Cerita Oka Widhyartha, Lulusan Dicoding Bootcamp Batch 3
“Hidup dimulai di akhir zona nyaman.”
Neale Donald Walsch, Penulis Amerika Serikat
Pentingnya mengakhiri zona nyaman dipahami betul oleh Oka Widhyartha (28), seorang pemuda asal Bandar Lampung yang bercita-cita untuk memiliki karier yang selalu bertumbuh di bidang teknologi. Sempat bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) selama empat tahun lebih, Oka “banting setir” ke sebuah perusahaan swasta internasional. Ia percaya, karier barunya bisa mendorong pertumbuhan yang ia inginkan.
Dalam perjalanannya sebagai seorang talenta digital di industri internasional, Oka mengandalkan Dicoding Bootcamp. Kesadaran bahwa masih ada banyak pengetahuan fundamental yang belum ia kuasai menjadi salah satu alasan. Lantas, bagaimana perjalanan Oka sebagai salah satu lulusan Dicoding Bootcamp Batch 3? Mari kita baca selengkapnya!
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangMinat Oka pada Teknologi Tumbuh Sejak Senang Mengotak-Atik Blog Semasa SMP
Lahir di Jakarta Timur dan tumbuh di Bandar Lampung, Oka berada di tengah-tengah keluarga yang menginspirasinya untuk memiliki etos kerja yang baik. Ayah Oka yang berkarier sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandar Lampung, memberikannya teladan dalam hal kredibilitas, integritas, dan tanggung jawab.
Ibu Oka yang membuka praktik bidan secara mandiri di kota yang sama pun mencontohkan semangat kerja yang luar biasa. Komitmen yang dipegang teguh oleh kedua orang tua Oka tersebut menjadi contoh bagi Oka untuk kelak menjadi seorang profesional yang menganut prinsip kerja keras dan tanggung jawab.
Cita-cita untuk menjadi seorang profesional di bidang teknologi telah Oka miliki sejak masih berseragam putih biru. Sedari SMP, Oka sudah tertarik untuk mengeksplor dunia teknologi melalui blog. Ia merasa bahwa melalui teknologi, ia bisa menciptakan banyak hal yang dapat “dilihat” oleh banyak orang.
“Semasa SMP, saya pernah ikut lomba membuat tampilan dan artikel yang menarik pada Blogspot,” kenang Oka.
Ketertarikan Oka terhadap teknologi yang semakin menguat menuntunnya untuk berkuliah di jurusan yang berkaitan dengan IT di sebuah sekolah kedinasan. Alasannya memilih sekolah kedinasan adalah sifatnya yang gratis dan setelah lulus nanti, Oka bisa langsung bekerja di instansi pemerintahan sebagai seorang ASN.
Setelah 4,5 Tahun Jadi ASN, Oka Memutuskan untuk Berhenti
Setelah menempuh studi selama empat tahun, Oka berhasil lulus dan memulai karier sebagai seorang Full-Stack Programmer di salah satu institusi pemerintahan. Selama menjadi seorang ASN, Oka pun turut berkenalan dengan Dicoding karena berbagai program pelatihan yang diselenggarakan platform ini. Ia tertarik untuk ikut berbagai program di Dicoding saat itu karena ingin meningkatkan kemampuan di bidang software development.
Ingin terus bertumbuh dalam hal karier dan keluar dari zona nyaman, setelah berkarier selama 4,5 tahun di institusi pemerintahan, Oka memutuskan untuk berhenti menjadi ASN. Perjalanannya ia lanjutkan di Insight Timer, sebuah perusahaan teknologi asal New South Wales, Australia, yang memproduksi aplikasi yang bergerak di bidang wellness.
“Saya ingin punya pengalaman berkarier di perusahaan internasional. Selain itu, di perusahaan yang sekarang, saya bisa bekerja dari jarak jauh, tinggal lebih dekat dengan keluarga, serta menghemat cost dan waktu yang saya miliki,” terang Oka.
Dipercaya sebagai Software Engineer di perusahaan yang sekarang, Oka bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengelola aplikasi berbasis web, memperbaiki error, membuat fitur baru, serta mengoptimalkan performa web dan SEO-nya. Ia harus memastikan pengguna mendapatkan pengalaman terbaik saat menggunakan aplikasi buatan perusahaannya.
Meski sudah berkarier secara purnawaktu di Insight Timer, Oka masih tertarik untuk belajar di Dicoding Bootcamp karena ia merasa belum memperoleh semua pengetahuan mengenai front-end web dan back-end. Selain itu, ia juga ingin memperkuat fundamentalnya.
“Saat saya cek silabus Dicoding Bootcamp, program ini tak hanya menawarkan pengetahuan technical, tetapi juga memberikan kelas soft skills. Saya tertarik untuk ikut serta karena optimis pascabelajar di program ini, saya bisa dapat pengetahuan yang lebih up-to-date dan punya kemampuan soft skills yang bisa menunjang karier saya ke depannya,” ungkap Oka.
Ilmu Soft Skills di Dicoding Bootcamp Menjadi Hal yang Paling Menarik bagi Oka
Saat menjadi peserta Dicoding Bootcamp Batch 3, Oka merasa pengalamannya pada program ini sangat menarik.
“Pertama, karena pada bootcamp ini, terdapat sharing session dengan para expert sehingga kita bisa leluasa bertanya tentang apa pun yang belum saya mengerti. Kedua, tugas soft skills yang diberikan memacu saya untuk langsung mengaplikasikan materi yang sudah didapat.
Terakhir, pada capstone project, saya diberi kesempatan untuk bekerja dalam tim, yang menurut saya sangat bagus, karena di dunia kerja pun, kita dituntut untuk kerja sama dengan orang lain,” ujar Oka.
Belajar di Dicoding Bootcamp sembari bekerja secara purnawaktu menyisakan tantangan tersendiri baginya, khususnya saat ia harus menggarap capstone project, sedangkan waktu yang ia miliki cukup terbatas. Namun, Oka berhasil menyelesaikannya dengan memahami keterbatasan tim dan menetapkan target yang realistis, sehingga Oka dan tim berhasil memperoleh penghargaan sebagai salah satu tim dengan capstone project terbaik.
Terlepas dari tantangan yang mesti ia hadapi, Oka merasa bersyukur bisa menempa diri dalam program ini. Bagian terbaik dari Dicoding Bootcamp untuknya adalah adanya kelas soft skills yang ia rasa sangat bermanfaat bagi seorang profesional seperti dirinya.
“Saya senang bisa mempelajari metode S.M.A.R.T di Dicoding Bootcamp, yang mana metode ini sangat penting untuk membuat pekerjaan saya jadi lebih efisien dan efektif. Selain itu, saya juga tertarik pada materi personal branding yang membantu profesional seperti saya untuk mempromosikan diri dan membangun koneksi. Terakhir dan yang tak kalah penting, materi manajemen proyek juga membuat saya bisa mengelola task pekerjaan sehari-hari agar tugas-tuga saya dapat terselesaikan dengan baik,” ucapnya.
“Perbanyak sumber peluang melalui pengetahuan, jejaring, dan eksistensi.”
Oka terinspirasi untuk melakukan banyak hal pascabelajar di Dicoding Bootcamp, beberapa di antaranya adalah mengikuti komunitas developer di Lampung dan berbagi pengetahuan terkait web development. Selain itu, Oka pun jadi lebih memahami pentingnya untuk meningkatkan personal branding agar ia bisa memperluas jejaring profesionalnya dan kariernya semakin berkembang.
Berhasil mengembangkan kariernya sehingga dapat menjadi seorang Software Engineer di sebuah perusahaan internasional, Oka membagikan pandangannya bagi para calon talenta digital yang ingin mengikuti jejaknya.
“Peluang dapat muncul dari mana saja tanpa kita tahu kapan dan dari mana ia akan datang. Namun, kita dapat mempersiapkan diri untuk menyambut peluang itu dengan memperdalam pengetahuan, memperluas jejaring, dan meningkatkan eksistensi kita,” tutup Oka.
Kesempatan yang Oka dapatkan untuk bisa berkarier di sebuah institusi internasional tentu akan lewat begitu saja jika ia tidak mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Strategi dan kegigihan Oka sangat bisa kita contoh jika ingin mengikuti jejak suksesnya.