Riset Dicoding Ungkap Peta Jalan Talenta Informatika Menuju Indonesia Emas
Jakarta, 20 Februari 2025 – Dicoding sukses menggelar Dicoding Connect 2025: Indonesia’s Tech Education Outlook yang bertujuan untuk meluaskan dampak positif dari program pendidikan teknologi di Indonesia, serta menguatkan kolaborasi antara para pemangku kepentingan di bidang pengembangan talenta informatika Indonesia.
Pada kesempatan ini, Dicoding memperkenalkan riset bertajuk Peta Jalan Talenta Informatika: Menuju Indonesia Emas 2045, yang membahas langkah-langkah yang dibutuhkan untuk membangun talenta informatika berkualitas di Indonesia.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangTurut hadir pada acara ini:
- Irene Umar selaku Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Kementerian Ekonomi Kreatif / Badan Ekonomi Kreatif,
- Yudi Darma selaku Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi,
- Said Mirza Pahlevi selaku Kepala Pusat Pengembangan Talenta Digital, Kementerian Komunikasi dan Digital,
- Ardi Findyartini selaku Direktur Strategi dan Sistem Pembelajaran Transformatif, Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, dan
- Muriel selaku Country Marketing Manager, Google Indonesia.
Menuju Indonesia Emas 2045, pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara maju dengan GDP $9.8 triliun (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2023), meningkat tujuh (7) kali lipat dibandingkan 2024 (BPS, 2025). Lebih lanjut, jika kita ingin setara dengan negara maju lainnya, maka kontribusi sektor IT pada GDP 2045 perlu meningkat ke angka 10% (dari 4% di tahun 2024).
Chief Executive Officer Dicoding, Narenda Wicaksono, memaparkan hasil riset Dicoding bahwa untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045 tersebut, kita membutuhkan 23 juta talenta informatika yang berkualitas.
“Guna merealisasikannya, kita perlu memberikan akses pendidikan yang lebih luas dan masif, memastikan kapasitas pendidikan informatika yang memadai dan scalable, serta menyelenggarakan program pelatihan IT yang berkualitas. Menariknya, hampir separuh talenta informatika saat ini menyadari bahwa kesuksesan mereka tidak hanya bergantung pada pendidikan formal, melainkan juga pada pelatihan informal dan pengalaman praktik.
Oleh karena itu, peran serta dan kolaborasi antara pemerintah, industri, universitas, sekolah, serta lembaga pengembangan talenta informatika seperti Dicoding adalah kunci untuk melahirkan 23 juta talenta informatika yang berkualitas ini,” tuturnya.
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Kementerian Ekonomi Kreatif / Badan Ekonomi Kreatif, Irene Umar menambahkan,
“Kita semua punya peran penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Untuk maju, kita harus relevan di mata dunia, sehingga mereka melihat Indonesia bukan hanya sebagai pasar, tetapi juga sebagai produsen. Transformasi digital akan terus berkembang, suka atau tidak, oleh karena itu, kita memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi berikutnya.
Diperlukan kolaborasi dalam membina talenta Indonesia. Mari kita berkolaborasi, dan saya harap setelah acara ini, akan lahir kerja sama konkret yang bisa kita jalankan bersama. Komitmen saya hari ini ingin mengajak kita semua bersama-sama membangun talenta Indonesia dan melangkah menuju Indonesia Emas.”
Melalui riset yang sama, Dicoding juga memberikan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah, antara lain perlunya memperluas landasan kebijakan yang menumbuhsuburkan upaya pengembangan talenta informatika, seperti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Di samping itu, sekolah dan universitas juga perlu untuk memberi rekognisi akademis pada keterlibatan siswa didik dalam program pengembangan talenta informatika yang memiliki reputasi dan diselenggarakan oleh industri. Selain itu, lembaga pendidikan juga perlu untuk proaktif dalam merealisasikan kerja sama dengan industri.
Di sisi lain, industri sebagai pengguna tenaga kerja harus berinvestasi dalam pelatihan keterampilan yang relevan dan mengakui sertifikasi non-formal. Selain itu, industri dapat pula mempercepat akselerasi talenta digital dengan mendukung skema pembiayaan dan ekosistem pembelajaran yang inklusif, di mana peserta dari banyak kalangan dapat memetik manfaat dari program-program ini.
Dengan mengadopsi strategi ini, Indonesia dapat memastikan ketersediaan talenta informatika yang mumpuni dan berdaya saing global, mempercepat pertumbuhan ekonomi digital, serta memperkuat posisinya sebagai pusat inovasi teknologi di kawasan Asia Pasifik.
Muriel, Country Marketing Manager, Google Indonesia, juga menegaskan komitmen mereka untuk mendukung kolaborasi dalam mengembangkan talenta informatika berkualitas.
“Sejauh ini, hasil kolaborasi tahunan lintas pemangku kepentingan seperti Bangkit, telah berhasil mencetak lebih dari 25,000 talenta informatika. Kami percaya bahwa dengan akses pendidikan yang inklusif dan berkualitas, talenta muda Indonesia dapat berkembang dan memberikan dampak nyata bagi ekosistem teknologi nasional.”
Salah satu kisah sukses talenta informatika datang dari seorang pemuda asal Makassar, Andi Wijaya, yang turut hadir pada acara ini. Andi mulai belajar mengembangkan aplikasi Android melalui program Indonesia Android Kejar dari Google. Program ini mengenalkannya pada Dicoding melalui learning path Android. Saat ini, dia bekerja di Accenture sebagai Business Architecture Specialist, dengan peran utama sebagai Android Lead.
“Belajar di Dicoding membuka banyak peluang bagi saya, tidak hanya di bidang IT, tetapi juga beasiswa, pelatihan kepemimpinan, dan magang ke luar negeri. Pengalaman tersebut membentuk hard skills, soft skills, serta karakter saya, yang menjadi bekal berharga dalam menghadapi peluang di dunia profesional,” ucap Andi.