Developer yang Mengubah Stigma Lulusan SMK: Siap Menyongsong Industri 4.0
“Lulusan SMK di kota saya banyaknya kerja di pabrik dan minimarket. Yang tak bekerja juga banyak. Minat lulusan SMK pada teknologi, kurang”
(Syahrul Fahmi di Karawang)
Cerita Syahrul di atas, gambaran umum di Indonesia. Tingkat Pengangguran Terbuka tertinggi di Indonesia memang berasal dari lulusan SMK. Sekitar 10,14 % dari total 7.05 juta pengangguran adalah lulusan SMK (Data BPS, Agustus 2019).
Apa itu Tingkat Pengangguran Terbuka? TPT adalah indikasi penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran. Selain angka kemiskinan, level pengangguran ini adalah salah satu indikator terpenting pembangunan ekonomi di Indonesia (Bisnis ID, 2/9/13)
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar SekarangTeman-teman sekolah Fahmi banyak yang masuk kategori tsb (baca: pengangguran). Kebalikannya, pemuda 19 tahun ini bersyukur bisa mengarungi nasib yang lebih baik. Lulus dari SMKN 1 Tirtajaya Karawang, September 2018, ia meraih karir sebagai Android Developer. Kantornya, Rencanamu, merupakan platform unggulan persiapan kuliah dan karir yang jamak dikenal di kalangan anak muda.
Bagaimana Fahmi bisa bertolak merubah stigma “pengangguran” atau “karyawan pabrik” yang melulu melekat pada siswa SMK? Mari kita simak kisahnya
Belajar Ngoding Bermodal HP
Syahrul lahir dan besar dari keluarga yang sederhana. Baginya, sekolah di SMK adalah pilihan mutlak agar bisa lekas dapat pekerjaan dan penghasilan. Di SMK Syahrul mengambil jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Meski belajar perihal jaringan, hatinya tertambat pada dunia software dan coding.
Tanpa laptop pun, Syahrul biasa belajar programming menggunakan HP android. Ia coba-coba memodifikasi sebuah aplikasi yang sudah jadi dengan bantuan aplikasi pihak ketiga. Seiring berjalannya waktu ia coba belajar membuat aplikasi sendiri menggunakan aplikasi AIDE & Sketchware. Meski sederhana, ia merasa pencapaian sederhana itu sangat berkesan. Sehingga tergerak cari solusi. Ia ingin belajar programming lebih baik lagi dengan laptop miliknya sendiri. Caranya?
Syahrul merintis usaha makelar HP. Jika ada temannya yang sedang menjual smartphone, ia akan mempromosikannya ke teman lainnya yang membutuhkan. Dari keuntungan perantaraan jual beli itulah ia berhasil membeli laptop second pertamanya. Dengan peranti sendiri, ia aktif berlatih hingga juara di lomba IT level kabupaten tingkat SMK.
Gagal Seleksi Perguruan Tinggi Negeri, Lantas?
Saat minat ngoding kian meninggi, hasrat belajar IT pun demikian. Bermodal uang hasil dari usaha kecilnya, Syahrul memberanikan diri daftar kuliah di beberapa Perguruan Tinggi Negeri jurusan Teknik Informatika. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ia selalu tak tembus seleksi.
Ia merasa di ambang kegagalan. Ia sadar mayoritas lulusan SMK di kotanya kerja di pabrik, atau kasir di minimarket. Lantas bertanya: “Apakah ini nasibku juga?”
Syahrul yang sedari SMP ingin jadi seorang programmer, mantap berkata tidak. Ia ingin merubah stereotip tersebut. “Lulusan SMK tak melulu kerja di pabrik. Kita harus ganti mindset. Kalau belajar di bidang IT, ya bekerja pun di bidang IT. Harus linear. Jadi Android developer, bisa” ujarnya.
Diterima Kerja sebagai Android Developer
Berbekal pengalamannya ngoprek aplikasi Android, sertifikat lomba, dan selembar ijazah SMK, Syahrul memberanikan diri memasukkan beberapa lamaran kerja. Tak disangka, ia lolos seleksi sebuah startup di Jakarta yang bernama Rencanamu pada September 2018 lalu.
Di sana ia dipercaya sebagai Android Developer. Usianya termuda dalam tim yang terdiri dari 3 orang. Tugas sehari-hari Syahrul seputar maintenance bug, mengembangkan codingan, hingga menciptakan fitur baru di aplikasi Rencanamu. Syahrul harus memastikan bahwa aplikasi garapannya memberikan pengalaman terbaik bagi para pengguna. App tersebut dirancang untuk memudahkan user menentukan bidang kuliah atau karir sesuai minat dan potensi.
Ia merasa kantornya menghargai potensinya sebagai Android developer berbasis skill, bukan tingkat pendidikan pada umumnya. Di timnya sendiri, satu temannya lulusan S1 di bidang IT dan satu lagi SMK Teknik Mekanik Industri.
Sukses Hanya untuk Mereka yang Mau Berusaha
Potensi dan kemampuan Syahrul di bidang Android, tak datang tiba-tiba. Syahrul, member Dicoding sejak 2017 saat ia di bangku kelas 2 SMK. Ia mempelajari 10 kelas di Dicoding Academy. Di antaranya ia mantap fokus pada Android. Lewat Beasiswa Digischool dari Lintasarta, ia telah menuntaskan kelas Android dari level dasar hingga menengah (Belajar Fundamental Aplikasi Android).
Menurut anak ke-2 dari 3 bersaudara ini, beasiswa Lintasarta sangat membantunya mengerjakan keseharian tugas dan mengembangkan skill-nya sebagai Android developer. Syahrul berujar,
“Dengan beasiswa Lintasarta ini semoga di Indonesia skill yang dijadikan tolak ukur. Tak melulu tingkat pendidikan. Seorang profesional selayaknya dilihat dari potensi dan kemampuannya.” (Syahrul)
Lulusan SMK Menyongsong Industri 4.0: Ganti Mindset dan Gali Potensi!
Syahrul tak masuk golongan 700,000 lulusan SMK pengangguran di Indonesia. Sebaliknya, profesinya kini -Android Developer- jadi incaran. Berefleksi dari cerita Syahrul, apa pelajaran bagi kita -terutama dalam kaitannya dengan industri 4.0 saat ini?
Cerita Syahrul senada dengan studi McKinsey & Co. Di era industri 4.0 beberapa aktivitas dan jenis pekerjaan naik daun. Sedangkan sebagian lainnya hilang karena diotomatisasi alias digantikan robot. Sebanyak 70 % dari “pekerjaan yang hilang” ini adalah aktivitas yang dapat diprediksi dan sarat aktivitas fisik. Contohnya area produksi dan operator yang jamak diisi lulusan SMK. Perlahan profesi ini akan kian tergerus alias tidak relevan. Namun sebaliknya profesi yang membutuhkan penguasaan ahli di bidang software, seperti profesi Syahrul, kian dibutuhkan.
Lantas bagaimana agar lulusan SMK mantap menatap industri 4.0? Ganti mindset dan Gali Potensi!
Lulusan SMK bukan berarti harus jadi karyawan pabrik atau pegawai minimarket. Dalamilah skill dan pekerjaan yang relevan dengan kebutuhan saat ini. Kuasai -salah satunya- skill digital yang unik dan belum/sulit untuk tergantikan oleh mesin.
Mengenai ganti mindset ini, Syahrul menutup dengan pesannya
“Beranilah mencoba sehingga tahu di mana minatmu. Gali potensi lebih jauh lagi. Kembangkan yang kamu minati. Jika serius ingin jadi developer, harus siap belajar selamanya. Sebabnya, dunia pemrograman itu sangat-sangat dinamis. Teknologi terus berkembang.”
Sukses hanya untuk mereka yang mau berubah. Sudahkah kamu siap berubah?
Developer yang Mengubah Stigma Lulusan SMK: Siap Menyongsong Industri 4.0