3 Rahasia Belajar Programming Menyenangkan
“Kok aku gini-gini aja??”
Pikiran itu kerap terlintas di benak kita. Dalam dunia yang serba Fear of Missing Out (FOMO), tak jarang diri merasa insecure tatkala mengetahui orang lain lebih maju. Merasa belajar tidak kunjung “berhasil” jika bandingkan diri dengan teman atau bahkan sosok yang tak kita kenal.
Apakah kamu kerap demikian? Jika ya, mari simak cerita Didik Setiawan (44 tahun), lulusan Dicoding. Usia beliau memang lebih senior jika dibandingkan dengan angkatan programmer muda di kantornya. Meski demikian, PNS senior di Kementerian Keuangan RI ini mengaku sangat menikmati prosesnya belajar programming. Buktinya, beberapa karya digital buatannya telah luas digunakan secara nasional maupun di lingkungan Kemenkeu.
Pembawaan Didik, santai tapi serius. Baginya, belajar bukanlah sebuah beban atau perlombaan. Lantas? Bagaimana agar belajar programming bisa menyenangkan? Mari kita simak kisah dan petik hikmahnya.
💻 Mulai Belajar Pemrograman
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.
Daftar Sekarang3 Rahasia agar Belajar Programming Kamu Menyenangkan
#1 Fokus pada Karya
Selalu ada orang yang lebih baik dari kita. Tapi fokus kita belajar bukan untuk bersaing dan menjadi nomor satuk, melainkan fokus pada diri sendiri. Apa karya yang ingin kita bangun?
“Saat bisa menghasilkan karya yang bermanfaat, senangnya tiada tara. Apalagi karya kita dapat membantu terwujudnya perubahan paradigma layanan di pemerintahan. Lebih modern!” (Didik)
Sosok pembelajar ini suka dengan dunia IT sejak dari SMA. Saat lanjut berkuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), ia sempat mendapatkan satu mata kuliah programming di kampusnya. Meski saat itu dunia digital belum hype seperti sekarang, ia sudah mengetahui luasnya peluang self-growth seorang programmer. “Inilah profesi masa depan yang menjanjikan,” pikirnya dulu.
Favorit Didik saat melakoni coding adalah menghasilkan karya nyata yang bermanfaat untuk orang lain. Gayung pun bersambut. Saat memulai bekerja sebagai Pranata Komputer di Subdit Teknologi Informasi Penganggaran, Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan RI, ia lantas bersemangat menghasilkan beberapa karya digital andalan, di antaranya:
- Satu DJA
Inilah sistem aplikasi karya Didik dan timnya di lingkungan Direktorat Jenderal Anggaran (DJA). Aplikasi berbasis web ini telah merubah mekanisme perencanaan anggaran dan revisi anggaran dari semula manual menjadi digital. Satu DJA telah digunakan Satuan kerja (Satker) yang tersebar di seluruh nusantara dan luar negeri.
Intinya, semua kantor pemerintah yang menyerap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah memanfaatkannya. Sebut saja Madrasah di kota Sabang, Polres Merauke di Papua, hingga semua Kedutaan Besar Republik Indonesia di negara lain. Semua termudahkan oleh Satu DJA karya Didik dan tim ini. Satker kini bisa mengajukan usulan dan memonitor proses revisi anggaran mereka di mana saja dan kapan saja.
- DJA Single Window (DSW)
Inilah sistem terintegrasi berisi media komunikasi, diskusi dan pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkungan DJA untuk berbagai kebutuhan.
Sistem DSW menyediakan fitur dalam bentuk modul-modul yang dapat diakses secara lengkap dan terperinci. Modul-modul yang disediakan adalah Forum Diskusi, Revisi Anggaran, Persuratan, Ruang Rapat, Referensi, Pegawai DJA, Presensi, Informasi Paket, Gallery DJA, dan modul administrator (sumber: website: DJA).
Di masa pandemi dan dengan diterapkannya kerja dari rumah – Work from Home (WfH) – ini, kedua sistem tersebut telah memudahkan kolaborasi, keterhubungan antar pegawai, dan penyelesaian pekerjaan dalam organisasi.
Apa tantangan membangun sistem layanan publik berbasis teknologi?
Menurut Didik, di pemerintahan suatu karya digital tidak berorientasi profit, seperti halnya di sektor swasta. Terkadang ini melemahkan motivasi. Sistem sering kali tak dibangun sebaik-baiknya. Ia ingin membuktikan sebaliknya.
#2 Fokus pada Tujuan
Tak ada yang bisa mengalahkan kekuatan motivasi diri. Kekuatan untuk maju bersumber dari diri sendiri, tepatnya dari niat untuk belajar. Apa yang ingin kamu capai?
“Semua bergerak ke teknologi baru, termasuk layanan publik. Sebagai programmer di lingkungan pemerintahan, saya ingin membuat sistem yang dibangun, maju dan up-to-date.” (Didik)
Didik yakin bahwa layanan publik berbasis digital membantu mewujudkan transformasi layanan pemerintahan yang lebih baik. Dan semua upayanya belajar dan membangun karya layanan publik akan berpengaruh besar pada reformasi birokrasi di lembaga pemerintahan.
Motivasi yang kuat membuat Didik tak goyah. Tak sekalipun merasa kalah tersaingi oleh programmer-programmer lainnya yang usianya jauh lebih muda. Di kepala 4, dengan semangat, Didik selalu mencari cara untuk mengotomasi sistem manajemen informasi di kantornya.
Motto diri yang terus menyemangatinya: “Kalau satu pekerjaan bisa dikerjakan oleh sistem, kenapa harus dikerjakan sendiri? Bangun saja sistemnya.”
Jika kamu merasa insecure dengan hebatnya orang lain, ingatlah kata-kata Didik bahwa “Belajar itu bukan perlombaan.” Lantas?
Kamu bisa memilih 1 dari 2 hal berikut ini. Pertama, jadikan orang tersebut sebagai rival virtual yang memotivasi belajarmu. Atau yang kedua, stop kepo dengan pencapaian orang lain lantas fokus dengan pertumbuhan dirimu sendiri.
#3 Temukan Cara & Tempat Belajar yang Tepat
Tak enjoy proses belajar programming-mu saat ini? Mungkin cara belajarmu belum tepat. Tutorial di Youtube memang sangat membantu jika kamu baru sekali mengenal programming. Tapi saat kamu telah tuntas di level dasar dan ingin beranjak menjadi expert, kamu perlu belajar best practice alias praktik terbaik dari industri. Tujuannya agar karyamu lebih scalable dan lebih mudah dipelihara.
Hal ini telah disadari oleh Didik yang lantas menjadi member Dicoding sejak Juni 2019. Lebih dari setahun terakhir, ia telah tuntas belajar 6 kelas di alur belajar Android, Front-end Web Developer, dan Machine Learning.
Di penghujung tahun 2020 lalu Didik memiliki target untuk bisa membangun sistem berbasis Progressive Web Apps di Kemenkeu. PWA merupakan sistem yang digunakan untuk membuat sebuah web bisa terlihat layaknya aplikasi native di perangkat mobile. Oleh karena itu, Didik mencari-cari peluang belajar.
Saat mengetahui kesempatan tersebut hadir lewat fasilitasi Baparekraf Developer Talent dari Kemenparekraf, Didik segera mendaftar. Lewat proses belajar selama 195 jam, ia lulus dengan mulus dari kelas dasar, menengah, dan expert di Dicoding Academy.
Bagaimana opini Didik tentang pengalaman belajar di Dicoding? Apa relevansinya?
“Metodologi dan cara berpikir yang saya pelajari di Dicoding itu, best practice. Platform Dicoding menyajikan contoh yang bisa saya terapkan pada Satu DJA dan DSW. Dengan referensi ini, saya yakin bisa mengembangkan karya terbaik yang tak asal jalan. Sebagai langkah awal, saya ingin mengubah notifikasi app dari semula SMS jadi push notification.”
Tak Ingin Maju Sendirian
Untuk mewujudkan niat di atas, Didik tak ingin maju sendiri. Ia setia mengkaderisasi para programmer junior di kantornya. Menceburkan mereka dalam proyek-proyek di kantor sehingga mau tak mau tim jadi kompak belajar.
Menutup pembicaraan sore ini, pria 44 tahun ini berujar pasti:
“Ini (belajar programming ini) semua tak ada kata terlambat. Belajar itu bukan perlombaan. Finish kita apa? Ingin menghasilkan sesuatu itu? Itu kapan aja bisa. Tinggal semangat aja. Ada kemauan.”
3 Rahasia Belajar Programming Menyenangkan – end
Simak kisah developer lainnya yang juga berkiprah di sektor publik:
1. Sosok Aparatur Sipil Negara Tumpuan Transformasi Digital Pemerintahan
2. Anjungan Kesehatan Mandiri: Aplikasi Android di Bidang Kesehatan karya Developer Semarang
3. Sistem Pendaftaran Pasien Online: Inovasi Keren Karya Putra Papua