Banyak masalah tidak akan selesai jika kita hanya berdiam diri di rumah, terpaku pada gawai, berkomentar ria dan meneruskan pesan-pesan lewat media sosial. Dibutuhkan aktualisasi solusi, kepedulian, keterlibatan, dan aksi sosial nyata. Memobilisasi generasi ‘mager’ untuk bergerak ikut turun tangan dan terlibat langsung dalam mewujudkan kepeduliannya merupakan sebuah tantangan di era saat ini. Apakah kamu punya jawaban dan solusi untuk membuat generasi ‘mager’ mau ikut dalam berbagai aksi nyata?
Melakukan sebuah aksi kebaikan seringkali lebih mudah diucapkan daripada mewujudkannya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia memiliki segudang masalah baik yang sering kita temui pada keseharian, misalnya masalah sosial, atau masalah yang tiba-tiba muncul, misalnya bencana alam. Setiap masalah tentu punya solusinya masing-masing dan terkadang menanti peran serta kita untuk mengurainya. Banyak masalah tidak akan selesai jika kita hanya berdiam diri di rumah, terduduk dengan pandangan terpaku pada gawai masing-masing dan berkomentar ria. Padahal, dengan bantuan teknologi kita dapat dengan lebih mudah mendukung sebuah rencana kebaikan, menyebarkan inisiatif-inisiatif serta mendorong orang untuk berbuat baik. Tetapi yang secara nyata melibatkan masyarakat untuk berbuat baik, belum banyak, jauh lebih banyak ‘aktivis online’.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangTak ada yang salah dengan menjadi ‘aktivis online’; tak bisa dipungkiri bahwa donasi dan penyebaran pesan merupakan salah satu cara bagi orang untuk berbuat kebaikan. Namun, ini bisa menjadi salah kaprah jika kemudian kita mengartikan bahwa yang dimaksud aksi kebaikan cukup dengan berkomentar, menyarankan donasi atau meneruskan pesan-pesan lewat media sosial. Ada satu komponen yang hilang dari aktivis online kekinian, yaitu tidak terlibat langsung dalam aksi sosial itu sendiri. Keterlibatan jiwa dan raga yang tak dapat tergantikan dengan dana sebanyak apapun atau teknologi paling canggih sekalipun – sentuhan kemanusiaan dalam sebuah aksi kebaikan. Misalnya saja, cukup dengan sentuhan pada layer ponsel kita dapat turut berdonasi untuk proyek-proyek sosial di Kitabisa.com, sebuah platform crowdfunding yang memfasilitasi pertemuan antara inisiator proyek dan donatur yang ingin mendanai kegiatan sosial tersebut. Tanpa inisiator, ada donatur pun tak akan pernah terjadi proyek yang diinginkan. Harus ada keterlibatan manusia – sebagai makhluk sosial – dalam sebuah proyek sosial.
Beragam aplikasi perhitungan dan pembayaran Zakat, contoh lainnya. Aplikasi Zakat Mobile oleh Rumah Zakat sangat memudahkan orang untuk menyalurkan zakatnya, mendapat laporan tentang program-program pemberdayaan yang dilakukan, serta memperoleh pengetahuan dan informasi seputar ZIS (zakat, infaq, sodaqoh). Tenaga dari Rumah Zakat lah yang kemudian menyalurkan, melaporkan, serta menambahkan informasi tentang ZIS. Sekali lagi, manusia masih diperlukan dalam kegiatan sosial.
Contoh aplikasi lain yang tengah populer akhir-akhir ini adalah iGrow, sebuah platform yang mendukung kegiatan agrikultur dan pertanian. Dengan iGrow, pengguna dapat berinvestasi dengan cara menanam, memantau, dan menumbuhkan berbagai macam tanaman di Indonesia dengan menyalurkan dananya untuk investasi pertanian. Ketika tumbuhan tersebut memasuki masa panen, maka tim iGrow akan membantu memikirkan bagaimana menghasilkan uang dari hasil panen tersebut. Dengan solusi yang ditawarkan iGrow, diharapkan tidak ada lagi lahan petani yang kosong karena tidak memiliki modal untuk bercocok-tanam.
Aplikasi-aplikasi tersebut merupakan tiga diantara sekian banyak aplikasi yang memfasilitasi orang untuk berbuat kebaikan ‘ala kekinian’, yaitu melakukan kebaikan dengan membuka layar ponsel, menekan beberapa tombol, mentransfer donasi, dan dengan begitu merasa telah turut berperan serta menyelesaikan masalah sosial yang ada. Memang tak mudah melangkahkan kaki ini, atau ‘mager’ bahasa kekiniannya alias malas gerak. Mungkin kita seringkali enggan terlibat secara fisik untuk mewujudkan sebuah niat baik karena kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang akan dikorbankan: waktu, tenaga, serta produktivitas. Atau barangkali masih ada yang merasa dirinya terlalu sibuk untuk ‘membuang-buang’ waktu melakukan hal yang tidak ‘menghasilkan’, sehingga berpikir lebih baik orang lain saja yang memiliki banyak waktu yang mengerjakannya.
Pertanyaannya, adakah aplikasi yang mampu menjembatani niat kebaikan dan aksi sosial nyata? Adakah aplikasi yang mampu memobilisasi generasi ‘mager’ untuk bergerak ikut turun tangan dan terlibat langsung dalam mewujudkan kepeduliannya?
“Kindness in words creates confidence. Kindness in thinking creates profoundness. Kindness in giving creates love.” – Lao Tzu