Cerita Hani Amany Elisadi, Lulusan Coding Camp powered by DBS Foundation
Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2023, hanya 0,55% penduduk dengan disabilitas yang bekerja, salah satunya Hani Amany Elisadi (24). Sebelum sukses merengkuh karier sebagai staf teknologi informasi (TI) di Perum Peruri, perempuan yang akrab disapa Hani ini harus melewati rintangan berat.
Lahir dengan kondisi tuli, Hani harus berusaha lebih keras dibandingkan teman-teman lainnya. Ia perlu mendapat sesi tambahan untuk mengulang materi di kelas agar memahami apa yang telah disampaikan. Selain itu, ia juga harus menempa diri melalui berbagai kursus online di Dicoding agar dapat mewujudkan mimpinya.
đź’» Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangBerkat dukungan dari kedua orang tuanya dan semangat Hani yang tak pernah surut selama belajar di Coding Camp powered by DBS Foundation, kini, ia berhasil mengubah mimpinya menjadi kenyataan. Lantas, bagaimana perjuangan Hani dalam menggapai mimpinya? Simak cerita lengkapnya di bawah!
Menapaki Hidup sebagai Teman Tuli, Hani Mendapat Dukungan Penuh dari Orang Tua
Terlahir sebagai tuli, Hani hidup dalam dunia yang sunyi, tetapi riuh dengan kasih sayang kedua orang tuanya. Ia menghabiskan masa kecilnya dengan sering berpindah kota mengikuti tempat dinas orang tuanya.Â
Dari Gresik, Jawa Timur, ia pindah ke Jakarta dan menempuh pendidikan dasar di sana. Setelah lulus SD, keluarga Hani mengadu nasib ke Pekanbaru, Riau, tempat Hani menyelesaikan studi menengahnya hingga SMA.Â
Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Hani tumbuh dalam keluarga yang penuh cinta. Sang ayah bekerja di sebuah BUMN, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Dengan kondisi tulinya, tak ayal, ia menghadapi tantangan berat dalam berkomunikasi.
Faktanya, tidak seperti keluarga intinya, mayoritas teman-teman dan keluarga Hani tidak dapat bertukar pesan dalam bahasa isyarat, bahasa ibu untuknya. Untuk Hani, ini merupakan rintangan yang berat, tetapi dukungan dari kedua orang tuanya membuat dirinya tangguh dan bisa beradaptasi dengan lingkungan.Â
Orang tua Hani berharap sang buah hati bisa tumbuh menjadi seorang yang mandiri, jujur, rajin, dan peduli terhadap orang lain. Mereka selalu mendukung Hani untuk mengembangkan minat dan bakatnya dengan penuh semangat. Selain itu, mereka juga berharap Hani dapat meraih masa depan yang cerah, sukses, dan penuh kebahagiaan.
Menemukan Panggilan Hidup di Dunia Teknologi
Berkat dorongan kedua orang tuanya, Hani merasa ia berhasil menemukan “true calling” dalam bidang teknologi tatkala belajar studi komputer di sekolahnya. Saat itu, Hani yang masih SMP merasa penasaran dan ingin menggali lebih dalam tentang IT. Ia yakin bahwa dunia informasi teknologi merupakan jembatan untuk masa depan yang lebih cerah.Â
Namun demikian, keterbatasannya dalam berkomunikasi membuatnya sedikit kesulitan saat memahami sesi-sesi di lab komputer di sekolahnya. Ia sempat patah semangat karena merasa tertinggal dari kawan-kawannya yang lain.Â
Alhasil, orang tuanya yang mengetahui hal ini memfasilitasinya untuk mendapatkan sesi tambahan berisi pengulangan materi di kelas. Dengan ini, Hani mampu mengejar ketertinggalan tersebut sedikit demi sedikit.Â
Minat Hani dalam bidang teknologi semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Tak heran, setelah lulus SMA, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jurusan D3 Teknologi Informasi, Universitas Brawijaya—kampus yang dikenal inklusif pada teman tuli dan para disabilitas lainnya.
Faktanya, ia sangat terbantu dengan layanan juru bahasa isyarat selama perkuliahan. Untuk bisa mengikuti pelajaran di kelas, Hani memanfaatkan fitur tangkap suara di Google Docs. Secara sosial, perempuan supel ini juga menjalin pertemanan yang menguatkan dan membantu satu sama lain.
Menempa Diri Melalui Coding Camp powered by DBS Foundation
Setelah menyelesaikan pendidikan diplomanya, Hani semakin penasaran untuk memperdalam pengetahuan teknologinya ke level yang lebih intensif. Ia pun melanjutkan belajarnya dengan menempuh beberapa kelas online di Dicoding hingga menuntaskan 4 kelas selama 150 jam, antara lain Belajar Dasar Pemrograman Web.Â
Dengan semua upaya ini, ia berkomitmen untuk terus memperbarui ilmunya agar selalu mengejar dan mempraktikkan perkembangan teknologi terbaru dalam keahliannya.
Pada tahun 2023, Hani bertemu dengan program Coding Camp powered by DBS Foundation melalui Dicoding. Di antara beberapa alur studi pilihan di sana, ia merasa paling tertarik dengan back-end karena menurutnya, algoritmanya menarik. Selain itu, Hani juga senang belajar bahasa pemrograman yang erat kaitannya dengan back-end.
Tanpa ragu, ia pun memutuskan untuk bergabung dengan program tersebut dan mendaftar pada alur pembelajaran Back-End Developer yang diberikan oleh Dicoding selaku penyelenggara program.Â
Selama mengikuti program, Hani harus berusaha lebih keras dibandingkan peserta lainnya. Sebagai seorang teman tuli, ia kesulitan dalam memahami bahasa formal, yang membuatnya membutuhkan waktu lebih lama untuk menyerap materi.
Namun, dengan tekad dan kesabaran yang luar biasa, Hani berhasil mengatasi tantangan tersebut. Ia menemukan metode yang efektif, seperti membuat catatan dan memanfaatkan fitur caption text dalam Google Meet saat mengikuti online meeting.
“Bagi saya, program Coding Camp sangat bermanfaat karena menawarkan pelatihan intensif dengan kualitas yang tinggi. Saya merasa cocok dengan metode pembelajaran yang digunakan dan bersyukur atas kesempatan untuk belajar langsung dari para ahli industri,” ucapnya.
Selain itu, menurut Hani, program Coding Camp adalah kesempatan berharga untuk meningkatkan kompetensinya dan mempersiapkan diri menghadapi berbagai tantangan di industri. Program ini juga ia yakini dapat memberikan dukungan yang signifikan bagi perkembangan kariernya di masa depan.
Meski Berhasil Menggapai Kesuksesan, Perjalanan Belajar Hani Tak Pernah Berakhir
Setelah berhasil menyelesaikan proses belajarnya dan lulus dari Coding Camp 2023, Hani melamar pekerjaan ke salah satu BUMN, yaitu Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) untuk posisi staf teknologi informasi (TI) melalui jalur pelamar disabilitas.
Hani menyadari bahwa seleksi untuk masuk ke BUMN sangatlah ketat. Namun, ia tidak menyerah dan terus berlatih dengan giat. Ia mempelajari soal-soal teknis yang diperolehnya dari Coding Camp serta mempersiapkan diri untuk psikotes.Â
Usahanya pun membuahkan hasil ketika ia akhirnya diterima sebagai staf TI di Perum Peruri. Dalam pekerjaannya, Hani bertanggung jawab untuk mengelola anggaran dan memonitor sistem perusahaan.Â
Meskipun sudah berkarier secara purnawaktu, Hani tetap bersemangat untuk melanjutkan proses belajar teknologinya dan kembali mengikuti Coding Camp powered by DBS Foundation pada tahun 2024.Â
Kali ini, Hani fokus pada alur pembelajaran Front-End Web Development. Keputusan ini didorong oleh keinginannya untuk memperluas keterampilannya dalam pengembangan web agar dapat menjadi developer yang mampu menangani proyek full-stack (front-end & back-end).
“Saya sangat senang bisa kembali belajar di Coding Camp karena program ini memberi saya kesempatan untuk belajar langsung dari para ahli industri, mengasah keterampilan praktis di bidang teknologi, memperluas jaringan profesional, dan mendapatkan pelatihan intensif yang relevan dengan kebutuhan industri,” ungkapnya.
Setelah menyelesaikan proses belajar di Coding Camp untuk kedua kalinya, Hani merasa materi yang ia pelajari sangat membantu dalam pekerjaannya. Kini, ia memiliki keterampilan tambahan, terutama dalam bidang front-end. Dengan keterampilan yang lebih beragam, Hani berharap hal ini dapat membuka lebih banyak kesempatan karier di masa depan.
Berkomitmen Tanpa Henti Mengasah Keterampilan dan Pengetahuan di Dunia Teknologi
Setelah lulus dari Coding Camp powered by DBS Foundation 2024, Hani tidak hanya bekerja sebagai staf TI di Perum Peruri, tetapi juga melanjutkan studi Strata 1 di Universitas Terbuka, Jurusan Sistem Informasi.Â
Ia tetap termotivasi untuk mengejar pendidikan tinggi dengan tujuan memperdalam pengetahuan teoretis serta ingin terus belajar agar bisa berinovasi di tempat kerja. Hani bercita-cita menjadi seorang developer yang mampu memberikan solusi teknologi inovatif untuk perusahaan.
Selain itu, Hani juga ingin memberikan motivasi kepada sesama calon talenta digital penyandang disabilitas, terutama perempuan. Ia menegaskan bahwa mereka memiliki potensi besar untuk sukses di industri teknologi, asalkan memiliki tekad yang kuat, semangat untuk terus belajar, dan dukungan dari komunitas.
“Ketiga hal itu akan membantu kita mengatasi berbagai tantangan dan mencapai impian kita. Siapa pun, termasuk penyandang disabilitas, tidak perlu takut untuk bermimpi besar. Teruslah belajar karena dunia digital menawarkan kesempatan karier bagi siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin, latar belakang, atau kondisi fisik.”
“Coding Camp adalah program pelatihan teknologi inklusif yang ideal bagi talenta digital penyandang disabilitas. Program ini menawarkan pelatihan berkualitas tinggi yang membantu pesertanya bersaing di industri teknologi dan membuka peluang pendidikan dan karier yang setara dengan mereka yang tidak memiliki disabilitas,” tutur Hani sambil tersenyum.Â