Cerita Alan Kurniadi Peroleh Pekerjaan Pertama sebagai Android Developer setelah Lulus dari Program DTS PROA Android
Persentase pengangguran terbuka di Indonesia pada bulan Agustus 2021 mencapai angka 6,46% atau 1,82 juta orang.
(Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, 2021)
Hampir dua juta penduduk Indonesia masuk ke dalam kategori pengangguran terbuka seperti yang disebutkan di atas dan Alan Kurniadi (30) merupakan salah satunya. Saat itu, pria yang berdomisili di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, ini masih belum mendapatkan pekerjaan tetap. Namun, di waktu yang sama, Alan memilih untuk tidak menyerah dengan keadaan.
Berbekal sisa uang yang diperoleh dari pendapatan pasif yang ia kumpulkan, Alan memutuskan untuk berlangganan kelas di platform Dicoding. Ia menyadari bahwa untuk bisa lepas dari keadaannya saat itu, Alan harus punya kemampuan yang cukup di bidang teknologi. Siapa sangka perjalanan belajarnya di Dicoding kemudian mempertemukannya dengan Digital Talent Scholarship Professional Academy Android (DTS PROA Android) yang mengantarkannya pada pekerjaan pertamanya sebagai seorang Android Developer.
đź’» Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangAnggota Keluarga Pertama yang Berkuliah
Alan adalah anak keenam dari enam bersaudara. Kelima kakaknya mengenyam pendidikan sampai tingkat SMA karena kedua orang tua Alan memiliki penghasilan yang cukup terbatas. Almarhum ayahnya adalah seorang petani karet dan sawit, sedangkan ibunya merupakan seorang pedagang sembako. Namun, rupanya hidup ingin memberikan Alan kesempatan lain.
Selepas lulus dari jurusan Teknik Komputer Jaringan di SMK, Alan banyak ditanyai oleh teman-temannya soal ke mana ia akan melanjutkan studi. Dalam hati kecilnya, Alan begitu ingin bisa berkuliah seperti teman-temannya. Akan tetapi, ia sadar bahwa kemampuan orang tuanya terbatas.
Suatu hari, di luar ekspektasinya, Alan ditanyai oleh orang tuanya, “Mau lanjut kuliah nggak?” Ia segera menyambut tawaran itu karena ternyata kakak-kakaknya menyanggupi untuk membiayai studi sang adik. Akhirnya, Alan memutuskan untuk berkuliah di program studi Sistem Informasi di salah satu universitas di Riau atas rekomendasi senior-seniornya. Secara resmi, Alan menjadi orang pertama dalam keluarga yang memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi.
Sempat Menempuh Jalan Pintas
Selama berkuliah, Alan tidak terlalu menaruh ketertarikan terhadap coding. Ia memang melihat coding sendiri sebagai sesuatu yang keren karena kerumitan yang dimilikinya. Namun, hal ini membuat Alan kesulitan untuk mempelajarinya dan tidak begitu suka jika harus mendalami ilmu pengkodean.
Sampai suatu ketika, senior Alan memperkenalkannya pada Android Publisher. Kakak tingkatnya itu menunjukkannya bahwa ia bisa memperoleh penghasilan pasif dengan memanfaatkan program ini. Ia hanya harus membeli source code aplikasi yang ia mau dari suatu tempat, lalu mengubah tampilannya sesuai keinginan tanpa menyentuh kode, kemudian mempublikasikannya ke Playstore.
Jalan pintas ini sempat membantu Alan dari segi keuangan untuk sementara waktu dari masa akhir kuliah hingga akhirnya ia lulus. Namun, kebijakan ketat yang kemudian diterapkan oleh Android Publisher membuat Alan berpikir bahwa ia tidak boleh bergantung dengan cara ini terus menerus. Sebagai seorang sarjana di bidang teknologi, ia benar-benar harus mempelajari ilmu pengkodean secara utuh jika ingin menciptakan sebuah karya untuk dipublikasikan.
Sejak saat itu, Alan tersentak bahwa ia harus mendalami ilmu pengembangan Android untuk bisa menciptakan karyanya sendiri serta memperoleh pekerjaan tetap. Alan sadar, sebagai seorang lulusan Sistem Informasi, ilmunya belum cukup untuk bisa berkarier di bidang teknologi. Akhirnya, ia memutuskan untuk bergabung dengan banyak komunitas IT yang memperkenalkannya dengan platform Dicoding.
Mengandalkan Sisa Uang
Alan memanfaatkan koneksinya untuk mencari ilmu saat bergabung dengan berbagai komunitas IT. Di situ, Alan banyak meminta rekomendasi tempat belajar coding terbaik. Kemudian teman-teman Alan menyarankannya untuk belajar di Dicoding.
“Saya mengandalkan sisa uang dari penghasilan pasif untuk bisa berlangganan kelas di Dicoding. Benar rupanya kata teman-teman. Saya sudah banding-bandingkan Dicoding dengan tempat belajar lain dan saya merasa paling cocok dengan Dicoding. Materi bacaan yang disediakan Dicoding membuat saya nyaman belajar.”
Alan begitu bersemangat belajar di Dicoding karena ia bertekad untuk mendalami skill Android agar bisa memperoleh pekerjaan tetap suatu hari nanti. Selain tekun, Alan juga memiliki minat baca yang tinggi. Setiap Dicoding newsletter masuk ke email-nya, Alan akan membacanya sampai habis. Kebiasaan inilah yang membuat Alan mengetahui kesempatan yang ditawarkan oleh program DTS PROA Android, yang saat itu diumumkan melalui newsletter.
Melihat program belajar yang berjalan atas kerja sama Kominfo dan Google ini bersifat gratis, Alan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Terlebih, Alan sudah bertekad bahwa suatu hari nanti, ia ingin menjadi seorang ahli di bidang Android.
“Ilmu Mahal yang Diperoleh secara Gratis”
Alan merasa sangat beruntung bisa diterima di program yang memiliki lebih dari 160 jam belajar ini. Ia pun antusias mengetahui bahwa para peserta difasilitasi oleh keberadaan mentor serta forum diskusi tempat mereka bisa berkonsultasi. Meski fasilitas belajar di DTS PROA Android sudah lengkap, Alan sempat menghadapi kesulitan.
Alan baru menyadari bahwa mendalami ilmu pengembangan Android memerlukan fokus dan usaha yang begitu maksimal. Kesulitan ini sempat membuat Alan hampir menyerah. Namun, progress belajar yang selalu ditanya setiap Minggu membuatnya terus belajar dan mengalahkan rasa putus asanya. Selain itu, ia terpicu untuk bisa memahami materi secara utuh, bahkan mempelajari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di forum diskusi karena melihat teman-temannya berhasil menyelesaikan program. Alan merasa support system yang ia miliki di DTS sangatlah baik.
“Program DTS PROA Android ini luar biasa karena saya dapat memperoleh ilmu yang mahal secara gratis. Selain itu, saya juga belum pernah menemukan materi belajar online yang sebagus dan selengkap Dicoding. Materi yang diajarkan Dicoding selalu update, bahkan sampai sekarang setelah saya lulus dan melihat kembali kelas yang telah saya pelajari. Selalu ada materi baru di dalamnya.”
Alhasil, selepas lulus dari DTS PROA Android, Alan merasakan pengaruh belajar giatnya selama 10 minggu tersebut. Ia selangkah lebih dekat dengan rencana jangka pendeknya untuk mendapatkan pekerjaan.Â
Alan tak sendiri ia adalah salah satu dari lebih dari 1,200 penerima dukungan DTS PROA yang telah memetik manfaat dari beasiswa ini (data sd akhir Mei 2021).Â
Familiar dengan Soal Tes Seleksi Kerja, Lalu Peroleh Pekerjaan Pertama
Ilmu yang Alan peroleh dari DTS PROA Android begitu berpengaruh terhadap perjalanan kariernya. Dulu, sebelum bergabung di DTS, Alan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Selain karena kemampuannya belum cukup, lapangan kerja yang ada di lokasi tempat Alan tinggal masih sangat sempit untuk seorang talenta teknologi seperti Alan. Lowongan pekerjaan yang bersifat remote juga masih belum banyak.
Namun, pandemi memberi hikmah tersendiri bagi Alan. Bersamaan dengan selesainya periode pelatihan Alan di DTS PROA, lowongan kerja yang memungkinkan karyawan untuk berkegiatan secara remote mulai banyak dibuka. Alan melihat ini sebagai kesempatan untuk bisa segera memulai karier sungguhannya.
Kebetulan saat itu, Agree, sebuah startup yang bergerak di bidang agrikultur membuka lowongan untuk posisi Android Developer. Dengan pengalaman kerja yang masih nol dan berbekal sertifikat yang diperoleh dari DTS, Alan memberanikan diri untuk melamar. Alan mengaku cukup banyak orang yang mendaftar untuk posisi tersebut. Ia sempat merasa minder melihat saingannya datang dari kalangan profesional, hingga tiba saatnya Alan harus bersaing secara teori melalui tes yang harus diselesaikan.
“Saya awalnya minder sama saingan saya yang kayaknya sudah pro, tapi begitu saya lihat soal tes yang harus saya kerjakan, kok kayak kenal? Itu soalnya benar-benar sudah saya pelajari selama di DTS dan saya pede untuk menyelesaikan. Alhamdulillah, saya termasuk salah seorang yang lulus tes, hingga akhirnya saya diterima menjadi Android Developer.”
Selain dapat mengerjakan soal dengan mudah, Alan juga mengaku ada faktor lain yang membuatnya diterima. Saat proses wawancara, ia sempat ditanya soal dari mana ia belajar coding. Alan pun menjawab ilmu tersebut ia peroleh dari DTS dan Dicoding. Rupanya lingkungan kerja Alan sudah sangat familiar dengan reputasi Dicoding. Percaya pada skill yang sudah Alan peroleh, perusahaan tersebut akhirnya mempercayakan Alan posisi yang dilamarnya.
Belajar di DTS tidak hanya mendatangkan pengaruh bagi karier Alan, tetapi juga bagi dirinya sendiri. Alan merasa bahwa saat ini, ia menjadi seseorang dengan mental yang lebih kuat. Ia jadi terbiasa mengerjakan tugas-tugas di kantor sesuai dengan tenggat waktunya. Ini karena Alan sudah berlatih untuk belajar dan mengerjakan tugas sesuai dengan deadline yang ditetapkan DTS.
Kontribusi di Bidang Pendidikan Suatu Hari Nanti
Kelak saat ia sudah menjadi seorang ahli di bidang teknologi, Alan ingin berkontribusi di dunia pendidikan. Ia telah mengalami sendiri bahwa coding merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan, ingin agar orang lain juga bisa merasakan hal itu.
“Saya ingin memberikan manfaat seluas-luasnya dengan menyebarkan ilmu yang saya peroleh. Saya punya rencana jangka panjang untuk bisa mengajar.”
Supaya lebih banyak orang bisa menebarkan manfaat dan berkontribusi di bidang pendidikan seperti dirinya, Alan amat merekomendasikan para talenta digital untuk mendalami ilmunya di program DTS PROA. Baginya, DTS PROA telah memberinya empat hal yang amat sangat bermanfaat, yakni materi yang enak dipelajari, mentor untuk berkonsultasi, forum untuk berdiskusi, serta sertifikat yang membantunya memperoleh pekerjaan. Alan ingin lebih banyak orang bisa merasakan langsung pengalaman pelatihan teknologi yang begitu maksimal dari DTS.