga-ke-india/
“Anak SMK jadi Android Developer Expert” https://www.dicoding.com/blog/anak-smk-bisa-lulus-made-kamu/
“Tesya Nurintan, Developer Muda Berbakat” https://www.dicoding.com/blog/tesya-nurintan-developer-muda-berbakat/