Kalau kamu sedang belajar coding secara otodidak atau berencana masuk ke dunia teknologi, pasti pernah dengar nama Dicoding. Platform belajar ini makin populer karena mengusung kurikulum yang “katanya” berbeda dari yang lain.
Namun, sebenarnya, apa sih yang bikin kurikulum Dicoding menonjol? Apakah benar-benar worth it dibandingkan platform lain?
Nah, lewat artikel ini, kita akan kupas tuntas kurikulum Dicoding dan perbedaannya dengan platform belajar lainnya secara ringan dan santai. Siap? Yuk, mulai!
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangApa Itu Dicoding?
Sebelum kita ngobrol soal kurikulumnya, kita kenalan dulu sedikit, yuk.
Dicoding adalah platform edukasi digital asal Indonesia yang bertujuan mengembangkan talenta digital melalui berbagai kelas pemrograman, UI/UX, machine learning, hingga cloud computing.
JHal yang menarik, banyak kelas di Dicoding adalah hasil kolaborasi dengan perusahaan teknologi global, seperti Google, AWS, dan IBM. Artinya, materi yang kamu pelajari bukan cuma buatan lokal, tapi juga terstandardisasi dengan kebutuhan industri teknologi internasional.
Keren, kan?
Struktur Kurikulum Dicoding: Dibuat oleh Expert, Review Ketat
Satu hal yang bikin banyak orang memilih Dicoding adalah karena kurikulumnya yang disusun dengan matang dan dieksekusi secara profesional.
Disusun oleh Praktisi Profesional
Kurikulum di Dicoding dirancang langsung oleh para praktisi berpengalaman di industri. Jadi bukan asal comot materi, melainkan disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan riil dunia kerja dan perkembangan teknologi terbaru.
Review Manual dari Reviewer Terlatih
Setiap tugas atau submission kamu akan dicek secara manual. Yup, bukan sistem otomatis lo!
Jadi kamu akan mendapat masukan (feedback) langsung dari reviewer berpengalaman terkait kode yang kamu tulis. Ini jadi nilai plus besar karena kamu akan tahu hal yang bisa diperbaiki dan alasannya.
Ini penting banget buat kamu yang serius ingin berkembang, karena feedback dari orang yang tahu itu jauh lebih berharga dibandingkan sekadar nilai akhir.
Pendekatan Belajar Dicoding: Praktik, Bukan Cuma Teori
Pernah merasa sudah paham teori, tapi stuck saat disuruh coding beneran?
Nah, salah satu pendekatan menarik dari kurikulum Dicoding adalah mereka mengusung metode “learning by doing” alias belajar lewat praktik langsung. Misalnya berikut.
- Mengembangkan aplikasi sederhana secara mandiri.
- Menyelesaikan soal interaktif seiring kamu memahami teori.
- Mengerjakan studi kasus yang mirip tantangan nyata di dunia kerja.
Dengan begitu, kamu bukan cuma hafal teori, tapi juga terbiasa memecahkan masalah nyata.
Ini nilai plus besar buat kamu yang mau siap masuk ke industri teknologi lokal atau global. Buat kamu yang pengen benar-benar siap kerja dan punya portofolio, pendekatan seperti ini wajib banget dicoba!
Dibandingkan dengan Platform Lain: Apa Bedanya?
Gimana, ya, kurikulum Dicoding dibanding platform belajar lain? Yuk, kita lihat perbandingannya dalam bentuk tabel.
Aspek | Dicoding | Platform Lain |
Bahasa Pengantar | Bahasa Indonesia | Umumnya Bahasa Inggris (kadang tersedia subtitle) |
Pendekatan Belajar | Fokus pada career-ready skills, berbasis praktik langsung | Fokus bervariasi—beberapa lebih teoretis, yang lain juga menawarkan proyek praktik |
Pengajar | Praktisi lokal & mitra industri | Instruktur global dengan variasi latar belakang |
Sistem Penilaian | Review manual proyek oleh reviewer profesional | Beragam: penilaian otomatis, peer-review, atau ulasan dari mentor di forum |
Kurikulum | Disesuaikan dengan kebutuhan industri Indonesia | Bersifat global dan umum, belum tentu cocok 100% dengan konteks industri dalam negeri |
Sertifikasi | Sertifikat resmi & terverifikasi, berguna untuk pengembangan karier | Sertifikat tergantung penawaran & tingkat akses dari masing-masing platform |
Jadi, kalau kamu ingin belajar dengan pendekatan lokal, tapi kualitas internasional, Dicoding bisa jadi pilihan yang cocok.
Kelebihan Kurikulum Dicoding yang Mungkin Jarang Kamu Tahu
Selain hal-hal besar di atas, ada juga beberapa hal kecil, tapi berdampak besar, lho. Yuk, simak.
- Kurikulumnya terus diperbarui mengikuti teknologi terkini.
- Komunitas aktif: Ada forum diskusi dan mentor yang siap bantu.
- Jelas roadmap-nya: Kamu bisa tahu harus mulai dari mana dan mau ke mana (front-end, data science, dll).
- Bisa gabung program beasiswa atau sertifikasi skill oleh Google, AWS, dll.
Cocok Buat Siapa?
Kurikulum Dicoding didesain fleksibel serta bertahap, jadi cocok untuk berbagai tingkat kemampuan dan latar belakang, misalnya berikut.
- Pemula yang belum tahu sama sekali tentang coding.
- Profesional yang ingin pindah jalur ke dunia IT.
- Mahasiswa yang ingin upskill sebelum lulus.
- Karyawan yang ingin punya sertifikasi resmi.
- Kamu yang ingin kerja remote sebagai developer kelas dunia.
Tips Memanfaatkan Kurikulum Dicoding secara Maksimal
Kalau kamu sudah tertarik memulai belajar di Dicoding, berikut adalah beberapa tips buat nikmatin kurikulumnya secara optimal.
- Mulai dari kelas dasar terlebih dulu, jangan buru-buru masuk ke materi tingkat lanjut.
- Luangkan waktu rutin tiap hari daripada sekali langsung banyak.
- Aktif di forum diskusi, banyak insight dan solusi unik muncul di sana.
- Koleksi portofoliomu selama belajar, ini penting saat cari kerja!
Yuk, Mulai Belajar Bareng Dicoding!
Belajar teknologi itu nggak harus mahal atau rumit. Dengan kurikulum lengkap, pendekatan praktis, dan komunitas yang suportif, Dicoding bisa jadi batu loncatan terbaik buat kamu yang serius ingin membangun karier di dunia digital. ✨
Dari pembahasan di atas, kamu pasti makin paham alasan kurikulum Dicoding banyak direkomendasikan para profesional dan industri.
Jadi tunggu apa lagi? Ayo mulai langkah pertamamu hari ini bareng Dicoding. Belajar coding nggak pernah semenyenangkan dan sedekat ini dengan dunia kerja nyata. Siapkan kopi, siapkan semangat, dan… let the code begin!
Sekian pembahasan artikel kali ini, terima kasih sudah membaca artikel ini sampai akhir!
Sampai jumpa dalam artikel lainnya. 👋