Cerita Nur Zain Pradana, Lulusan Program-Program Belajar di Dicoding
Setiap orang punya mimpi dan tantangannya sendiri dalam mewujudkannya, termasuk Nur Zain Pradana (27), seorang pemuda asal Bekasi yang menjadi sulung dari dua bersaudara. Sejak kecil, Zain sudah diajarkan tentang arti kerja keras.
Saat banyak orang bisa mudah mengenyam bangku kuliah dengan dibiayai oleh orang tua, Zain harus berjuang menjadi seorang operator produksi di pabrik demi bisa lanjut kuliah. Semua itu ia lakukan untuk dapat meraih masa depan yang diimpikan.
đź’» Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangDalam perjalanannya, Zain belajar di Dicoding, supaya peluang karier sebagai seorang talenta digital dapat terbuka luas. Hasilnya, Zain bisa beralih karier dari seorang operator produksi menjadi seorang programmer.
Bagaimana perjuangan Zain dalam meraih cita-citanya? Mari kita baca cerita lengkapnya!
Bersekolah di SMK agar Bisa Kerja di Pabrik
Sejak duduk di bangku SD, Zain sudah menunjukkan minat yang besar terhadap teknologi. Hal ini berawal ketika ia mendapatkan komputer pertamanya dari orang tuanya.Â
Rasa ingin tahunya yang besar membuatnya sering menghabiskan waktu untuk mempelajari berbagai aplikasi dasar, mulai dari Microsoft Word hingga Paint. Ketekunannya bahkan membawanya menjadi juara kedua dalam Lomba Mengetik Cepat saat SD.
Ketertarikan Zain terhadap teknologi semakin berkembang saat SMP. Ia mulai belajar Microsoft Excel secara autodidak serta mengelola blog.Â
Menyadari bakat serta minatnya dalam bidang teknologi, orang tua Zain mengarahkannya untuk melanjutkan pendidikan di SMK Telekomunikasi Telesandi dengan jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Harapannya, setelah lulus, Zain bisa langsung bekerja dan mandiri secara finansial.
“Sempat kepikiran untuk bisa lanjut kuliah, tetapi orang tua berpesan bahwa jika ingin kuliah, saya harus gunakan uang sendiri. Makanya, saya lanjut sekolah di SMK supaya setelah lulus, saya bisa kerja untuk biayai kuliah saya,” ungkap Zain.
Bekerja Long Shift sambil Berkuliah Tak Redupkan Semangat Zain untuk Berprestasi
Lulus dari SMK pada tahun 2016, Zain menghadapi kendala usianya yang belum genap 18 tahun untuk bekerja di pabrik. Tidak ingin berdiam diri, ia memanfaatkan waktu dengan bekerja sebagai Admin Toko di sebuah toko tas etnik di Cibitung, Bekasi.Â
Begitu menginjak usia 18 tahun, ia memulai perjalanan barunya sebagai mahasiswa D3 Manajemen Informatika di STMIK Bani Saleh sambil bekerja sebagai Operator Produksi di Panasonic, kemudian pindah ke PT LIXIL Aluminium Indonesia.
Menyelaraskan antara dunia kerja dan pendidikan bukanlah hal mudah. Dengan jadwal kerja yang panjang—baik shift pagi maupun malam—Zain harus pintar membagi waktu untuk kuliah.Â
Tantangan demi tantangan, seperti mesin produksi yang mengalami gangguan atau kemacetan menuju kampus, tidak menyurutkan semangatnya. Meski sering kali kelelahan hingga ketiduran di kelas, Zain tetap gigih menjalani pendidikannya. Bahkan, dosen-dosennya pun memahami perjuangan yang ia hadapi.
“Ada saat-saat di mana saya sangat kelelahan setelah shift malam, tapi saya tetap berusaha untuk mengikuti kelas pagi. Kadang, saya ketiduran di kelas, dan dosen saya memakluminya karena tahu saya juga bekerja,” ungkap Zain.
Tak hanya fokus pada akademik dan pekerjaan, Zain juga aktif dalam organisasi kampus. Ia menjabat sebagai Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Manajemen Informatika (Himamika) dan berhasil membawa tim jurusannya meraih juara kedua dalam Lomba Web Design di STT Nurul Fikri Depok.Â
Di tempat kerjanya, ia juga aktif mengikuti kompetisi Quality Control Circle (QCC) dan berhasil meraih juara ketiga dalam dua kesempatan.
Membeli Paket Berlangganan di Dicoding sebagai Bentuk Investasi Ilmu
Sebagai seorang mahasiswa kelas karyawan, Zain melihat bahwa banyak kawan-kawannya yang selepas kuliah masih berkarier sebagai seorang operator produksi dan tak kunjung diangkat menjadi seorang staf.Â
Namun, Zain ingin kariernya berkembang. Ia tahu bahwa untuk bisa menjadi lebih bernilai di mata rekruter, ia harus mengikuti pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas resumenya.
Oleh karenanya, Zain yang sejak dulu sudah tertarik dengan dunia pemrograman, memutuskan untuk mempelajari learning path Android di Dicoding melalui program IDCamp. Namun, dalam program tersebut, ia hanya menyelesaikan kelas hingga tingkat pemula.
“Saya enggak mau gaji saya jadi operator produksi habis percuma. Makanya, saya investasi pengetahuan dengan membeli paket berlangganan kelas di Dicoding selama tiga bulan. Alhamdulillah, saya bisa selesaikan kelas hingga tingkat menengah di learning path Android. Investasi ilmu itu sifatnya jangka panjang,” ujar Zain.
Selama belajar di Dicoding, Zain mengapresiasi kurikulum yang terstruktur serta sistem submission yang mendetail. Tantangan dalam menyelesaikan tugas, termasuk mengalami penolakan submission berkali-kali, justru memotivasinya untuk terus memperbaiki diri.
Dari sini, ia mendapatkan wawasan luas terkait konsep fundamental pemrograman seperti object-oriented programming (OOP) dan clean code. Keuntungan lainnya, portofolio hasil submission di Dicoding menjadi nilai tambah dalam lamaran kerja.
Berhasil Bertransisi Jadi Programmer Pascabelajar di Dicoding
Lulus dari STMIK Bani Saleh dan berbekal portofolio serta sertifikat yang sudah diperolehnya pascabelajar di Dicoding, Zain percaya diri untuk melamar posisi programmer di perusahaan lain. Pengalaman yang Zain miliki menjadi nilai tambah di mata rekruter saat itu.
Akhirnya, ia diterima sebagai IT Android & Web Programmer Intern di PT Cheil Jedang Indonesia. Pengalaman ini menjadi batu loncatan baginya untuk berkarier sebagai Programmer di PT Schlemmer Automotive Indonesia, sebelum akhirnya bergabung dengan PT YKK Indonesia sebagai IT Senior Programmer Staff.Â
Dalam setiap wawancara kerja, Zain selalu mencantumkan sertifikat dan portofolio hasil belajarnya di Dicoding sebagai bukti kemampuannya.
“Saat wawancara kerja, sertifikat dan portofolio yang saya bangun dari Dicoding benar-benar membantu saya untuk mendapatkan kepercayaan dari rekruter. Itu menjadi nilai tambah bagi saya dibandingkan pelamar lain,” jelas Zain.
Kini, Zain telah membuktikan bahwa kerja keras dan ketekunan dapat membawanya mencapai impian. Ia berharap kisahnya dapat menginspirasi banyak orang, terutama mereka yang ingin berkarier dalam bidang teknologi meskipun memiliki latar belakang karier yang berbeda.
“Kepada teman-teman yang bernasib seperti saya, yakni harus kuliah sambil kerja, tetaplah bersemangat karena bekerja sambil kuliah bisa menjadi nilai tambah tersendiri saat mencantumkan pengalaman di CV.
Selain itu, di era persaingan seperti sekarang, penting untuk kita punya skills yang bisa menambah nilai kita, yang bisa didapatkan di platform belajar seperti Dicoding. Dari Dicoding-lah saya membangun kemampuan dan portofolio profesional saya,” tutup Zain.
Berangkat dari perjuangan yang membuatnya harus bekerja long shift di pabrik sembari mengambil kelas karyawan di kampus, Zain kini berhasil memetik hasil dari usahanya. Semoga cerita Zain dapat menginspirasi kita untuk punya kegigihan yang sama.