Application programming interface (disingkat menjadi API), atau dalam bahasa Indonesia disebut antarmuka pemrograman aplikasi. Secara sederhana, API adalah sekumpulan aturan, protokol, dan definisi yang menjadi perantara antarsistem berbeda.
API memungkinkan dua aplikasi atau komponen perangkat lunak yang berbeda untuk berkomunikasi satu sama lain tanpa perlu tahu cara kerja internal masing-masing.
API tak hanya dalam bentuk web service, ia bisa berupa Web API, SDK (software development kit), library, bahkan CLI tools. Intinya, selama ada standar komunikasi antarsistem, itu bisa disebut API.

API sebagai jembatan penghubung front-end dan back-end.
Bayangin, kamu sebagai mahasiswa jurusan IT, sedang asyik bikin mini-project untuk tugas kuliah: bikin aplikasi semacam perpustakaan untuk koleksi buku di kampus. Saat mau mendapatkan data mahasiswa, kamu enggak perlu bikin semuanya dari awal—cukup pakai layanan yang sudah ada.
Contoh lainnya, kamu kirim request ke endpoint back-end, seperti /api/courses, kemudian back-end membalas dengan daftar kursus dalam bentuk JSON. Front-end tinggal render datanya ke tabel. Tanpa disadari, kamu sedang menggunakan API. Kamu minta data, sistem lain kasih respons. Simpel, kan?
Mengapa API Penting?
API bukan cuma alat bantu—ia adalah fondasi utama dalam pengembangan aplikasi modern. Hampir semua layanan digital yang kamu pakai hari ini (GoFood, Spotify, Tokopedia, Gojek, dan lainnya) berkomunikasi lewat API di balik layar.
Contohnya berikut.
- Saat kamu klik “Tambah ke Keranjang”, front-end kirim request ke API back-end.
- Saat kamu login, data email dan password dikirim lewat API, divalidasi, dan dibalas dengan token (misalnya JWT).
API membuat sistem bisa melakukan hal berikut.
- Beroperasi secara modular dan terpisah (front-end dan back-end jalan sendiri).
- Mendukung integrasi antar sistem (contoh: aplikasi pihak ketiga yang ambil data dari Google).
- Mengurangi duplikasi logika bisnis karena logika cukup ditulis sekali pada back-end, lalu bisa diakses oleh aplikasi mobile, web, atau sistem lain.
Bagaimana Cara Kerja API?
Skenarionya seperti ini.
- Klien Mengirim Request
Biasanya dari front-end, request dikirim ke URL tertentu (misalnya dengan GET, POST, PUT, atau DELETE).
- Server Memproses Permintaan
Back-end menerima request, lalu memprosesnya—entah ambil data dari database, menjalankan logika bisnis, atau panggil layanan lain.
- Response API
Server mengembalikan data atau pesan hasil proses (sering dalam format JSON atau XML). Server juga mengembalikan sebuah data dan status code. Status code digunakan untuk memberi tahu front-end bahwa request-nya berhasil atau tidak.
Contoh: Aplikasi cuaca mengirim request ke API BMKG, lalu BMKG mengembalikan data suhu, cuaca, kelembapan, dst. Front-end tinggal menampilkannya dalam bentuk visual.
Biasanya, API disusun dalam bentuk endpoint berbasis HTTP. Contohnya berikut.
GET /api/products → ambil semua produk
GET /api/products/123 → ambil produk dengan ID 123
POST /api/products → buat produk baru
PUT /api/products/123 → update produk dengan ID 123
DELETE /api/products/123 → hapus produk dengan ID 123
Setiap metode (GET, POST, PUT, DELETE) merepresentasikan operasi dasar yang disebut CRUD (create, read, update, dan delete). Dengan pola ini, API jadi terstruktur, konsisten, dan mudah dipahami.
Peran API dalam Pengembangan Web
- Front-end bertugas menampilkan tampilan interaktif (tombol, grafik, halaman).
- Back-end mengatur data, proses bisnis, dan logika.
- API jadi jembatan—front-end bisa minta data dari back-end, lalu menampilkan hasilnya ke pengguna.
Tanpa API, front-end dan back-end enggak bisa “ngobrol”.
Jenis-Jenis API
- Public API: tersedia untuk umum (misal integrasi ke media sosial).
- Partner API: hanya bisa diakses oleh mitra resmi (biasanya pakai API key khusus).
- Private API: digunakan internal perusahaan (misalnya antar-microservice).
- Composite API: menggabungkan beberapa layanan jadi satu respons. Cocok untuk kebutuhan kompleks yang butuh banyak data sekaligus.
Kalau kamu membangun aplikasi sendiri, mulai biasakan memisahkan antara front-end dan back-end, serta bangun komunikasi antar keduanya lewat API. Itulah dasar pengembangan sistem modern yang scalable dan mudah dipelihara.
Setelah paham dasar API, kamu bisa lanjut pelajari topik-topik berikut.
- Autentikasi dengan JWT (JSON web token).
- Konsumsi API di front-end (misalnya dengan Fetch API, Axios, atau React Query).
- Membuat dokumentasi API dengan OpenAPI Specifications (OAS).
- Atau bahkan eksplorasi ke GraphQL dan gRPC.
Selamat bereksplorasi!
Adiós, gracias!